♡Beloved: Kejelasan

1K 191 9
                                        


Happy Reading♡♡

^^


SUASANA mencekam tengah menyelimuti ruangan persegi yang dominan dengan warna krem tersebut. Seorang laki-laki paruh baya berdiri menatap dingin dengan mata tajamnya ke arah dua remaja yang duduk di hadapannya. Auranya terasa begitu mengintimidasi. Berdiri tegap dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada. Memperjelas ketegasan dari sikap yang dia punya.

Seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik dengan kulit bersih ikut berdiri gelisah tak jauh dari mereka. Iris mata coklat gelapnya menyorotkan kecemasan sejak mereka berempat berakhir di ruangan ini.

Berdetik-detik lamanya belum ada yang membuka suara. Membiarkan suasana penuh ketegangan dan kecemasan itu memenuhi seluruh ruangan. Dua remaja laki-laki dan perempuan yang duduk berdampingan itu tidak bisa melakukan apa-apa. Mereka hanya menunduk. Memainkan jari-jarinya dengan cemas.

"Mama, Papa?"

Ditengah suasana mencekam itu, suara seorang remaja perempuan mengalihkan perhatian. Gadis dengan rambut sebahu sudah berdiri diambang pintu dengan kedua tangan yang memeluk bantal berwarna merah muda. Dahinya mengekerutㅡmenatap satu persatu semua orang yang ada di dalam ruangan.

"Gi, kamu ajak Ryujin ke kamarnya."

Jaebum memberi perintah kepada sang istri. Tanpa menunggu lama lagi Seulgi langsung berjalan menghampiri Ryujin. Mengajak putri bungsunya itu untuk keluar.

"Ryu, ayo ke kamar kamu!"

"Tapi, Maㅡ"

Ucapan Ryujin terpotong ketika Mamanya lebih dulu menarik pelan lengannya. Membawanya pergi dari sana.

Keadaan kembali seperti sebelumnya setelah kedua orang itu meninggalkan ruangan. Dengan mata tajam seperti elang, Jaebum memperhatikan kedua putra-putrinya yang sejak tadi hanya diam. Bahkan tak berani menoleh meski mendengar kedatangan Ryujin.

"Salah satu dari kalian nggak ada yang mau jelasin dulu ke Papa?"

Suara bernada datar namun terdengar tegas itu menginterupsi. Memecahkan keheningan namun membuat suasana semakin mencekam.

Tidak ada yang menjawab. Kedua remaja itu hanya menunduk dan bungkam di atas sofa panjang yang mereka duduki.

Jaebum mendongakㅡmembuang napas jengah. Dia merasa lelah melihat kedua anaknya yang hanya diam. Tak berniat sama sekali menjelaskan kejadian yang terjadi beberapa menit lalu.

"Kenapa sekarang kalian berdua cuma diam? Tadi Papa denger kalian teriak-teriak," tukas Jaebum, kembali melihat ke arah Hwall dan Yeji.

"Kenapa? Malu mau berantem di depan Papa?" Jaebum menatap marah. "Nggak pa-pa, berantem lagi aja sekarang! Teriak-teriak kayak tadi!"

Baik Hwall ataupun Yeji masih tidak ada yang mengatakan sesuatu. Entah karena mereka terlalu takut berhadapan dengan sang Papa atau karena memang mereka tidak ingin mengatakan apapun.

Mata tajam Jaebum menatap Hwall. Menemukan anak laki-lakinya itu hanya menunduk dengan menyatukan sela-sela jarinya di atas lutut.

"Hwall, kenapa kalian berantem?" tanya Jaebum.

Hening. Beberapa detik berlalu namun bibir Hwall tak bergerak untuk menjawab. Lantas Jaebum beralih menatap Yeji. Putrinya itu juga hanya menunduk sembari memainkan jari-jarinya di atas paha. Bibirnya terkatup rapat.

Beloved[✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang