Sejak Amelia muncul, Oliv lebih banyak diam. Ia memilih menutup mulutnya dan menunggu Arfian menjelaskan daripada ia berprasangka buruk.
"Oliv." Arfian menyentuh tangan kanan Oliv. Sesekali ia mencium tangan tersebut. Gio sedang tidur di belakang.
"Kamu kenapa?" tanya Arfian masih fokus dengan jalanan.
"Gapapa mas. Cuma sedikit pusing aja." jawab Oliv berbohong.
Tentu ia baik-baik saja. Entah emang sifat Oliv yang cuek, atau pun bawaan bayi yang sedang ia kandung.
"Kamu masih kepikiran Amel?" tebak Arfian. Oliv hanya mengangkat bahunya cuek. Arfian terkekeh pelan.
"Amel itu adiknya Irene." ucap Arfian.
Mendengar jawaban Arfian, rasanya bongkahan es batu di hati Oliv mencair membanjiri seluruh tubuhnya. Arfian melepas genggamannya karena sedang menyetir. Tangannya beralih ke setir.
"Kalau kamu marah karena Amel, aku bakal jelasin siapa dia sebenarnya." ucap Arfian sambil memutar kemudi nya memasuki halaman rumah.
"Ayo masuk." ucap Arfian sembari keluar dan menggendong Gio yang masih tertidur.
Arfian meletakkan Gio di kamarnya. Kemudian ia turun dan menyusul Oliv yang berada di halaman belakang.
Arfian memeluk Oliv dari belakang. Tangannya mengelus perut Oliv yang sudah tampak sedikit membuncit.
"Jangan terlalu banyak berpikir yang aneh-aneh, hemm.. Kasian dedeknya ikutan kepikiran." ucap Arfian. Oliv menghela nafas nya.
"Aku gapapa kok mas. Beneran." akhirnya Oliv membuka suaranya. Terdengar helaan lega dari Arfian.
"Terus kamu kenapa kok diam aja di mobil tadi?" tanya Arfian sambil memangku Oliv untuk duduk. Oliv mengalungkan tangannya di leher Arfian.
"Aku cuma kepikiran, kenapa mas dan Gio terlihat begitu marah pada Amel." lagi-lagi Arfian menghela nafasnya.
"Amel itu adik kandung dari Irene, Mama nya Gio." ucapan Arfian dijawab dengan anggukan Oliv. Kemudian ia meneruskan ucapannya.
"Waktu Irene meninggal, pihak keluarga nya seolah tak terima kalau Irene sudah tiada. Hingga mereka sangat membenci ku. Mereka juga tidak tau kalau Irene melahirkan seorang anak. Aku mencoba menjelaskan apa yang terjadi. Meskipun aku sendiri sedang kesusahan untuk berbicara." ucap Arfian dengan pandangan yang menerawang jauh.
"Orangtua Irene lama kelamaan akhirnya bisa menerima kepergian nya. Dan aku berpikir kalau masalahnya sudah selesai. Saat Gio berusia 10 bulan, tiba-tiba polisi datang dan membawa surat penangkapan untukku. Aku yang saat itu tidak tau apa permasalahan nya pun memberontak, mengingat Gio juga masih sangat kecil. Aku mendengar suara tembakan dan seketika dada ku terasa nyeri." ucap Arfian membuka bajunya dan menunjukkan bekas luka jahitan di pundak sebelah kiri.
"Akhirnya aku dibawa polisi dan Gio diasuh oleh Reza." ucap Arfian menyelesaikan ceritanya.
Olivia menarik alisnya bingung. "Terus alasan Mas sama Gio benci dia karena apa?" tanya Oliv kembali.
Arfian terkekeh melihat reaksi Oliv. Ia mengecup singkat bibir Oliv. Kemudian melanjutkan ceritanya.
"Aku sempat dipenjara selama sebulan. Selama itu pula Gio menangis tak henti karena ia takut dengan orang baru. Bahkan Reza sekalipun. Aku yang berada di penjara dengan Gio yang menangis dirumah membuat ku menjadi tak terkendali. Aku menebus semua nya dengan uang. Saat keluar penjara, aku mulai mencari tau siapa sebenarnya dalang dibalik ini semua. Cukup mudah ternyata, sungguh diluar dugaan ku. Aku begitu terkejut saat mengetahui bahwa Amelia lah yang membuat ku dipenjara dengan tuduhan membunuh istriku sendiri. Aku begitu marah dan akhirnya menjelaskan semua nya. Bahkan mereka sebelumnya tidak tau kalau Gio ada, aku mengucapkan nya. Membuat Amel merasa sangat bersalah. Aku memberinya ancaman untuknya jangan pernah muncul lagi dihadapanku dan Gio." ucapnya menjelaskan panjang lebar.
Oliv mengangguk paham dengan cerita Arfian. Ia mengelus lembut rahang tegas pria tersebut.
"Sudah. Itu semua masa lalu." ucap Oliv mengecup pipi Arfian.
"Tadi adalah pertama kali kemunculan Amel setelah 10 tahun berlalu." jelas Arfian.
Oliv memeluk leher Arfian, kesempatan untuk Arfian menenggelamkan wajahnya di dada Oliv. Wanita itu merasa geli karena rambut-rambut halus di rahang Arfian mulai tumbuh.
"Ya sudah. Ayo tidur. Besok aku ada kuliah siang. Jam 1." ucap Oliv.
Arfian menggendong Oliv masuk ke rumah. Ia menaiki tangga dan membaringkan Oliv di ranjang.
Arfian kembali memastikan semua pintu sudah terkunci. Ia masuk ke kamar Gio dan mengecup kepala nya. Kemudian menutup kembali pintu nya, dan menuju kamarnya untuk tidur.
******

KAMU SEDANG MEMBACA
Sekilas Mata (SELESAI)
FantasíaCheck Another Story From Me 🤍 ⚠️21+ Cerita ini berisi adegan dewasa.!!! Harap bijak dalam memilih bacaan.