#03 ~ [ Kejadian di Malam Hari ]

9.7K 1.1K 14
                                    

***

Pada-Mu Allah, hilangkan segala yang menyakitkan ini.

🌾🌾🌾

"Kak, Iyel mau liburan bareng Papa. Kakak ikut kan?"

Ayesha hanya bisa terdiam mendengar pertanyaan Azriel waktu itu. Kemudian tersenyum tipis tanpa bisa berkata apapun. Ya, Ayesha sadar, ia tidak akan pernah diizinkan untuk ikut bersama mereka.

Ayesha tersenyum getir saat mengingat fakta itu. Nyatanya memang dirinya seperti tidak dianggap ada oleh Papanya. Ayesha harus apa? Ia lelah dengan semua ini. Terlalu menyakitkan saat mengingat kilasan amarah Papa yang selalu meletup-letup memakinya.

Gadis berkerudung biru gerau itu hanya bisa menghela napasnya. Ia bangkit dari duduknya setelah selesai mengerjakan tugas kampus sebelum akhirnya termenung saat mengingat pertanyan adiknya kala itu.

Ya, sudah tiga hari lamanya ia ditinggal di rumah sebesar ini. Sudah tiga hari lamanya pula Ayesha selalu termenung meratapi kesedihannya ini. Azriel dan Papanya tengah berlibur ke rumah sang nenek di Semarang. Ayesha ditinggal di rumah bersama asisten rumahnya. Itupun masih dibilang ia masih sendirian karena memang asisten rumahnya hanya datang saat siang dan pulang sore hari. Hanya bertugas membersihkan rumah dan memasak.

Tok, tok, tok ....

"Non, makan malam sudah siap. Non Yesha mau makan sekarang?" ujar Bi Asih—asisten rumahnya, di depan pintu kamarnya yang terbuka itu.

Ayesha mengangguk. "Boleh, Bi. Tunggu Ayesha turun ya?"

"Baik, Non. Kalo begitu Bibi turun duluan ya?" Sekali lagi Ayesha mengangguk seraya tersenyum tipis.

Bertepatan dengan itu Ayesha langsung membenahi buku-bukunya yang masih berserakan di meja belajarnya. Tangannya dengan sigap men-shut down laptopnya yang masih menyala. Setelah itu Ayesha langsung beranjak pergi turun ke lantai satu ruang makan.

"Malam ini masak apa, Bi?" tanya Ayesha dengan cekatan menarik salah satu kursi lalu mendudukinya.

"Bibi masak tumis kangkung kesukaan Non sama ayam kecap. Nggak papa ya Non makanannya berat?"

Ayesha menaikkan alisnya. "Nggak apa-apa lah Bi, Ayesha kan nggak terlalu mempermasalahkan makanan berat atau bukan," jawabnya lalu terkekeh di akhir kalimat.

Bi Asih pun ikut terkekeh mendengarnya. "Yaudah atuh, dimakan Non."

"Bibi makan di sini juga ya bareng Ayesha?" tawar Ayesha sedikit memaksa.

"Tapi—"

"Nggak apa-apa Bi. Ayesha jadi ada teman makan."

Mau menolak, Bi Asih tak tega. Akhirnya beliau pun mengangguk saja. Hingga akhirnya wanita paruh baya itu langsung duduk di sebelah Ayesha. Mereka pun makan dengan hikmat.

"Bi, Papa ada nitip pesan untuk Ayesha?" tanya gadis itu setelah beberapa menit menghabiskan makanannya.

Bi Asih yang sedang menumpuk piring-piring kotor terdiam sesaat. Lalu menggelengkan kepalanya pelan. "Nggak, Non."

Hal itu sukses membuat Ayesha mendesah kasar. Sampai kapan Papanya berbuat seperti ini padanya?

"Oh, ya sudah." Hanya kata itu yang bisa Ayesha lontarkan. Setelahnya gadis itu langsung pergi menuju kamarnya.

Di sana, Bi Asih hanya dapat memandang anak majikannya itu seraya tersenyum getir. Sudah bertahun-tahun lamanya ia bekerja di sini, ia selalu melihat bagaimana kesedihan Ayesha saat Praja berbuat tidak adil padanya. Sebenarnya Bi Asih pun tidak tahu apa yang membuat majikannya itu seperti ini.

Mushaf Cinta Dari-Nya [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang