14

9.2K 398 1
                                    

Gio sedang menyantap sarapannya. Ia sudah rapih dengan seragam sekolah. Hari ini Oliv sedang tidak ada jadwal kuliah.

Oliv sedang menyiapkan bekal untuk Gio. Arfian datang dan memeluk Oliv sambil menciumi leher Oliv.

"Ada Gio mas. Malu diliatin." ucap Oliv setengah berbisik.

"Kita akan bertemu keluarga mu besok." ucap Arfian.

Oliv tampak gusar saat Arfian menyebut keluarga nya. Arfian yang menyadari perubahan sikap Oliv pun memandangi nya curiga.

"Ada apa Oliv?"

"Ada hal yang ingin ku bicarakan Mas." ucap Oliv.

"Silahkan bicara Liv. Memang nya ada apa?" tanya Arfian begitu penasaran.

"Nanti saja mas. Itu Gio dianter dulu ke sekolah." ucap Oliv mengelak.

"Gio di anter Pak Seno." ucap Arfian memasukkan bekal Gio ke dalam tas.

"Papa ga ke kantor?" tanya Gio.

"Papa ada urusan sayang. Kamu diantar Pak Seno hari ini ya. Nanti pulang Papa jemput." ucap Arfian. Gio mengangguk setuju.

"Mam- eh Kak Oliv. Gio berangkat sekolah dulu ya." ucap Gio yang hampir keceplosan menyebut Mama.

Gio berdiri dan menghampiri Oliv yang sedang memasak sarapan untuk Arfian. Ia sudah begitu akrab dengan Oliv. Hingga tidak ada kecanggungan apapun lagi.

"Hati-hati ya sayang. Sekolah yang bener ya." ucap Oliv  mencium pipi kanan kiri Gio.

Gio menghampiri Arfian yang sedang duduk di meja makan. Padahal Arfian sudah dekat dengan posisi Gio saat sebelum ia memeluk Oliv. Tapi gio lebih memilik pamit dengan Oliv terdahulu.

"Pa. Boleh panggil Kak Oliv, Mama?" bisik Gio pada Arfian.

Arfian yang mendapat pertanyaan seperti itu dari Gio pun mengangguk sambil tersenyum menandakan ia setuju. Bocah itu tersenyum senang dan berlari pergi.

"Paa.. Maa.. Gio berangkat dulu." teriak Gio yang sudah berada di ruang tamu siap untuk berangkat.

Oliv yang mendengar Gio mengatakan 'Mama' pun merasakan hatinya menghangat. Ia tersenyum saat menghidangkan sarapan untuk Arfian. Kemudian duduk menemaninya.

Arfian tak bertanya apa-apa sampai selesai makan. Setelah selesai sarapan, Oliv menuju halaman belakang. Ternyata Bi Ina sedang menyiram tanaman disana.

"Bi, biar Oliv saja." ucap nya saat menghampiri Bi Ina.

"Tidak usah Non. Nanti Tuan Besar marah sama saya." ucap Bi Ina ketakutan.

Oliv mengusap pundak Bi Ina. Meyakinkan bahwa semua baik-baik aja. Bi Ina memberikan selang kecil tersebut ke tangan Oliv. Oliv tampak senang sekali bermain air. Semua itu tak luput dari perhatian Arfian.

Arfian datang mendekati mereka. Seketika Bi Ina sudah ketakutan karena tak menyelesaikan tugasnya. Namun Arfian justru tampak sangat santai.

"Tidak apa-apa Bi. Kalau masih ada kerjaan lain, silahkan dikerjakan Bi. Kalau tidak, Bibi bisa istirahat di rumah." ucap Arfian.

Bi Ina merasa kaget dengan sikap lembut Arfian jika berada dengan Oliv. Kemudian beliau pamit karena seluruh pekerjaan sudah selesai. Arfian mendekati Oliv dan memeluk nya dari belakang.

"Ada masalah apa?" tanya Arfian to the point. 

Ia menciumi leher telanjang Oliv dan sedikit meninggalkan bekas disana. Oliv masih sibuk dengan selang air.

"Bapak Ibu ku sudah tiada Mas." ucap Oliv masih sambil bermain air.

Arfian terkejut dengan perkataan Oliv. Ia tak menyangka bahwa Oliv juga sudah yatim piatu. Arfian mengeratkan pelukannya.

"Kita ziarah ke makam mereka ya." ucap Arfian.

Oliv melepaskan selang air dan membalikkan tubuhnya menghadap Arfian. Arfian melonggarkan pelukannya memberi jarak agar Oliv bisa bernafas.

"Aku juga ingin bertamu ke tempat Mama Papa kamu Mas. Dan juga Mama nya Gio." ucap Oliv. Arfian mengangguk setuju.

"Baiklah. Kita berangkat sekarang atau bersama dengan Gio?" tanya Arfian.

"Sebaiknya kita tunggu Gio saja mas. Sekalian dia juga berkunjung ke tempat Mama nya." jawab Oliv.

Kesepakatan sudah diputuskan, mereka akhirnya ngobrol santai sesekali bercanda.

•••••

"Fi, lo ga ke kantor?" tanya Adit melalui telepon.

"Kagak. Gue lagi sibuk." jawab Arfian cuek.

"Buset dah. Kayak lagi honeymoon aja lo." celetuk Adit dengan sembarang.

"Iya emang lagi honeymoon. Buatin adek untuk Gio biar ada temen main." ucap Arfian yang dihadiahi cubitan pada perut nya. Ia meringis sambil mengusap-usap perut nya yang dicubit Oliv.

"Yaudah serah lo deh. Dah gue gak mau ganggu." ucap Adit mematikan sambungan telpon.

Arfian terkekeh melihat sahabat nya itu. Saat ini, Oliv dan Arfian sedang berbelanja bulanan di supermarket terdekat.

Tentu saja tatapan mata orang-orang disana yang melihat Arfian dan begitu memuja nya. Oliv malah terkesan seolah tak peduli.

Mereka segera menyelesaikan belanjaan dan langsung pulang.

*****

Sekilas Mata (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang