15

9.2K 417 2
                                    

"Paaa... Maaa.. Gio pulaaangg.." teriaknya dari ruang tamu.

Oliv yang sedang menonton tv langsung menyambut Gio. Bocah tersebut memeluk Oliv dengan erat sampai Oliv meringis kesakitan. Arfian yang baru saja keluar dari ruang kerja nya, melihat Oliv meringis segera melepaskan pelukan Gio.

"Papa kenapa sih? Kan Gio pengen peluk Mama." ucap bocah itu ngambek.

"Peluk ya peluk aja. Jangan sampai erat banget gitu. Liat tuh Mama kesakitan." balas Arfian tak kalah sewot.

Gio yang merasa bersalah segera menatap Oliv dan meminta maaf. Oliv merangkul pundak Gio dengan lembut sambil mengelus-elus lengan bocah tersebut.

"Maaf ya Ma." ucap Gio.

"Tidak apa-apa sayang. Sudah ganti pakaian kamu, Mama tunggu di ruang makan ya." ucapan spontan dari mulut nya menyebut dirinya Mama membuat Arfian tersenyum.

Gio sudah menaiki tangga ke kamar nya. Oliv segera menuju dapur disusul oleh Arfian.

"Hemm.. Mama sudah punya anak lajang sekarang ya." goda Arfian membuat Oliv tersipu malu.

"Apa sih mas. Kan Gio nya yang manggil Mama. Ntar kalo aku tolak, dia malah ngambek."

"Iya juga sih. Ya sudah. Selesai makan siang kita ke tempat Mama Papa ku dulu ya." ucap Arfian memainkan ponsel nya sedang mengerjakan sesuatu.

"Ta-tapi aku masih sedikit takut mas." ucap Oliv ragu.

"Mama Papa tuh tinggal nama doang. Kamu ga ketemu mereka langsung kok."

"Yang namanya Mama Papa, tetap ada dihati anak-anak nya mas. Sembarangan aja kamu kalo ngomong."

Jawaban Oliv membuat Arfian tersenyum kikuk.

••••••

"Kita mau kemana Pa?" tanya Gio saat mereka sudah di mobil.

"Ketemu Opa sama Oma." jawab Arfian fokus dengan setir nya.

"Yeeeeh.. Kita tempat Bunda juga kan Pa?" tanya Gio. Arfian mengangguk.

Pertanyaan Gio seolah memberikan gelanyar sedih untuk Oliv. Bocah ini belum pernah sekalipun bertemu Mama nya,  namun begitu semangat saat mengunjungi makam sang Bunda.

Arfian membelokkan setirnya, mereka memasuki area pemakaman. Tujuan mereka adalah makam orang tua Arfian.

Mereka menelusuri jalanan setapak, dan tepat dibawah sebuah pohon terdapat 2 makam dengan hiasan khusus. Arfian melangkahkan kaki nya kesana.

"Halo Pa, Ma." sapa Arfian saat mereka sudah sampai di situ. Pria itu sedari memasuki pemakaman sudah memakai kacamata hitam. Oliv tentu tau maksud dan tujuannya.

"Halo Opa, Oma. Gio datang." ucap bocah itu bersemangat.

Arfian memandangi Oliv yang sedari tadi masih memperhatikan makam kedua orangtua nya.

"Pa, Gio pengen pipis." ucap bocah itu.

Awalnya Arfian tidak memperbolehkan, tetapi Gio sudah tidak tahan. Akhirnya mengiyakan dan Gio segera berlari menuju toilet umum. Tentu saja toilet umum merupakan tempat yang tidak akan pernah dilupakan Arfian.

"Pa,  Ma. Fian bawa calon menantu yang baru. Calon Mama untuk Gio. Namanya Olivia. Oh ya, Oliv juga bawa calon cucu untuk Mama Papa." ucap Arfian diselingi kekehan kecil. Ia kemudian menatap Oliv, memberikan kesempatan berbicara.

"Halo Mama Papa nya Mas Arfian. Oliv meminta izin untuk menjaga anak sulungnya Mama Papa. Semoga kedamaian selalu menyertai kita semua." ucap Oliv. Mengelus batu nisan kedua orangtua Arfian.

Mereka pamit pulang, Gio sudah menunggu di depan mobil. Ia sedang berbicara dengan seseorang. Arfian dan Oliv segera menyusul bocah itu.

Sampai di mobil, Arfian terkejut dengan siapa sebenarnya Gio berbicara. "Amelia." desis Arfian yang tentu saja di dengar Oliv.

Oliv merasa seketika aura Arfian menjadi lebih dingin. Genggaman di tangan Oliv serasa semakin mengerat. Ia mengelus perlahan lengan Arfian. Mencoba menenangkannya.

"Halo Fi. Lama tidak berjumpa." ucap wanita yang disebut Amelia oleh Arfian tadi.

Mendengar nama Papa ya disebut, Gio segera berlari menuju Arfian. Ia memeluk Oliv dan menyembunyikan dirinya dibelakang Oliv.

"Apa yang kau lakukan disini?" ucapan Arfian terdengar seperti geraman amarah yang tertahan.

"Tenang lah." bisik Oliv.

"Woah woah.. Sepertinya amarahmu masih belum mereda meskipun sudah belasan tahun lalu." ucap Amelia terdengar mengejek.

Arfian tak menjawab ucapan Amelia. Ia masih memandang tajam dibalik kacamata hitam nya.

"Oh ayolah Fi. Semua sudah berlalu. Kau bahkan kini sudah hidup bahagia bersama wanita mu." ucap Amelia berubah menjadi sendu.

Arfian menghela nafas kasar. Perlahan ia menetralkan amarahnya.

"Jadi, kau sedang apa disini?" tanya Arfian.

"Mengunjungi makam Kakak ku, tentu saja." ucap nya.

Oliv yang masih tak mengerti apapun hanya bisa diam memandangi interaksi mereka berdua.

"Gio, kamu sudah lebih tinggi sekarang." ucap Amelia membuat Gio menampilkan sedikit wajahnya.

"Sifatmu sama saja dengan Papa mu ya." suara Amelia kembali terdengar.

"Lebih baik Tante Amel segera pergi. Gio gak mau ketemu Tante." ucap Gio. Amelia tersenyum getir.

"Baiklah anak manis. Tante pergi dulu ya." ucap Amelia hendak menyentuh Gio, namun bocah itu menghindar.

Amelia yang sedari tadi melihat Oliv hanya diam, ia mendekati nya dan memeluk Oliv dengan lembut.

"Jaga keponakan ku tersayang. Aku yakin, kau adalah wanita yang lebih baik hingga dia memilih mu." ucap Amelia mengelus punggung Oliv.

Olivia hanya memandang heran wanita cantik dihadapannya yang baru saja memeluknya.

******

Sekilas Mata (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang