5

16.2K 569 2
                                    

Tatapannya berlanjut pada foto selanjutnya. Ia melihat Arfian dan seorang wanita memakai pakaian pengantin.

Deg.. 

"Ternyata si Om udah merried." gumam Oliv.

Ia merasa harapannya sedikit terkikis, namun ia tak begitu sakit hati. Entah kenapa.. Seharusnya jika ia tak suka saat melihat Arfian bersama wanita lain, ia akan merasakan benci pada wanita itu.

Namun ini tidak. Entah karena Oliv belum bertemu dengan wanita tersebut, ia juga tak tau. Tapi untuk apa juga ia harus merasa cemburu. Toh Arfian bukan siapa-siapa.

Ia kembali meletakkan foto tersebut dan menatap foto terakhir. Ia mengambil foto tersebut dan juga foto pertama sembari berjalan menuju sofa.

Di foto terakhir, terdapat Arfian sedang menggendong seorang bayi lelaki yang memakai topi. Mereka berdua menghadap kamera, Arfian tersenyum. Namun ia tak mendapati istri Arfian.

Ia membalikkan foto tersebut dan seperti foto pertama, terdapat note disitu.

"Papa & Gio. Setahun setelah Mama ke surga." Oliv membaca dalam hati.

Ia meneteskan air mata, yang bahkan Oliv sendiri bingung kenapa ia harus menangis melihat foto terakhir.

Dibawah foto terakhir, ada sebuah nama.

"Alvi Gio Yudhistira." gumam Oliv. Ia yakin ini nama dari bayi yang digendong Arfian.

"Ternyata susunan foto ini merupakan cerita perjalanan hidup si Om." ucap Oliv kembali meletakkan semua foto-foto tersebut.

Ia menguap dan menatap jam di tangannya, sudah hampir 1 jam ia menatap foto-foto itu. Ia tak menyangka selama 1 jam ia sudah mengetahui garis besar kisah hidup Arfian.

Malam semakin larut, Olivia memutuskan untuk tidur di sofa.

••••••

Arfian terbangun dan merasakan sedikit pusing dikepalanya akibat alkohol. Ia mendudukkan dirinya di pinggir ranjang seraya memegang kepalanya.

Arfian meraih ponselnya yang terletak di atas ranjang tak jauh dari tempat ia berbaring. Dilihatnya jam dilayar masih menunjukkan pukul 4 pagi.

Ia berjalan menuju tempat air minum untuk sedikit meredakan rasa pusing nya. Lalu kembali ke ranjangnya.

Mata nya menangkap seseorang yang sedang terbaring meringkuk di sofa. Arfian kembali mencoba mengingat apa yang terjadi semalam.

Ia mengingat bahwa ia mabuk dan kemudian tertidur. Ia berjalan mendekati wanita yang sedang tertidur itu, lalu mengangkat tubuhnya untuk dibaringkan di ranjang. 

"Ku kira kau sudah pergi." gumam Arfian.

Ia mengelus pucuk kepala Oliv, menarik selimut hingga menutupi dada nya. Arfian mengambil sebatang rokok dan berjalan keluar balkon.

Ia memandangi bintang-bintang yang bersinar dilangit malam. Matanya menatap kosong, jauh menerawang ke langit.

"Aku merindukan mu, Ren." ucap Arfian.

Ia menumpukan kedua sikunya pada pagar yang membatasi balkon sambil sesekali menyesap rokok nya.

Cukup lama Arfian berada diposisi seperti itu, hingga ia tak menyadari bahwa Oliv sudah bangun dan kini tengah berdiri di pintu kaca balkon.

Ia memandangi punggung lebar Arfian, pria itu masih memakai kaos polos berwarna putih dan celana jeans biru.

Arfian membalikkan tubuhnya dan sedikit terkejut saat melihat Oliv berdiri dipintu. Ia berdehem dan mematikan puntung rokok ditangannya.

"Kau sudah bangun?" tanya Arfian. Oliv mengangguk pelan.

"Tidur mu nyenyak? Kau masih terlihat mengantuk. Tidurlah lagi." ucap Arfian.

Oliv menggeleng dan berjalan keluar balkon. Ia duduk di kursi yang tersedia disitu.

"Om, aku mau bertanya sedikit. Boleh?" tanya Oliv ragu-ragu.

Arfian mengangguk kemudian menatap Oliv dengan intens. Oliv tampak susah payah menelan ludahnya. Tiba-tiba ia merasa udara semakin mencekat. Ia memutuskan untuk berdiri dari kursi.

"A-aku menemukan foto ini." ucap Oliv sambil menyodorkan sebuah foto.

Arfian meraih foto yang ada di tangan Oliv. Ia melihat foto dirinya saat masih kecil yang berada di dalam mobil mainan. Arfian mengangkat sebelah alis nya, menatap Oliv bingung.

"Kau tak menemukan foto ini, Oliv. Foto ini terpajang di meja bersama 4 foto yang lain." ucap Arfian. Oliv terkekeh awkward dan mengelus tengkuknya yang tak gatal.

"Iya Om. Maafkan aku. Tapi aku sangat menyukai anak kecil itu.. Bolehkah aku membawanya pulang?" tanya Oliv seraya menghindari tatapan Arfian dan memejam-mejamkan matanya.

Oliv mengira Arfian akan marah saat ia menginginkan foto masa kecilnya. Tapi ia justru tertawa terbahak hingga membuat Oliv menatap kagum padanya.

"Apa kau tau siapa yang berada di foto ini?" tanya Arfian. Oliv mengangguk.

"Itu Om kan?" Oliv berkata sambil menahan rasa ingin sekali memeluk tubuh pria dihadapan nya ini.

Entah apa yang terjadi pada dirinya, apakah ia benar-benar akan menjadi seorang jalang di hadapan Arfian. Ia pun tak tau.

Arfian menyelesaikan tawanya dan berdehem sambil berjalan mendekati Oliv. Perlahan ia mengikis jarak antara dirinya dan Oliv.

"Bocah lelaki yang ada difoto ini, berdiri tepat dihadapan mu. Apa kau masih ingin membawa pulang foto nya saja? Tidak orang nya sekalian?" ucap Arfian berbisik d telinga Oliv. Membuat wanita itu meremang merasakan hembusan nafas Arfian.

Detak jantung Oliv tidak seperti biasanya. Oliv merasa jantungnya bisa copot kalau terus-terusan seperti ini. Ia juga merasakan bahwa kini pipi nya memerah.

Tak ada yang bisa dilakukan Oliv selain berdiri mematung hingga ia menyadari benda kenyal namun dingin menyentuh lehernya.

Ia mengerjapkan matanya, menyadari bahwa Arfian baru saja mencium lehernya. Ia meruntuki dirinya sendiri yang malah menginginkan lebih atas sentuhan Arfian padanya.

******

Sekilas Mata (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang