4

16.3K 572 0
                                    

*Arfian POV

Entah sudah berapa gelas alkohol yang masuk kedalam tubuhku malam ini. Rasanya kepalaku mulai berat dan semua benda di sekeliling ku seakan ada dua.

Aku kembali menatap gadis cilik di hadapan ku. Aahh... Aku tak tau apakah ia masih seorang gadis atau tidak.

"Om, aku mau pulang." gadis itu menatap seolah memohon pertolongan ku agar bisa keluar dari club ini.

Tubuh ku sudah sedikit hilang kendali. Pengaruh alkohol ditambah lagi dengan gadis seksi yang duduk disini.

"Tapi kau akan kalah dengan tantangan mu." jawabku.

Ia tampak sedikit gusar mendengar jawaban ku. Kemudian kembali memandang ponselnya dan sibuk mengetik sesuatu.

Aku merasa kepala ku semakin pusing. Aku bangkit dan berjalan menuju sebuah tempat tidur yang tersedia diruangan ini.

Ruangan ini merupakan ruangan khusus untuk ku. Dan hanya satu kamar di lantai 3 ini. Lebih tepatnya, ini seperti apartemen mini ku.

Jika kalian bertanya mengapa aku bisa memiliki apartemen ini?? Well, club malam ini merupakan milikku, aku sengaja menambahkan apartemen mini diatasnya. Sehingga saat mabuk pun, tak susah untuk membawaku ke tempat aman. 

Kamar ini tak pernah ku masuki bersama wanita manapun, kecuali gadis cilik yang saat ini sedang duduk di sofa.

Gadis yang memakai gaus warna maroon, menampilkan punggungnya yang putih. Meskipun ia tak setinggi para wanita-wanita di club ini, namun ia cukup seksi hingga mampu membangkitkan sesuatu yang sedang tidur didalam sana.

Tubuhku terbaring sembarang di ranjang. Pandangan ku meredup meskipun hasrat untuk bercinta seolah membara ditubuhku saat ini. Namun aku mengurungkan niat untuk memangsanya habis-habisan.

Lebih baik aku tidur dan menghilangkan pengaruh alkohol ini. Bukan aku tidak mau, hanya saja tidak dalam keadaan seperti ini.

Ia akan berpikir bahwa aku adalah monster, lalu merasa takut padaku. Aku tidak ingin meninggalkan pandangan buruk terhadap orang baru.

Sebenarnya bukan karena ia orang baru atau tidak, tetapi karena aku menyukainya entah sejak kapan. Mungkin saat pertama kali aku bertemu dengannya secara tak sengaja, saat ia menabrak Adit waktu itu.

Perlahan mataku tertutup dan aku sudah tak mengingat hal apapun.

*****

*Author

Oliv bingung bercampur lega melihat pria itu tertidur. Ia menghela nafas seolah beban nya malam ini hilang begitu saja.

Pelan-pelan Oliv berjalan mendekati Arfian. Ia berjongkok untuk melihat dengan jelas wajah tampan yang sudah memikat hatinya sejak kejadian di depan toilet umum.

Wajah tampan yang sedang tertidur pulas, seolah tanpa beban dan tanpa dosa. Ia menikmati setiap inci wajah Arfian.

Setelah puas memandangi wajah tersebut, ia kembali duduk di sofa dan mencoba menghubungi Serly. Namun tak kunjung mendapatkan jawaban. Melihat jam di tangannya sudah menunjukkan pukul 1 dini hari, Oliv yakin bahwa Serly sudah tidur.

Oliv mengedarkan pandangan keseluruh ruangan ini. Disini sama sekali tak terdengar suara musik yang begitu memekakkan telinga.

Begitu nyaman dan damai disini. Oliv melangkah kan kaki nya menuju sebuah meja besar di sebelah nakas.

Ia memandang secara detail setiap foto yang terpajang disana. Ada 5 bingkai foto dan sebuah buku catatan seperti note.

Di foto pertama, Oliv melihat seorang bocah lelaki kecil sedang tersenyum lebar menggemaskan, memakai topi dan duduk di sebuah mobil mainan. Saat melihat wajahnya, ia yakin bahwa itu adalah pria yang saat ini sedang tertidur itu.

Ia membalikkan foto tersebut dan mendapatkan sebuah catatan kecil di belakangnya.

"Arfian Yudhistira. Hadiah mobil pertama dari Papa." gumam Oliv membaca tulisan tersebut.

"Oh namanya si Om, Arfian." ucapnya sambil memandang Arfian yang sedang tertidur pulas.

Ia kembali meletakkan foto pertama dan beralih menuju foto kedua. Terdapat foto keluarga sepasang suami istri dan foto Arfian yang sudah sedikit lebih besar dari foto sebelumnya. Arfian menggendong seorang bayi lelaki yang Oliv taksir sekitar usia 1 tahun. Ia menerka bahwa itu adalah orang tua Arfian.

Matanya beralih pada foto ketiga. Terdapat 3 orang lelaki memakai setelan jas dan sedang tertawa bahagia. Ia memperhatikan siapa difoto itu secara detail.

Disebelah kiri adalah Arfian yang tersenyum lebar. Disebelah nya adalah seorang lelaki yang wajahnya begitu mirip Arfian, namun terlihat lebih muda.

Oliv menyadari foto sebelumnya bahwa Arfian sedang menggendong bocah kecil yang tak lain adalah adiknya yang kini sudah dewasa. Ia memakai pakaian toga. Disebelah kanan adalah pria yang tak sengaja ia tabrak.

Pria yang sama saat dua jam sebelumnya menabrak Oliv. Menumpahkan es kopi yang masih tersisa setengah ke baju Oliv. Hingga saat kejadian didepan toilet umum, ia begitu kesal.

Ia menyadari bahwa ini adalah foto kelulusan adik Arfian. Ia kembali meletakkan foto tersebut. Saat hendak melihat foto keempat, Arfian yang sedang berada di ranjang bergerak merubah posisi tidurnya.

Hal itu tentu saja membuat Oliv merasa jantungnya berpacu lebih cepat seolah ia hampir saja tertangkap saat hendak mencuri.

Melihat Arfian yang kembali tidur, ia menghela nafas lega. Kemudian melanjutkan melihat foto yang tersisa.

*****

Sekilas Mata (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang