Dokter Mark Lee adalah seorang pencinta semangka.
Saat Irene menemuinya setelah Jisung pergi dengan Han, dia sedang makan semangka dengan lahap seolah tak ada hari esok untuk memakannya lagi. Rupanya, Mark Lee dan semangka punya hubungan romantis karena bahkan saat datang pagi tadi, dia memakan permen rasa semangka dan meminum minuman dengan rasa yang sama.
Sebagai seorang dokter baru, sangat dianjurkan baginya untuk tidak mencari masalah, tapi dia tidak keberatan membantu siapapun bahkan bila itu artinya harus hadir di ruang sidang.
Tapi Irene curiga bukan itu saja motivasinya.
Saat dipanggil, dia muncul mengenakan kemeja putih mirip snelli tanpa noda dan senyum lebar yang teramat manis pada semua orang kecuali Han.
"Nama Saya Mark Lee."
"Mohon sebutkan pekerjaan dan di mana Anda bekerja."
"Rumah sakit Ok, Saya dokter umum di sana."
"Dokter umum." Irene menunduk menatap jurnalnya, tempat di kolom bagian bawah terdapat definisi mengenai pekerjaan itu. "Bukankah dokter umum adalah dokter yang berpraktik tanpa harus memiliki spesialisasi tertentu? Anda pasti sibuk sekali, dokter Lee."
Mark yang murah senyum kembali menarik sudut bibirnya ke atas. "Begitulah."
"Apakah Anda sering menerima pasien anak di bawah umur? Atau lebih spesifiknya, remaja yang menjelang dewasa?"
"Ya, terutama saat musim dingin seperti ini. Banyak yang flu atau demam. Park Jisung adalah salah satunya, tapi dia tidak masuk rumah sakit karena kedua faktor tadi."
"Bagaimana kondisinya waktu itu?"
"Pakaiannya agak basah. Suhu tubuhnya tinggi." Mark mengatupkan bibirnya. "Intinya keadaannya memprihatinkan."
"Bisakah Anda menceritakannya lebih rinci pada kami?"
Mark memindahkan fokusnya pada Jisung yang pernah jadi pasiennya meski dalam kurun waktu yang singkat. "Dia tiba dengan ambulans dan petugasnya melabeli dia dengan kata "gawat". Itu kode tidak resmi kami bagi pasien yang bukan kasus biasa. Dia punya banyak luka di tubuhnya."
"Luka seperti apa?"
"Tentu, tapi一" Tangan Mark terangkat layaknya murid yang baik ketika hendak mengajukan pertanyaan. "Bolehkan Saya membaca catatan Saya?"
Irene menoleh sekilas pada Kyungsoo yang memberikan izin lewat anggukannya. "Silahkan, dokter."
Maka Mark mengeluarkan kertas kecil dari saku celananya, membongkar lipatan kertas itu dan membaca isinya. "Maafkan Saya, tapi seperti yang Saya bilang, luka itu banyak sekali, meliputi cedera parah di kepala, luka di sudut bibir, memar yang tak terhitung jumlahnya yang menyebar di perut, dada, juga pipinya. Dan apa yang tampaknya adalah luka akibat benda tumpul di punggungnya yang menurut Saya disebabkan oleh penganiayaan."
Kyungsoo mencondongkan tubuh ke depan. Untuknya, gerakan itu sama saja dengan membenarkan letak kacamata bagi orang tertentu saat mulai serius.
"Mengapa Anda berpendapat begitu?"
"Mustahil itu diperoleh pasien dari jatuh atau kecerobohan. Lukanya terlalu banyak."
"Apakah Anda punya kasus serupa yang bisa mendukung pernyataan Anda?"
"Ya. Sekitar 2 minggu sebelumnya, Saya menangani seorang siswa yang jadi korban pem-bully-an, dan Saya bisa berkata bahwa luka mereka identik. Jenis luka yang didapat melalui perlakuan yang disengaja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Determination ✔️
Fanfic[TRIGGER WARNING : Buku ini mengandung konten kekerasan pada anak] Ketika pindah ke apartemen barunya karena pekerjaan, Lee Taeyong tidak mengharapkan apapun selain hidup tenang dan damai. Namun sejak bertemu Park Jisung, remaja yang punya keluarga...