***
Terkadang, kita terlalu resah memikirkan hal sederhana yang belum tentu akan terjadi.
🌾🌾🌾
Di ruang keluarga, seorang gadis tampak menghela napasnya berusaha sabar dengan sikap menyebalkan lelaki di sampingnya. Dia Hanum, adik Arsakha. Gadis itu kembali berdecak, lalu memilih menghentikan tangannya yang sibuk bermain ponsel. Pandangannya sepenuhnya menatap Sang Kakak.
"Mas ihhhh ... Sehari aja nggak ganggu Hanum bisa nggak sih?!" kesal Hanum pada kakak satu-satunya itu.
"Mas juga diem, Dek. Ini malah baru ngomong," jawab Sakha dengan tampang polosnya.
Hal itu membuat Hanum mendengus kesal. "Bukan mulutnya tapi kakinya! Kesel ihhh lama-lama sama Mas Sakha!"
Sakha memang diam sedari tadi. Tanpa berbicara satu kata pun. Tapi tidak dengan kakinya yang sibuk menendang-nendang kecil kaki Hanum. Dasar.
"Memangnya kenapa sama kakinya?" tanya Sakha dengan tampang polosnya.
"Diem, jangan nendang-nendang kaki Hanum!" sentak Hanum terlampau kesal. Sakha ber-oh ria tanpa rasa bersalah sedikitpun. "Aku aduin Bunda ya!" ancam Hanum begitu melihat wajah Sakha yang berekspresi biasa saja.
"Ngadu aja terus!"
"Bundaaaa Mas Sakha nakal," teriak Hanum seketika sampai membuat Sakha terkejut dengan suaranya.
"Dasar tukang ngadu!" Sakha menatap adiknya gemas.
Dari arah dapur Hanin berlari tergopoh-gopong dengan celemek yang sudah kotor dengan tepung. Wanita itu berkacak pinggang seraya menatap tajam kedua anaknya.
"Kenapa lagi, hmm? Sekali-kali nggak ganggu Bunda yang lagi masak bisa nggak sih?"
"Mas Sakha ganggu Hanum terus, Bun," adu Hanum tak ingin disalahkan.
Sakha mendengus, sebelum ibunda tersayangnya itu menyemprotnya, Sakha langsung berkata, "Hanum sudah pacar-pacaran, Bun. Sampai sibuk terus sama HP-nya!"
Sontak saja Hanum melotot dengan apa yang dikatakan Sakha. Apa-apaan kakaknya ini. Belum juga membantah perkataan Sakha, Hanin sudah mendekat dengan manik matanya yang menatap tajam dirinya.
"Benar itu?" geram Hanin pada anak perempuannya itu. Di saat itu pula, Sakha diam-diam pergi meninggalkan keduanya sebelum Hanum berteriak kesal.
"Mas Sakha ... Fitnah lebih kejam daripada pembunuhan yaa! Awas aja nanti!" teriak Hanum begitu melihat tingkah kakaknya dan langsung dibalas pelototan oleh Hanin.
"Anak perempuan nggak baik teriak-teriak!"
Hanum menunduk. "Maaf, Bunda. Mas Sakha duluan yang nyebelin," katanya masih saja mencari alasan. Sedang Hanin hanya bisa menghela napasnya lelah.
***
Sungguh sulit bagi Ayesha. Ia tidak suka ada seseorang yang mengetahui masalahnya kecuali dirinya memang sengaja memberitahunya. Namun, bukan rasa tidak suka itu yang membuat Ayesha seperti ini. Tapi rasa malu. Mengapa harus Sakha yang mendengarnya? Tidak. Ayesha sudah merasa canggung akibat kejadian pingsan dan perkenalan mendadak itu. Apa iya, dirinya harus menambah rasa malu saat berhadapan dengan lelaki itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Mushaf Cinta Dari-Nya [ TAMAT ]
Romance[ SQUEL ABOUT HEART ] 📌 📌 Cerita Ini Murni Imajinasi Penulis 📖📖 📍 BELUM DIREVISI 📝 *All pictures by pinteres ✔ ~•~•~ Ayesha Hanna Putri, gadis muda yang tak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah. Perempuan yang selalu menahan rindu setiap...