***
Bolehkah aku menyadarinya, bila lambat laun aku mulai memperhatikanmu.
🌾🌾🌾
Sorak sorai para peserta seminar menambah kemeriahan acara seminar kali ini. Begitu antusias mereka mendengarkan setiap narasumber berbicara. Tepuk tangan mereka terdengar begitu meriah saat mereka dibuat takjub dengan apa yang disampaikan oleh pemateri.
"Jatuh bangun itu sudah menjadi hal yang lumrah di dunia bisnis. Entah itu bisnis dalam skala besar maupun kecil. Namun di sinilah para pembisnis ditantang untuk mempunyai tekad yang kuat. Tidak mudah goyah dengan problem-problem yang akan dihadapinya nanti. Sebuah kesuksesan dalam berbisnis tidak serta merta bisa di raih secara instant. Perlu sebuah proses untuk meraih kesuksesan itu."
Beliau berbicara dengan nada santainya. Tetapi menekan setiap kata yang harus digarisbawahi sebagai motivasi yang akan mendorong semangat mahasiswa.
Kalimat demi kalimat yang keluar dari sang narasumber utama didengar dengan baik oleh para peserta seminar. Ada yang sibuk menulis, ada pula yang sibuk mengangguk-anggukan kepalanya tanda memahaminya.
"Seorang pembisnis butuh kegagalan untuk memulai suatu proses yang panjang. Tetapi jangan lantas kita takut untuk memulai bisnis di era sekarang. Justru dengan pesatnya teknologi digital, kita ditantang untuk terus berinovasi agar tidak tertinggal oleh zaman."
Pria itu berbicara dengan gaya bicaranya yang terdengar lugas dan tetap terkesan santai. Sepertinya beliau memang selalu mengisi acara seminar dengan melakukan pendekatan psikologis yakni rileks agar para peserta seminar—yang notabenenya adalah kaum mahasiswa, paham dan mengerti dengan apa yang beliau sampaikan.
Di belakang sang narasumber utama, Sakha duduk di sofa seperti sebelumnya. Mendengar setiap motivasi dan pelajaran bisnis yang beliau ajarkan. Tak berapa lama kemudian, terdengar desahan napas dari dirinya. Lelaki itu masih tak menyangka ternyata narasumber utama seminar ini adalah Praditto Sanjaya, teman dekat kedua orang tuanya.
Sungguh, Sakha baru mengetahuinya. Ia memang tahu namanya, namun tak sampai membuatnya teringat akan beliau. Sekarang Sakha percaya dunia memang benar-benar sempit. Buktinya, mereka malah dipertemukan di acara seminar ini.
Memorinya kembali mengingat kala beliau naik ke atas panggung, Dito langsung tersenyum ke arah Sakha. Sedang Sakha sendiri hanya bisa tersenyum kaku meski dengan raut wajah terkejutnya yang sangat kentara. Otomatis pula Sakha berjabat tangan dengan beliau. Hilang sudah rasa tak nyaman yang sempat menderanya akibat duduk berdampingan dengan Ayesha.
Ah, berbicara tentang Ayesha, Sakha jadi teringat akan gadis itu. Dengan cepat lelaki itu menoleh menatap Ayesha yang diam menunduk dengan tangan yang saling bertaut. Apakah gadis itu sedang gugup? Sakha kira, Ayesha sudah terbiasa menjadi seorang moderator dalam seminar. Tak tahu harus dengan isi pikirannya yang tiba-tiba berpikir seperti ini, Sakha memilih kembali menyimak materi yang dibawa oleh teman dekat orang tuanya itu.
***
"Berikut ini saya bacakan CV moderator kita pada sesi kedua kali ini, nama Ayesha Hanna Putri. Lahir di Jakarta, 27 Juli 2001 ...."
Ayesha tersentak begitu mendengar namanya disebut oleh si pembawa acara. Gadis itu mengangkat wajahnya, menatap para peserta seminar yang sebagian juga memandangnya. Ah, hal itu justru menambah rasa gugup Ayesha sendiri. Ia bergerak gelisah di tempatnya. Meski tidak kentara, namun hal itu tetap saja tak luput dari penglihatan Sakha.
Barulah ketika sang pembawa acara selesai membacakan CV-nya, Ayesha mulai bisa mengendalikan dirinya. Sepertinya gadis itu berusaha sebaik mungkin untuk menutupi kegugupannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mushaf Cinta Dari-Nya [ TAMAT ]
Romance[ SQUEL ABOUT HEART ] 📌 📌 Cerita Ini Murni Imajinasi Penulis 📖📖 📍 BELUM DIREVISI 📝 *All pictures by pinteres ✔ ~•~•~ Ayesha Hanna Putri, gadis muda yang tak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah. Perempuan yang selalu menahan rindu setiap...