41. The Hunter & The Prey

1K 237 83
                                    

Park Jinwoo muncul dari pintu samping dengan jas hitam tanpa cela yang tanpa kata, memamerkan bahwa dia adalah pebisnis andal.

Manik matanya memindai ruang sidang dengan ketelitian kaku dan merendahkan, mencari, tidak berhenti, baru puas setelah menemukan Jisung yang seakan mengkerut di bawah tatapannya. Seorang anak tidak semestinya menatap ayahnya seperti itu, tapi seringnya Jinwoo membentak Jisung  sudah berdampak negatif melahirkan sorot ketakutan itu.

Jinwoo berjalan ke kursi saksi, mengernyit pada bahan kayu dan motifnya yang biasa saja dan memilih berdiri. Saat dia dengan suara berat yang masih mengejutkan Irene berkat kemiripannya dengan Jisung bersumpah untuk mengatakan kebenaran, Irene sama sekali tidak mempercayainya.

Han berdiri, siap memulai pemeriksaan. "Mohon sebutkan nama Anda."

"Park Jinwoo. Saya bekerja di Kyungyoon construction sebagai direktur."

"Apakah benar Anda ayah dari Park Jisung?"

Rasa-rasanya Jinwoo menghela napas ketika mengakui hal itu. "Ya. Benar."

"Bagaimana hubungan Anda dengannya?"

"Baik-baik saja. Seperti ayah dan anak lainnya. Hanya saja, setelah Saya dan ibunya bercerai, Jisung memilih tinggal dengan mantan istri Saya."

Irene menutup mulut dalam usahanya menahan tawa. Lucu sekali bagaimana baik ayah kandung Jisung dan ayah penggantinya sama-sama punya bakat akting yang hebat.

Han meliriknya tidak suka sebelum melanjutkan. "Park Jinwoo, apakah Anda mengenal seseorang bernama Nam Shin?"

"Ya. Dia bekerja di dekat apartemen Ahyeon dan dia dekat dengan Asa一ibu Jisung."

"Apakah Anda tahu Nam Shin tinggal bersama mantan istri Anda?"

"Ya."

"Dan apakah Anda keberatan?"

"Tidak. Saya telah mengenal Shin sejak Jisung masih kecil dan selama kurun waktu itu, tidak pernah sekalipun Saya dengar Shin berlaku tidak pantas. Shin orang baik. Dia juga mengisi peran yang saya tinggalkan dengan baik pula."

Bibir Han melengkung membentuk senyum. "Apa pendapat Anda mengenai tuduhan Shin yang melakukan tindak kekerasan pada Jisung?"

"Menurut Saya." Dia melemparkan tatapan kesalnya jauh melewati kursi Irene dan Taeyong. "Itu tuduhan yang tidak berdasar."

Irene tidak menoleh. Dia menolak menoleh meski ingin. Sebab secara tidak langsung Jinwoo menuding Jisung berbohong dan Irene tidak mau melihat ekspresi Jisung yang terluka.

"Mengapa Anda berpendapat begitu?"

"Karena seperti yang Saya bilang, Shin orang baik. Banyak yang akan memberi kesaksian positif tentangnya. Dan Anda pikir Saya ayah macam apa? Saya tidak akan diam saja jika anak Saya tinggal dengan seseorang yang hobi memukulinya."

"Jisung pasti akan memberitahu Anda bila dia kesulitan."

"Tepat sekali," ujar Jinwoo mantap. "Tapi selama ini Saya tidak mendengar keluhan apapun darinya."

Di sebelah Irene, Taeyong menutup mulut untuk alasan yang berbeda; bosan dengan dongeng Jinwoo yang sampai membuatnya mengantuk. Irene meninju pahanya lagi dan dia kembali duduk tegak. Meremehkan jalannya persidangan yang dipimpin Do Kyungsoo bukanlah sikap yang bijaksana.

Han membalik halaman berkas yang ia bawa dan secara bergantian membetulkan simpul dasinya. "Park Jinwoo, pada hari mantan istri Anda bunuh diri, apakah benar Anda menjadi orang terakhir yang mengunjunginya?"

Determination ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang