♡Beloved: Tawa Pagi

1K 192 6
                                        


Happy Reading♡♡

^^

"

Satu sendok apa dua sendok ya?"

"Dua sendok kemanisan nggak sih?

Ryujin menimang-nimang satu sedok teh gula pasir yang sedang dia pegangㅡingin menuangkannya ke dalam cangkir berisikan teh panas yang baru saja dia buat.

"Nggak deh kayaknya. Kalo manis malah enak juga kok."

Setelah mendapatkan keputusan terakhir, akhirnya satu sendok teh kembali masuk ke cangkir teh tersebut, sebelumnya satu sendok teh gula sudah masuk terlebih dahulu.

Gadis betpipi sedikit tembam itu mengaduk teh yang dia buat. Melarutkan gula pasir yang baru saja dia tuangkan. Sampai kemudian suara berat menyapa indra pendengarannya.

"Lagi bikin apa?"

Spontan Ryujin mengalihkan perhatian. Melihat sang Papa yang terlihat baru saja bangun tidur datang ke dapur. Seketika Ryujin merasa sedikit canggung. Dia tidak bisa lupa apa yang terjadi kemarin. Dia juga tidak lupa apa yang Papanya katakan semalam. Tapi kenapa pagi ini Papanya bertindak seolah tidak terjadi apa-apa.

Apa Papanya benar-benar sudah tidak marah seperti yang dikatakan semalam?

Tidak mendapati respon dari Ryujin, Jaebum berjalan mendekati anak perempuannya itu. Mencoba melihat apa yang sedang anaknya buat.

"Tumben kamu mau minum teh," celetuk Jaebum lagi. Meski dia tau situasinya agak aneh untuk bersikap seperti ini. Tapi dia ingin memperbaiki situasi kemarin.

Alih-alih menjawab, Ryujin malah menyodorkan cangkir teh yang dia buat ke arah sang Papa. Hal itu sontak membuat Jaebum tergelak, mengangkat kedua alis kebingungan.

"Ini buat Papa?" tanya Jaebum memastikan agar dia tidak salah pengertian.

Ryujin mengangguk. Lantas memalingkan wajah ke arah lain. Bukan karena dia tidak mau menatap Papanya. Dia hanya merasa sedikit canggung dengan situasi ini.

Semalam Ryujin belum benar-benar tidur. Dia hanya memejamkan mata karena lelah. Lalu dia mendengar suara seseorang masuk ke dalam kamarnya. Gadis itu tetap memejamkan mata sampai tau orang yang datang adalah sang Papa. Ryujin juga mendengar semua yang Papanya katakan. Karena itu pagi ini Ryujin pergi ke dapur hanya untuk membuat teh sebagai ucapan terimakasih dan minta maaf kepada sang Papa.

"Manis."

Sontak Ryujin menatap ke arah Jaebum dengan bola mata membesar ketika kata itu keluar dari bibir Papanya setelah menyesap teh yang dia buat.

"Kemanisan ya?"

Jaebum mengangguk. "Kemanisan kayak Mama," ucapnya yang malah bercanda.

Mendengar itu Ryujin bersungut,"kan yang buat aku, kok Mama yang dikatain manis." Gadis itu protes.

"Namanya juga bucin, dek."

Suara lain tiba-tiba menyahut begitu saja. Yeji muncul dari ruang makan yang terhubung dengan dapur. Gadis itu membawa mangkok kotor ditangannya kemudian meletakannya di tempat pencucian piring.

Bukannya membantah cercaan Yeji, Jaebum malah tersenyum lucu menerima begitu saja.

"Mau teh juga dong," cetus Yeji, berjalan mendekat ke arah Papa dan Ryujin.

Ryujin mendelik malas. "Bikin aja sendiri!"

"Dih, gitu. Papa aja dibuatin."

"Jangan iri sama Papa. Ini kalo kamu mau, bisa minum punya Papa," sela Jaebum. Mengulurkan cangkir teh yang dia bawa ke arah Yeji.

Spontan gadis itu bergidik. "Enggak ah. Papa belom mandi, bau jigong!" hardiknya.

Yang seketika itu langsung disambut tawa Ryujin. Seolah dia langsung lupa dengan kecanggungan tadi. Dia juga lupa yang sudah terjadi kemarin. Seperti benar-benar situasinya kembali seperti semula.

Jaebum ikut terkekeh meski dirinya yang menjadi bahan ejekan. Baginya tidak apa, asalkan melihat tawa kedua putrinya pagi-pagi seperti ini. Itu cukup untuk membuatnya semangat menjalani aktivitas nanti.

"Tau aja kalo Papa belom mandi," sahut Jaebum. Kembali menyesap teh yang dibuatkan oleh Ryujin. Meski rasanya kemanisan, tapi dia suka.

"Siapapun yang lihat Papa sekarang udah jelas banget kalo belum mandi," kata Yeji. Memperhatikan penampilan Papanya yang jauh dari kata rapi, namun dekat dengan kata tempat tidur.

"Rambutnya aja berantakan banget udah kayak gembel," imbuh Ryujin.

"Mukanya kusut kayak bantal, bau jingong!" sambung Yeji.

"Cuma koloran sama kaosnya astaga... aku nggak bisa berkata-kata lagi."

Ryujin menepuk jidat tak habis pikir. Kaos yang Papanya kenakan itu kaos yang hampir tiap hari dia lihat Papanya pakai ketika bangun tidur. Kaos oblong tanpa lengan berwarna hijau lumut yang bentuknya bahkan sudah sangat kusut.

Yeji ikut tertawa puas. Dia ingat betul kaos yang Papanya kenakan ini sudah layak digunakan sebagai kain lap. Tapi herannya masih saja Papanya pakai.

Melihat kedua putrinya yang begitu kompak mengejeknya, Jaebum memberengutkan wajah merajuk.

"Gitu ya, bahagia banget kalo jelek-jelekin Papa," ujarnya.

"Emang udah jelek. Aku aja heran kok Mama mau sama Papa," sahut Yeji masih belum puas menyudutkan sang Papa.

"Mau tau kenapa Mama mau sama Papa?" seru Jaebum tiba-tiba. Mengubah ekspresi wajahnya menjadi sangat serius.

Spontan Yeji dan Ryujin berhenti tertawa. Mengarahkah perhatiannya kepada Jaebum, merasa tertarik.

Jaebum mencondongkan kepalanya mendekat ke arah Yeji dan Ryujin, berusaha membisikan sesuatu. Seolah apa yang akan dia katakan itu sangat rahasia.

"Mama mau sama Papa karna cuma Papa yang mau sama Mama."

Tepat setelah berhasil mengatakan itu, Jaebum langsung tertawa kerasㅡmerasa apa yang dia katakan itu sangatlah lucu.

Namun reaksi berbeda dari Yeji dan Ryujin. Dua anak perempuannya itu malah memberikan ekspresi wajah super datar. Hingga yang terdengar hanyalah tawa Jaebum yang begitu menggema di ruangan dapur.

Yeji dan Ryujin kompak mencibir. Merasa apa yang dibisikan Papanya tadi tidak lucu sama sekali.

"Pergi aja lah," ajak Yeji pada Ryujin.

Keduanya melenggang pergi meninggalkan sang Papa.

"Loh, kok kalian nggak ketawa?" seru Jaebum ketika melihat kedua putrinya hendak pergi.

Tanpa berhenti ataupun balik menoleh, Ryujin menyahut singkat. "Nggak lucu!"





♡♡

Thanks for reading♥

Tbc.

Beloved[✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang