3 bulan kemudian...
"Liv kantin yuk." ajak Serly.
"Duluan aja Ser. Gue ada urusan." ucap Oliv membereskan peralatan tulisnya.
"Pasti si Om Duren." tebak Serly, Oliv tertawa.
Serly sudah mengetahui hubungan antara Oliv dan Arfian. Awal saat Oliv memberitahu Serly, tentu saja terjadi keributan diantara mereka.
Serly menganggap bahwa Arfian tidak sungguh-sungguh dengan sahabatnya ini. Itulah alasan Serly bersikeras menolak hubungan mereka.
Namun Arfian berhasil membuktikan bahwa ia sungguh-sungguh dengan Oliv. Ditambah lagi bahwa Arfian adalah bos dari Mike, kakak laki-laki Serly. Serly banyak bertanya soal Arfian pada Mike.
"Iyaa. Hari ini dia pulang dari Medan. Gue mau jemput ke bandara sama Gio." ucap Oliv sudah siap.
"Wuihh ennak bener. Sekali mancing dapat dua." ledek Serly. Oliv memukul lengan Serly.
"Sembarangan kalo ngomong."
"Lah emang iya kan? Dapat bapak nya yang ganteng dan gue rasa juga hot banget. Ditambah bonus anaknya yang juga ganteng." ucap Serly.
Wajah Oliv memerah mendengar ucapan Serly, namun ia segera mengalihkan pembicaraan.
"Kita udah ga ada kelas kan? Gue berangkat ya." ucap Oliv memeluk sahabat nya.
"Iyaa. Hati-hati ya mami. Titip salam sama si. Om." ucap Serly yang dihadiahi sebuah lemparan kertas ke kepalanya dari Oliv.
Serly tertawa-tawa puas menggoda sahabat nya itu. Membuat wajah Oliv memerah malu. Ia segera menuju bandara menggunakan taksi. Sudah janjian dengan Gio untuk bertemu disana.
Perjalanan ke bandara memakan waktu hampir 1 jam. Oliv segera mencari keberadaan Gio bersama Pak Seno. Tak memakan waktu lama, Oliv sudah menemukan Gio.
Mereka segera menuju tempat kedatangan. Menunggu Arfian yang baru saja mendarat. Gio yang sedari tadi celingak-celinguk melihat keberadaan Arfian langsung berlari menghampiri saat melihat Papa nya. Sementara Oliv, ia tersenyum bahagia kembali melihat pria yang sudah berhasil mewarnai hari-hari nya.
"Wah, anak Papa sudah tambah tinggi." ucap Arfian memeluk Gio.
"Iya dong Pa. Kak Oliv selalu kasih makan." ucap Gio membuat Oliv salah tingkah.
Arfian yang begitu merindukan wanita nya ini berjalan menuju Oliv yang berdiri bersama Pak Seno.
"Apa kabar?" tanya Arfian begitu sampai di hadapan Oliv.
"Baik Mas." ucapnya mencium tangan Arfian. Arfian kaget dan dengan cepat langsung tersenyum begitu sumringah melihat Oliv.
Kalau saja tidak ada Gio disini, ia pasti sudah akan mencium wanita nya habis-habisan. Lagi pula ini ditempat umum, ia harus menahannya.
"Ayo pulang. Papa lelah sekali." ucap Arfian pada Gio. Bocah itu mengangguk senang.
Ia berjalan di depan bersama Pak Seno yang sedang membawa koper Arfian. Sementara Arfian dan Oliv berjalan beriringan dibelakang.
"Kamu baik-baik saja?" tanya Arfian sepanjang mereka masih berjalan kaki.
"Baik kok Om." jawab Oliv. Arfian menolehkan wajahnya.
"Kok Om? Bukan nya tadi manggil Mas?" protes Arfian.
"Tadi ada Gio." ucap Oliv tertunduk malu.
"Enggak enggak. Mending kamu panggil Mas aja. Daripada Om, yang ada nanti orang ngira kamu simpanan om-om." ucap Arfian.
"Kan emang sama om-om." jawab Oliv mencoba menggoda Arfian.
"Ya tapikan bukan simpanan, Oliv." ucap Arfian, Oliv tertawa pelan. Mereka sudah sampai di mobil dan segera menuju rumah.
••••••
"Papa bilang cuma sebentar, tapi sampai 3 bulan juga." ucap Gio saat mereka sudah sampai dirumah.
Arfian tertawa mendengar anaknya protes. Gio sudah berusia 11 tahun, 3 hari lalu. Arfian mengeluarkan sebuah kotak dari dalam kopernya. Ia memberikan pada Gio.
"Apa ini Pa?" tanya bocah itu sambil memutar-mutar kotak yang berukuran sedang.
"Hadiah ulang tahun kamu." jawab Arfian.
Gio sangat bahagia mendapatkan hadiah. Ia berdiri menghampiri Arfian dan memeluk Papa nya.
"Makasih ya Pa." ucapnya sambil mencium pipi Arfian.
"Iya sayang. Sudah, kamu buka dulu sana kadonya." ucap Arfian.
Gio mengangguk. Ia segera membawa kotak tersebut dan berlari menuju halaman belakang rumah. Hanya tersisa Oliv dan Arfian sekarang.
Arfian memperhatikan wajah Oliv yang pucat. Ia juga sedari tadi seperti menahan sesuatu.
"Kamu sakit?" tanya Arfian meninggalkan kopernya dan fokus pada Oliv.
Oliv menggeleng lemah. Saat Arfian mendekat, Oliv menutup mulutnya dan berlari ke toilet. Hal itu semakin membuat Arfian bingung.
Ia menghampiri oliv di wastafel yang sedang membersihkan mulutnya. Kemudian mengurut lembut tengkuk Oliv.
"Kita ke dokter ya. Wajah kamu pucat gitu loh." ucap Arfian khawatir.
"Gausah Om. Eh Mas. Aku baik-baik aja kok." ucap Oliv.
"Jangan bandel Oliv. Kita ke dokter sekarang." ucap Arfian tanpa bisa di bantah.
"Aku beneran baik-baik aja Mas. Tadi pagi juga masih baik-baik aja kok. Waktu ketemu mas malah jadi mual." ucap Oliv. Arfian membulatkan matanya tak percaya.
"Apapun alasan kamu, kita ke dokter sekarang. Tidak ada tapi-tapian." ucap Arfian. Oliv mengikuti dengan pasrah.
"Gio, kamu di rumah sama Pak Seno dan Bi Wina sebentar ya. Papa ada urusan sama kak Oliv." teriak Arfian.
"Iya Pa.. Jangan lama-lama pulang nyaa.." balas Gio yang sedang berada di halaman belakang.
Mereka segera pergi menuju rumah sakit.
******
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekilas Mata (SELESAI)
FantasyCheck Another Story From Me 🤍 ⚠️21+ Cerita ini berisi adegan dewasa.!!! Harap bijak dalam memilih bacaan.