7

18.1K 542 1
                                    

Ternyata adegan panas yang terjadi di ranjang tak berhenti sampai disitu. Mereka melakukan beberapa kali lagi bahkan setelah Arfian selesai mandi. Ia harus kembali mandi akibat tubuh yang berkeringat.

Kini kedua nya sedang sarapan di balkon. Meskipun tak bisa dikatakan sarapan lagi, karena jam sudah menunjukkan pukul 11 siang.

Oliv memakai kemeja Arfian yang terlihat kebesaran ditubuh mungilnya. Mereka makan dalam diam, tak banyak bicara karena energi nya sudah terkuras habis.

Arfian meletakkan piringnya di meja, meneguk minum kemudian mengambil sebatang rokok. Ia tidak membakar rokok itu, hanya menyangkut dibibirnya saja.

Oliv mengambil piring kotor Arfian, kemudian berjalan tertatih karena masih merasa nyeri di selangkangan nya.

Olivia sudah kembali duduk di balkon bersama Arfian. Ia menghidupkan ponsel nya dan terkejut mendapatkan begitu banyak notifikasi dari temannya.

Ia baru menghilang selama 14 jam, dan mereka sudah pada sibuk mencari Oliv.

7 panggilan tak terjawab dan 55 pesan.

Pesan nya kebanyakan menayakan sedang ada dimana dirinya. Berhubung hari ini seharusnya ia ada kelas di jam 9 pagi tadi. Tapi karena kegiatan nya bersama Arfian, ia sampai lupa. Mengingat Arfian, membuat pipi Oliv memerah malu.

Sedari tadi perhatian Arfian tak luput dari wanita disebelah nya yang sedang senyum-senyum membaca pesan di ponselnya.

Arfian berdehem, membuat Oliv mengalihkan perhatian menatapnya.

"Bukankah kau bilang bahwa kau masih kuliah?" tanya Arfian membuka obrolan.

Oliv mengangguk pelan sambil menatap ponsel nya. Ia membalas pesan dari Serly.

(Serly : Lo dimanaaaa???)

(Me : Ini lagi ada urusan. Emang nya kenapa?)

(Serly : Astaga dragon Oliivvvvv.!!! Semua sibuk nyariin lo tiba-tiba ngilang. Gue malah mikirnya lo diculik om-om.)

Oliv terkekeh melihat balasan Serly, ia emang sedang diculik om-om. Om tampan.

(Me : Elah.. Gue baik-baik aja. Ini lagi ada urusan sedikit.)

(Serly : Lo yakin baik-baik aja? Apa perlu gue suruh Mike buat jemput lo?)

Mengingat Mike, ia ingat terakhir sebelum bertemu Arfian. Ia sedang bersama Mike.

(Me : Gausah. Gue bisa pulang sendiri kok. Ntar kalo udah balik, gue kabarin. Bye.!)

Oliv kembali mematikan ponselnya. Ia menoleh mendapati Arfian sedang menelpon seseorang.

"Iya. Udah gue pikirin baik-baik."

....

"Iya. Tiketnya juga udah gue siapin."

....

"Gausah lah. Lo kan lagi sibuk buat nyiapin pernikahan." Arfian tertawa.

.....

"Iya. Bye." Arfian mengakhiri teleponnya.

Ia kembali menatap Oliv yang ternyata sedang menatapnya juga. Arfian berdehem untuk menghilangkan kecanggungan nya.

"Kau sedang melihat apa?" pertanyaan Arfian yang dijawab dengan gelengan oleh Oliv. Ia menaikkan sebelah alis nya, merasa heran.

"Aku akan berangkat ke Medan besok. Ada perjalanan dinas, belum tau kapan pulang." Arfian memberitahu Oliv.

Padahal ia tak berkewajiban untuk itu, tapi entah kenapa ia merasa perlu memberitahu Oliv.

Oliv yang mendengar bahwa Arfian akan pergi merasa sedih. Ia meletakkan ponselnya dimeja dan mendudukkan dirinya di pangkuan Arfian kemudian memeluknya. 

Ia sudah tidak peduli jika Arfian menganggap nya jalang murahan. Ia memeluk Arfian dengan erat seakan tak ingin melepaskan.

"Apa aku boleh jujur Om?" tanya Oliv.

Arfian mengangguk. Oliv mengecup singkat bibir Arfian.

"Please jangan pergi Om." ucap Oliv tertunduk sedih.

Arfian kini mengerti dengan perasaan Oliv. Mengerti mengapa wanita ini dengan mudahnya memberikan tubuhnya pada Arfian. Arfian tau bahwa Oliv suka padanya.

Arfian memeluk gadis cilik nya yang sudah tak gadis lagi. Arfian lebih suka menyebut Oliv sebagai wanitanya, bukan sebagai gadis.

"Aku akan segera pulang. Tidak perlu khawatir."

Oliv mendesah pelan, ucapan Arfian benar. Ia akan segera kembali namun tidak tau pastinya.

"Apa kau tak merasa jijik dengan ku yang bahkan usia ku jauh diatas mu." ucap Arfian. Oliv menatapnya dalam.

"Kalau om merasa diri om menjijikkan, berarti aku yang lebih parah dari menjijikkan. Karena aku menyukai om, aku menyukai segala sesuatu yang berhubungan dengan om." ucap Oliv.

Arfian tak menjawab. Ia malah membungkam bibir Oliv. Melumatnya dengan lembut. Oliv melingkarkan tangannya di leher Arfian.

Ciuman mereka terlepas. Arfian mengecup wajah Oliv berkali-kali. Kemudian ia tersenyum.

"Gio?" tanya Oliv seketika.

Arfian terkekeh. "Jadi kau sudah tau?" tanyanya. Oliv mengangguk.

"Kalau begitu, bersiaplah. Kita akan bertemu Gio." ucap Arfian.

"Tapi baju ku tidak ada Om." Arfian menurunkan Oliv.

"Jangan goda aku, gadis cilik." Arfian mengedipkan sebelah mata nya membuat Olivia tersenyum malu.

"Baju mu sudah ada di atas meja. Pilihlah yang mana kau mau." ucap Arfian.

Oliv segera beranjak dan melihat baju yang dimaksud Arfian. Pilihannya jatuh pada rok pendek berwarna coklat dan baju putih.

Ia segera mengganti bajunya. Tentu saja jantung nya yang sedari tadi berdetak cepat. Bersama Arfian saja sudah membuat nya jantungan, apa lagi bertemu anak Arfian. Ia menarik nafas berat.

******

Sekilas Mata (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang