12

10.6K 506 1
                                    

Arfian berjalan mendekati mobil Adit yang sedang terparkir di garasi. Sementara Adit sendiri sedang berada di dalam, sedang bermain bersama Gio.

Arfian membuka pintu mobil Adit. Oliv yang menyadari siapa yang datang pun bergegas ingin keluar. Namun sudah terhalang oleh tubuh Arfian yang berdiri di depan pintu.

"Mari kita bicara." ucap Arfian dengan lembut.

Olivia akhirnya keluar dari mobil. Ia masih menjaga jarak dengan Arfian. Pria di hadapan nya itu menghela nafas kasar.

"Maaf Oliv." ucap Arfian membuka suara.

Oliv masih tak menanggapi. Ia masih merasa kesal dengan Arfian. Arfian kembali melanjutkan ucapannya.

"Aku tidak bermaksud untuk membuang anakku sendiri. Dia anakku juga Liv. Tapi yang aku pikirkan adalah kamu. Bagaimana dengan kuliah kamu?" tanya Arfian.

"Kan sudah ku katakan Mas. Kuliah bisa cuti. Aku akan membesarkan anak ini." ucap Oliv.

"Iya sayang. Aku tau. Aku juga ingin membesarkan nya.  Tapi kamu pasti akan mendapatkan cibiran dari teman-teman kampus kamu." ucap Arfian perlahan mendekat.

"Aku tidak takut Mas." ucap Oliv.

Arfian merengkuh tubuh mungil Oliv. Ia begitu merindukan wanitanya ini.

"Kalau memang itu keputusan kamu, tidak apa-apa. Mari kita besarkan bersama-sama." ucap Arfian menangkup wajah Oliv.

Ia menghapus air mata yang mengalir di pipi Oliv. Arfian mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir Oliv. Kecupan itu perlahan menjadi lumatan.

Arfian begitu merindukan Oliv dan semua rasa yang ada didirinya. Ciuman mereka terlepas saat mereka sudah kehabisan oksigen.

"Maafkan aku Oliv." ucap Arfian.

Oliv memeluk pria yang ada dihadapan nya itu. Menangis dalam dekapan Arfian, hingga membuat kemeja Arfian basah. Baju yang sama sejak Arfian pulang. Ia memang belum mengganti pakaian.

Suara deheman dari pintu rumah yang terhubung ke garasi membuat pelukan mereka terlepas. Adit berdiri di sana, memandangi sahabat nya itu.

"Sejak kapan kalian berhubungan?" pertanyaan interogasi dari Adit membuat Oliv memerah malu. Sementara Arfian memutar mata nya malas.

"Sepertinya Gio bakal punya adik." ucap Adit menggerling nakal pada Oliv. Yang ditatap tak berani membalas ucapan Adit.

"Lo bisa diem gak?!" ucap Arfian memandangi sahabat nya itu.

"Ya ya. Baiklah Pak Bos. Lagian laki orang kaya, bisa-bisa nya kalian ketemuan di garasi. Di kamar kek. Lebih enak sambil enakenak."

Ucapan Adit membuat Oliv semakin tersipu malu. Sementara Arfian melemparkan sendal nya dan mengenai lengan Adit.

"Masuk lo sana. Gio mana?" tanya Arfian.

"Gio lagi mau makan malam." jawab nya sambil masuk.

Adit sudah pergi. Arfian kembali menghadap Oliv. Ia memandangi wanita nya itu dengan sendu.

"Ayo masuk. Tadi sore Gio nanyain kamu." ucap Arfian. Namun Oliv masih belum ingin bergerak.

"Mas.." ucapnya membuat Arfian memfokuskan diri mendengar Oliv.

"Jangan kasih tau Gio dulu ya Mas. Aku belum siap." ucap Oliv. Arfian tersenyum sambil mengangguk. Akhirnya Olivia ikut masuk kedalam rumah.

Gio yang sedang makan sambil duduk menonton tv, saat melihat Oliv langsung meninggalkan makanannya dan berlari memeluk Oliv.

Adit yang melihat itu, ekspresi terkejut nya sama seperti Arfian waktu pertama kali Gio bertemu Oliv.

"Wah sepertinya sudah dapat restu anak." ucap Adit saat Arfian menghampiri dan ikut duduk di sofa depan tv.

"Begitu lah." ucap Arfian mengedikkan bahu.

"Kak Oliv mau mandi dulu ya. Gio selesaikan dulu makannya. Udah ditungguin Papa di situ." ucap Oliv. Gio mengangguk menurut dan berjalan bergabung bersama Adit dan Arfian.

"Kamu sudah punya Mama baru ya, Gio? Kok Om Adit ga dikasih tau?" ucap Adit memancing jawaban Gio. Yang ditanya malah memandangi Arfian.

"Yang bener Pa? Kak Oliv itu calon Mama nya Gio?" tanya bocah itu pada Papa nya.

Arfian menatap Adit tajam. Namun sepertinya ia tidak peduli, membuat Arfian mengangguk dan tersenyum sebagai jawaban.

"Yeeaah. Gio punya Mama. Jadi Gio ga bingung lagi kalau ada acara Mama disekolah." ucap bocah itu.

Adit yang tadi sekedar iseng, justru malah kebingungan yang membuat Arfian terkekeh melihat reaksi Adit.

*****

Sekilas Mata (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang