8

13.6K 549 1
                                    

"Kau sedang dimana, Za?"

"Dirumah mas."

"Gio dirumah?"

"Iya nih. Lagi jaga adek Micell"

"Aku kesana."

Arfian mematikan telepon nya. Oliv sedari tadi hanya memainkan seatbelt yang terpasang di tubuhnya. Tentu saja hal tersebut tak luput dari pandangan Arfian.

"Kenapa?" pertanyaan Arfian membuat Oliv semakin deg-degan.

"A-aku hanya gugup om.." ucap Oliv.

Arfian tersenyum. Ia melepas seatbelt dan hendak turun dari mobil. Namun tangannya ditahan oleh Oliv.

"Om mau kemana?" tanyanya panik.

"Kita sudah sampai, gadis cilik. Ayo."

Perkataan Arfian membuat Oliv sulit menelan ludahnya. Mereka sudah beradadi luar mobil dan hendak berjalan masuk ke rumah. Rumah yang cukup mewah, namun juga cukup sederhana.

Oliv berjalan tertatih karena masih sedikit merasakan nyeri di selangkangan nya. Arfian menarik tangan Oliv, membuat wanita itu berhenti.

"Masih sakit?" tanya Arfian setengah berbisik. Oliv mengangguk malu.

"Ya sudah, aku gendong saja. Bagaimana?" Oliv spontan menjawab dengan gelengan.

Mereka masih diluar, tiba-tiba seorang bocah lelaki berusia 10 tahunan berlari memeluk Arfian.

"Papaa..."

Arfian mensejajarkan tingginya dengan bocah itu yang tak lain adalah Gio dan memeluk nya.

"Apa kabar jagoan Papa?" tanya Arfian sambil mencium pipi Gio.

Oliv memperhatikan keduanya. Wajah si bocah begitu mirip Arfian, seolah ia merupakan replika nya dalam usia muda.

"Baik Pa." Gio melepaskan pelukan nya.

"Papa sama siapa?" pertanyaan Gio sukses membuat Oliv tersenyum canggung.

Gio mendekati Oliv, bocah itu setinggi pundak Oliv. Ini Oliv yang pendek atau emang Gio yang ketinggian. Tidak tidak.. Emang Oliv yang kecil.

"Halo nama aku, Gio." ucapnya mengulurkan tangan.

Arfian memandang takjub dengan sikap Gio. Biasanya ia cuek dengan orang baru, bahkan dengan Fani dulu pun ia tak sedekat Oliv. Fani, sekretaris nya pernah bertemu Gio karena waktu itu Gio ikut dengan Arfian ke kantor.

Oliv menjabat uluran tangan Gio dan tersenyum manis. "Halo Gio, nama aku Olivia."

"Kak Oliv, ayo masuk." ucap Gio sambil menarik tangan Oliv yang masih di genggamannya.

"Papa ga diajak juga?" ucap Arfian seolah merajuk dengan Gio karena tak diajak masuk. Padahal Arfian hanya bercanda saja.

"Papa kan bisa masuk sendiri. Gio mau sama kak Oliv." ucap bocah itu membawa Oliv masuk.

Oliv menoleh menatap Arfian yang dibalas dengan senyuman sampai melambaikan tangannya pada Oliv.

••••••

Hari sudah gelap, waktunya makan malam. Oliv masih bersama Gio dan juga yang lainnya.

"Mas, ga nginep aja?" tawar Reza, adiknya Arfian.

"Engga lah Za. Lain kali aja. Aku kesini mau pamit sama kalian." ucap Arfian menyuapkan nasi ke mulut nya.

Olivia sedang menyuapi Gio. Bocah itu cukup manja dengan Oliv meskipun baru pertama bertemu.

"Loh, mas Fian mau kemana?" tanya Lola, istri Reza.

"Lusa mau ke luar kota." jawab Arfian.

"Berapa lama mas?" tanya Reza. Ia sudah selesai makan dan sedang menggendong bayi perempuan mungil.

"Belum tau. Paling sebulan."

"Lah terus, itu gimana?" tanya Reza mengode kearah Oliv.

"Kita ngobrol diluar aja." ucap Arfian sambil memantik rokoknya diluar ruangan.

Bayi mungil itu berpindah ke gendongan Lola. Reza dan Arfian memilih mengobrol diluar.

"Dia masih kuliah, Za." jawaban Arfian membuat Reza menatap kaget.

"Mas, serius?" Arfian mengangguk.

"Sudah kenal berapa lama Mas?"

"Sebenarnya baru sekitar seminggu." jawaban yang membuat Reza semakin kaget.

"Biasa aja liatnya. Gue tabok lo." ucap Arfian melihat reaksi adek nya.

"Ya bukan gitu mas. Mas kan udah hampir 40, lah dia masih berapa mas. Tebakan ku sih dia masih 20 21 lah."

Arfian mengangguk. Reza menggeleng kan kepalanya menatap mas nya heran.

"Calon mama untuk Gio." ucap Arfian tersenyum.

Reza menatap senyuman bahagia diwajah Arfian. Ia benar-benar tak menyangka bahwa mas nya akan jatuh cinta dengan gadis cilik.

"Pa, Gio ikut Papa pulang ya." ucap Gio yang tiba-tiba bergabung.

"Lah, dirumah kan ga ada siapa-siapa nak. Kamu mau sama siapa dirumah?" tanya Arfian.

"Kak Oliv suruh tinggal dirumah Papa aja. Biar Gio ada temennya."

Sontak saja jawaban Gio membuat Arfian dan Reza kaget. Reza terlihat menahan tawa nya. Sementara Arfian sedikit gelagapan untuk menjawab.

"Gio sayang, kak Oliv kan punya rumah sendiri. Nanti kalo kak Oliv ga pulang siapa yang jaga rumah nya." ucap Arfian mencoba tenang.

"Yaahh.. Papa ga asik." ucap bocah itu ngambek.

Arfian menatap Gio yang berjalan kembali masuk rumah. Ia mendapati Oliv juga disana. Wanita itu memeluk Gio dengan sayang.

Ia mensejajarkan tubuhnya dengan Gio, sambil memberikan sedikit pengertian padanya.

*****

Sekilas Mata (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang