9

11.7K 511 3
                                    

"Gio bilang apa ke kamu?" tanya Arfian memarkirkan mobilnya di depan kos Oliv. Mereka masih di dalam mobil.

"Gio bilang kalo mau ikut sama ku kesini. Aku bilang suruh izin ke Papa nya." ucap Oliv. Arfian sedikit heran karena tadi Gio tak bilang begitu.

"Kamu yakin?" Oliv mengangguk.

"Tapi tadi dia bilang kalo kamu disuruh nginap di rumah ku." ucap Arfian.

Kini gantian Oliv yang terkejut. Tapi sedetik kemudian, seringaian mesum muncul di wajah Arfian.

"Tapi sepertinya boleh juga." ucap Arfian. Oliv membelalak kaget. Arfian justru tertawa.

Ia kembali menghidupkan mobilnya dan meninggalkan halaman kos. Membuat Oliv bingung.

"Loh Om, kan itu tadi kos aku. Aku mau pulang om." ucap Oliv.

Arfian seolah menulikan telinga nya. Ia justru memacu kencang mobilnya membuat Oliv terdiam.

Setengah jam ia mengemudi, Arfian membelokkan mobilmya memasuki halaman sebuah rumah mewah. Lebih mewah dari rumah Reza.

Ia membuka pintu mobil diikuti Oliv. Mereka lamgsung disambut oleh seorang lelaki menghampiri Arfian.

"Selamat malam Tuan. Selamat datang kembali." ucap lelaki tersebut menunduk hormat.. Arfian mengangguk menyuruh lelaki itu untuk berdiri.

"Parkirkan mobil." ucapnya. Lelaki tersebut mengangguk.

Arfian berjalan memasuki rumah diikuti oleh Oliv. Saat pintu terbuka, Oliv merasa bahwa rumah ini begitu dingin.

Ia berjalan menuju sofa, sementara Arfian menuju dapur. Oliv mengedarkan pandangan nya ke seluruh ruang tamu. Ada beberapa lukisan di dinding.

Sebuah foto yang cukup besar berada di ruang makan. Itu merupakan foto Arfian dengan Gio. Mereka memakai setelan jas. Berfoto seperti model.

"Istirahat lah. Kamarmu ada di lantai 2." ucap Arfian.

"Om, aku pulang aja ya. Segan sama si pak supir tadi." ucap Oliv yang mendapat pelototan dari Arfian. Namun dengan cepat berubah menjadi seringaian.

"Kamu mau naik sendiri atau naik bareng saya?" tanya Arfian.

Oliv yang tak mengerti apa maksud perkataan Arfian pun memilih naik bersama nya. Wajar saja, ia masih merasa asing dengan rumah ini. Lebih baik ia naik bersama si pemilik, pikir Oliv.

Namun yang sebenarnya maksud Arfian tentu saja bukan itu. Tiba-tiba ia menggendong Oliv. Membuat Oliv berteriak kaget.

"Om ngapai sih gendong aku?" tanya Oliv kesal.

"Naik bareng, kan?" pertanyaan retoris Arfian. Ia tersenyum simpul.

Arfian meletakkan Oliv diranjang nya. Di kamar pribadinya, bukan dikamar tamu. Dengan segera Oliv bangun dan berdiri.

"Kok malah kesini om. Kesebelahnya dong." ucap Oliv sewot.

Arfian perlahan berjalan mendekati Oliv. Wanita itu mundur hingga tubuhnya mentok di tembok kamar Arfian.

Ia memojokkan Oliv dan segera menyerang bibir wanita itu. Oliv selalu terlihat menggoda dimatanya. Tangan Oliv mengalung di leher Arfian. Arfian memeluk dan mendekap tubuh Oliv semakin rapat.

Mereka menghabiskan malam bersama.

••••••

"Saya berangkat. Perusahaan saya percayakan kepada bapak Adit. Kalian jangan macam-macam. Karena saya akan selalu memantau kalian."

Senin pagi ini Arfian berangkat ke Medan untuk memantau proyek mereka. Dan pagi ini pula ia sudah memberikan sarapan khusus pada para staff nya.

Arfian bukan tipe bos yang kaku, ia merupakan tipe bos yang ramah tamah. Meskipun ramah, tak ada seorang pun pegawai nya yang menyalahgunakan keramahan si bos.

Selesai ia berbicara, ia memasuki mobil yang langsung menuju bandara.

"Pak, kita ke rumah sebentar apakah sempat?l tanya Arfian.

"Masih sempat Pak. Penerbangan masih 3 jam lagi." ucap Pak Seno, supir pribadi untuk Arfian.

"Singgah ke rumah Reza dulu ya Pak. Saya belum bilang ke Gio." ucap Arfian memainkan ponselnya. Pak Seno mengangguk paham.

"Berapa lama di Medan, Tuan?" tanya Pak Seno.

"Belum tau Pak. Paling sebulan. Nanti saya kabari kalau sudah balik kembali kesini." ucap Arfian. Mobil memasuki halaman rumah Reza.

"Gio.." panggil Arfian saat sudah memasuki rumah. Bocah yang merasa dipanggil namanya pun berlari memeluk Arfian.

"Tumben Papa kesini. Pasti mau pergi." ucap Gio memandang Papa nya.

Arfian tersenyum mengelus puncak kepala anaknya. Ia mensejajarkan tinggi dengan Gio.

"Papa cuma sebentar kok. Nanti Papa bilang sama Kak Oliv untuk sering main kesini sama Gio ya." ucap Arfian.

Tampak binar bahagia dimata Gio saat Arfian menyebut Oliv. "Yang bener Pa?" tanya Gio memastikan. Arfian mengangguk. Gio tersenyum senang.

"Paman mana?" tanya Arfian karena tak menemukan Reza.

"Paman ke kantor tadi pagi. Bibi ada di belakang, lagi sama adek Micell." jawab Gio.

"Ya sudah Papa pergi dulu ya. Kamu baik-baik disini. Jaga adek Micell. Bantuin Paman juga." ucap Arfian mencium kepala Gio.

Bocah itu mengangguk paham. Arfian kemudian berangkat menuju bandara.

"Aku berangkat. Gio bilang kamu harus sering main kesana saat saya masih diluar kota. Jaga kesehatan ya."

Sebuah pesan singkat terkirim kepada Oliv yang saat ini sedang belajar di kelas. Oliv bilang ia tak bisa mengantarkan Arfian, karena ada ulangan pagi ini.

******

Sekilas Mata (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang