"Bagaimana kondisinya dok?" tanya Arfian khawatir.
Dokter baru saja selesai memeriksa Oliv yang kini sedang berbaring di dipan rumah sakit. Dokter mengulurkan tangannya yang di sambut dengan bingung oleh Arfian.
"Selamat ya Pak. Ibu Oliv sedang hamil. Usia kandungannya sudah memasuki 12 minggu." ucap si dokter sambil melepas jabatan tangan mereka.
Arfian dan Oliv yang mendengar kabar tersebut sangat terkejut. Bahkan Oliv sampai menutup mulutnya karena begitu kaget. Arfian mengucapkan terimakasih dan dokter itupun sudah keluar ruangan.
"Kamu.. Kamu ha-hamil Liv." ucap Arfian terbata karena masih shock.
Oliv mengelus perutnya yang sudah sedikit membuncit. Arfian masih mematung di tempat nya.
"Aku akan menjaganya Mas." ucap Oliv mengelus perutnya.
Arfian seperti kehilangan kesadaran nya. Ia tak menyahut dan tak merespon ucapan Oliv.
"Tapi kamu kan masih kuliah, Liv." ucap Arfian.
Ia memikirkan bagaimana nasib Oliv jika ia harus mengandung. Ia harus berhenti kuliah.
"Kuliah bisa cuti Mas." jawab Oliv.
"Iya. Tapi inikan kamu sudah sedikit lagi. Tinggal berapa bulan lagi kamu sidang." ucap Arfian.
Oliv menatap Arfian dengan bingung. Ia kemudian berdiri dan menghampiri tempat dimana Arfian berada.
"Apa mas menyuruhku untuk membuang anakku sendiri? Enggak Mas. Kalau mas emang gak mau menerima bayi ini, aku yang akan mengurus nya sendiri." ucap Oliv berjalan keluar ruangan. Meninggalkan Arfian yang masih mematung di tempat.
••••••
"Kak Oliv mana Pa?" tanya Gio saat Arfian pulang hanya sendiri dengan wajah yang begitu lesu.
Ia tak menjawab pertanyaan Gio dan langsung menuju kamarnya. Hari ini ia merasa sangat lelah. Ia baru saja tiba di Jakarta, dan di beri kejutan seperti ini.
Arfian bukan tidak mau menerima anak itu. Tetapi Olivia sedang sibuk menyusun skripsi nya. Wanita nya itu sudah hampir sampai di ujung masa kuliahnya.
Kalau Olivia bersikeras menjaga bayi itu, ia akan sangat kelelahan karena skripsi begitu menguras tenaga.
Arfian sungguh merasa dilema. Ia terus memikirkan hal tersebut, hingga membuat nya tanpa sadar tertidur dan belum berganti pakaian.
Sementara Oliv, saat ini ia sedang menyusun semua baju-baju nya. Ibu kos terkejut dengan keputusan Oliv yang tiba-tiba pergi.
"Oliv pamit dulu ya bu. Ada urusan keluarga." ucap Oliv harus berbohong.
Kini oliv sedang berjalan tak tentu arah. Ia tak tau harus kemana karena merasa begitu kecewa dengan Arfian.
Bagaimana bisa seorang ayah membunuh anaknya sendiri. Hal itu membuat Oliv tak habis pikir.
Terlalu banyak berfikir, membuat Oliv tak sepenuhnya fokus pada jalanan. Hingga sebuah klakson mobil membuyarkan lamunan nya.
Ia hampir saja tertabrak karena terlalu larut dalam pikiran nya. Orang yang berada di dalam mobil pun keluar.
"Hati-hati kalau nyebrang Mbak." ucap lelaki itu.
Oliv tak menjawab. Tatapan mereka bertemu, Oliv menyadari bahwa ia mengenal lelaki itu. Lelaki yang ia tabrak berapa bulan lalu di depan toilet umum. Lelaki yang bersama dengan ayah dari anak yang ia kandung saat ini. Siapa lagi kalau bukan Adit.
"Loh, hei. Kamu ngapai disitu? Ya ampun." ucap Adit berjalan mendekati Oliv.
Ia melihat Oliv membawa tas dan dengan raut wajah yang sangat berantakan. Adit mengajak Oliv untuk duduk dan menepikan mobilnya. Adit tak tau tentang hubungan Arfian dengan Oliv, Arfian belum bercerita padanya.
"Kamu kenapa? Kok malam-malam keluyuran gini?" tanya Adit menyodorkan sebotol air mineral. Oliv menerima nya.
"Oh ya, nama saya Adit." ucapnya memperkenalkan diri.
"Terimakasih." ucap Oliv tertunduk.
"Kamu diusir dari kos?" tebak Adit dengan bercanda. Oliv menggeleng.
"Saya sedang mengalami masa yang rumit." ucap Oliv.
Adit yang merasa tak tega akhirnya mengajak Oliv untuk ikut bersama nya. Adit sudah menikahi wanita yang dijodohkan oleh ayahnya. Jadi tidak mungkin ia akan membawa Oliv ke rumah. Saat ini tujuan Adit adalah rumah Arfian. Tadi ia emang berniat untuk kesana, karena mendengar kabar bahwa tadi siang Arfian sudah tiba di Jakarta."
Oliv yang lagi-lagi tak fokus, tak menyadari bahwa ia sudah sampai lagi dirumah Arfian. Adit menawarkan ia untuk masuk. Namun saat itu juga Oliv tersadar bahwa ia berada di rumah Arfian.
"Saya tidak ikut masuk Pak. Saya disini saja." ucap Oliv menolak.
Karena masih sibuk berdebat dengan Adit, Oliv tak menyadari bahwa sedari tadi ada seseorang yang menatap mereka dari pintu rumah.
******

KAMU SEDANG MEMBACA
Sekilas Mata (SELESAI)
FantastikCheck Another Story From Me 🤍 ⚠️21+ Cerita ini berisi adegan dewasa.!!! Harap bijak dalam memilih bacaan.