#06 ~ [ Siapakah Sebenarnya Dia? ]

7.8K 977 16
                                    

***

Masalah adalah perumpamaan nyata dari ujian kehidupan.

🌾🌾🌾

"Gue nggak bisa bantu lo. Maksud gue, gue takutnya ini terlalu jauh, Bro!"

Sakha terdiam di tempatnya. Seketika lidahnya terasa kelu untuk berkata. Faktanya, ia merasa memang terlalu jauh memikirkan gadis itu. Padahal Sakha tak mengenalnya, tapi rasanya Sakha tak tega mengabaikannya.

"Bagaimana keadaan dia saat ini?" tanya Sakha mengalihkan.

"Masih sama."

Sakha diam. Bana diam. Keduanya tak lagi berbicara. Hingga suara Sakha kembali membuka pembicaraan.

"Gue juga bingung tapi gue nggak tega, Na," ujar Sakha berkata jujur.

Bana tersenyum miring. "Lo suka sama dia?"

"Bicara apa sih lo!"

"Sakha yang gue kenal nggak kayak gini. Lagian lo selalu menjaga jarak sama perempuan yang bukan muhrim."

Mendengarnya Sakha tak mampu berkata. Lelaki itu meraup wajahnya kasar. Ia berdecak, "Gue juga nggak tahu sama diri gue sendiri."

"Kha, kalo lo memang niat bantuin dia, jangan sampai kelewatan. Kita juga punya batasan antara laki-laki ke perempuan. Takut timbul fitnah kalau gini caranya."

Sakha menghela napasnya. Ia tak tahu harus apa. Perkataan Bana memang benarnya adanya.

"Gue tahu."

Bana ikut mendesah, "Nggak ada cara lain," katanya langsung membuat Sakha spontan memandangnya.

"—Nggak ada cara lain selain lo nikaihin dia!"

Sontak Sakha melotot. Tak percaya dengan apa yang dikatakan Bana barusan.

"Nggak lucu!"

"Gue nggak lagi ngelawak."

"Na!"

"Memang itu cara satu-satunya," keukeuh Bana. Lelaki itu memandang Sakha serius. "Kha, kalo memang lo peduli sama dia, niat lo emang baik, gue dukung. Tapi nggak dengan status kalian yang bukan mahram. Sama saja lo buat jalan setan menjerumus ke hal-hal buruk."

"Inget Kha, nggak ada tahu sama isi pikiran lo. Kalo lo berpikir begini, nggak tahu pemikiran orang-orang. Pasti pandang mereka beda sama lo. Takutnya timbul fitnah, Kha."

Sekali lagi Sakha hanya diam membisu. Tak bisa sekalipun ia berkata-kata meski untuk menjawab barang sekatapun. Sakha bingung. Ia bimbang, gamang. Ia takut salah mengambil langkah. Sakha mengacak rambutnya frustasi. Mengapa dirinya tak bisa sekalipun mengabaikan gadis itu? Mengapa rasanya sulit?

***

Di ruang tamu rumah Ayesha, kedua gadis itu saling diam. Lebih tepatnya Ghania tengah menunggu Ayesha yang terdiam seperti tengah berperang dengan hati dan pikirannya. Hanya suara jarum jam yang lebih mendominasi. Kedua seperti larut dalam pemikiran masing-masing.

"Aku ...."

"Kalau masih ragu buat cerita, nggak apa-apa kok. Nggak harus cerita sekarang."

Sontak saja Ayesha memandang Ghania seraya menggeleng. Lalu menunduk dalam.

"Maaf, tapi ... Aku cerita sekarang," tekad Ayesha ingin membagikan kesedihannya.

"Papa ... Papa—"

"Om Praja bilang apa lagi?" potong Ghania cepat.

Ayesha menoleh, bibirnya terangkat. Ia tersenyum getir saat mengingat semuanya.

Mushaf Cinta Dari-Nya [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang