13

10K 424 2
                                    

Adit sudah pulang, Gio juga sudah tidur. Jam digital di dinding menunjukkan angka 22.48, sudah hampir tengah malam. Arfian dan Oliv masih berbincang di balkon kamar.

"Ayo masuk Oliv. Angin malam ga baik untuk ibu hamil." ucap Arfian memeluk Oliv dari belakang.

Oliv membalikkan tubuhnya menghadap Arfian. Kini punggungnya bersandar pada pembatas balkon.

"Aku ingin mendengar cerita Mas." ucap Oliv mengelus rahang Arfian.

"Cerita apa?"

"Cerita tentang masa lalu Mas. Cerita hidup Mas." ucap nya.

"Tak ada yang menarik Oliv." ucap Arfian.

"Kalau begitu, cerita tentang Mama nya Gio?" ucap Oliv. Arfian tersenyum samar.

"Baiklah. Tapi kau harus masuk dulu. Disini dingin." ucap Arfian. Oliv menggeleng dan memeluk tubuh Arfian.

"Disini cukup hangat. Bahkan mungkin bisa menjadi panas." ucap Oliv di pelukan Arfian.

"Jangan menggoda ku, gadis cilik." ucap Arfian.

Oliv melepaskan pelukan nya dan menyilangkan tangannya di dada.

"Gadis cilik ini sedang mengandung, Om. Jadi sudah bukan gadis cilik lagi." ucap nya mencebikkan bibir nya.

Arfian terkekeh dan merasa gemas melihat ekspresi Olivia. Ia mencium bibir Oliv dan turun ke lehernya berkali-kali hingga membuat Oliv geli.

"Ayo masuk." ajak Arfian. Oliv mengikuti. Mereka berbaring di ranjang dengan lengan kiri Arfian sebagai bantal kepala Oliv.

"Kau ingin mendengar cerita yang mana?" tanya Arfian.

"Semua." balas Oliv tersenyum. Arfian menarik nafas kemudian memulai ceritanya.

••••••

"Ma, Fian mau beli mobil itu." Arfian kecil menunjuk sebuah mobil-mobilan sport berwarna merah menyala. Terlihat begitu keren dimatanya.

"Mama gak punya uang, sayang. Nanti kita minta Papa kalau sudah pulang ya." jawab Mama mengelus kepala Arfian.

"Kapan Papa pulang Ma?"

"Mungkin besok. Ayo kita pulang dulu." ajak Mama Arfian.

Arfian kecil begitu menginginkan mobil mainan yang berwarna merah itu, hingga saat Papa nya pulang ia langsung meminta itu.

Papa Arfian saat itu masih bekerja sebagai seorang kontraktor. Kerja yang jauh, dan berada di beda pulau membuat Papa nya 3 bulan sekali baru pulang.

Papa nya langsung membelikan mobil yang diinginkan Arfian sebagai hadiah ulang tahunnya yang ke 6 tahun.

Setelah mengumpulkan uang yang cukup dan juga pengalaman bekerja, Papa nya mencoba untuk berbisnis meng-investasi kan uang mereka.

Kemujuran yang sedang berada dipihak mereka saat itu, membuat Papa Arfian menjadi orang kaya. Beliau mulai membangun perkantoran yang awalnya kecil, hingga sekarang menjadi salah satu yang ternama.

Saat Arfian berusia 9 tahun, akhirnya Reza lahir. Arfian begitu senang karena akhirnya ia memiliki teman bermain dirumah.

Tepat 2 tahun ulang tahun Reza, Mama Arfian mengalami sakit keras. Dokter sudah mengusahakan yang terbaik, namun nyawa Mama nya tak tertolong.

Papa nya yang mengalami keterpurukan itu mencoba kembali bangkit, setelah setahun berlalu.

Papa nya tidak pernah punya niat untuk menikah lagi. Karena bagi Papa Arfian, kebahagiaan anak-anak adalah yang utama.

Setahun sebelum Reza wisuda, Papa nya mengalami kecelakaan hingga merenggut nyawa. Arfian yang saat itu sudah dipercaya memegang perusahaan, sepenuhnya beralih ketangan nya.

Awal menjadi CEO, Arfian begitu kejam. Ia memberlakukan hal apapun yang membuat para karyawan menderita.

Hingga seorang wanita memasuki hidup Arfian. Dia adalah gadis desa bernama Irene. Hubungan mereka awalnya ditentang oleh orang tua Irene. Karena menganggap bahwa anak Kota tidak bertanggung jawab.

Namun Arfian berhasil meyakinkan orang tua Iren, hingga akhirnya mereka menikah. Setelah 2 tahun menikah, akhirnya Gio lahir.

Irene memperjuangkan nyawa bayi yang ada di kandungan nya. Karena saat itu Irene mempunyai penyakit kanker di ovarium. Hingga hanya 1 nyawa yang terselamatkan.

Akhirnya Irene mengorbankan nyawa nya demi Gio. Hari dimana Gio terlahir adalah hari kematian Irene.

Gio belum pernah bertemu Irene. Ia hanya mengenal Mama nya melalui foto sampai saat ini.

••••••

"Setelah Irene pergi, aku tak pernah lagi memandang hormat pada wanita. Terkadang aku berpikir bahwa Tuhan selalu mengambil semua wanita yang ku cintai. Aku juga tak pernah lagi bercinta dengan wanita manapun sampai hari dimana kita bersama." ucap Arfian.

Oliv menghapus air mata nya yang mengalir. Ia begitu tersentuh akan kisah hidup yang dijalani oleh Arfian hingga ia bisa menjadi pria sukses.

"Aku sudah jatuh cinta padamu sejak pertama kali bertemu. Sejak kau menabrak Adit di depan toilet umum. Seketika itu juga ingin rasanya aku menciummu. Membuat mu mendesah dan mengerang kenikmatan menyebut namaku." ucap Arfian. Oliv mencubit perut Arfian yang berotot.

"Emang dasarnya mesum." ucap Oliv membuat Arfian tertawa.

"Tapi aku serius bahwa aku tak pernah bercinta dengan siapapun setelah Irene pergi. Aku curiga bahwa tubuhmu menyimpan magnet yang sangat luar biasa hingga membuat ku bisa tergila-gila." ucap Arfian.

Oliv mengelus rahang Arfian yang ditumbuhi rambut yang mulai tumbuh lagi. Ia mengecup pipi Arfian kemudian memeluk leher pria itu.

"Ayo tidur. Sudah malam." ucap Oliv.

Arfian menyurukkan wajahnya di dada Oliv, tangannya melingkari tubuh Oliv. Mereka tidur dengan damai.

(*author bener-bener ngantuk waktu ngetik ini.)

******

Sekilas Mata (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang