20 tahun kurungan penjara.
Irene bertanya-tanya apa yang akan ia lakukan selama itu tanpa adiknya, yang bersamanya seumur hidup dan hanya berpisah dengannya karena jarak dengan lokasi pekerjaan.
20 tahun kurungan penjara.
Itu bukan waktu yang singkat. Apa jadinya jika ia hanya bisa bertemu Taeyong saat mengunjungi Lapas? Membawakannya makanan karena ia tidak bisa lagi makan kalguksu sesuka hatinya akibat hidup di tengah-tengah para pelaku kejahatan padahal Taeyong tidak bersalah? Jawabannya adalah neraka.
Memang benar bahwa Irene punya banyak teman, rekan kerja, dan lebih banyak lagi teman kencan, tapi hanya pada Taeyong ia menumpahkan kekhawatiran dan semua keluh kesahnya. Hanya pada Taeyong, Irene menunjukkan sisi lemahnya, dan berlindung dari badai kehidupan yang hendak menumbangkannya.
Han.
Dia pikir dia siapa mencoba memutus ikatan mereka?
Lancang sekali dia hanya dengan memikirkannya.
Irene berdiri. Kata-kata menghampirinya dengan sendirinya. Saat maju ke tengah ruang sidang untuk menyampaikan sanggahan, ia langsung tahu apa yang akan ia ucapkan.
"Dalam dunia hukum, kita mengenal istilah penghapusan pidana yang meliputi 3 alasan; yakni alasan pembenar, alasan pemaaf, dan alasan penghapusan tuntutan. Keadaan darurat yang membuat kita harus membela diri dapat dijadikan sebagai pembenaran, sesuai dengan pasal 49 ayat (1) dengan persyaratan adanya serangan lebih dulu.
"Beberapa minggu yang lalu, Yang Mulia, pria bernama Nam Shin hampir membunuh seorang remaja yang lebih kecil dan nyaris tidak bisa melawannya. Remaja ini, Park Jisung, mengalami pukulan ganda yakni kematian ibunya, dan penyerangan yang dilakukan oleh Shin. Saksi Saya, Dong Sicheng, berkata bahwa Jisung sudah lama sendirian, dan ini terbukti dengan absennya ayah kandungnya yang lebih suka mengurus bisnisnya. Ibunya larut dalam pengaruh alkohol. Orang yang ia harap jadi ayah pengganti malah menganiayanya.
"Selama setahun, Park Jisung menyimpan semuanya sendiri. Rasa sayang pada ibunya membutakannya, membuatnya menolak melapor, bahkan tidak berani bercerita pada teman sekelasnya. Apa yang akan kita perbuat bila bertemu anak seperti dia?
"Kita hanya punya 2 pilihan, Yang Mulia; diam dan berpaling, atau menolong dan bertindak, dan inilah yang dilakukan Lee Taeyong. Taeyong memilih bertindak dengan cara mendekati Jisung, mendobrak rumahnya sepulang bekerja untuk membawanya ke rumah sakit, dan ikut campur urusannya hingga mendekam di penjara.
"Apakah dia menyesalinya? Apakah dia sedih atas meninggalnya Shin? Tentu saja tidak, sebab membiarkan dirinya merasakan kedua hal itu akan mengingkari inti dari perbuatannya, tapi ini tak lantas menjadikan dia pembunuh berdarah dingin.
"Lee Taeyong bukan pembunuh. Dia hanya menyelamatkan dirinya sekaligus Jisung dari pelaku yang sejati, yang tidak sekedar merusak fisik tapi juga mentalnya.
"Bila benar Park Jisung mengkhayalkan semua ini, maka kita harus membujuknya untuk jadi penulis seperti tetangganya. Bukti bahwa ini nyata terjadi ada di hadapan Anda; luka-lukanya, catatan medisnya dari dokter yang ahli一yang kesaksiannya bisa kita pegang teguh, serta kesaksian gurunya bahwa dia hanya murid biasa yang suka bermain sepak bola. Tidak ada keuntungan apapun yang bisa ia petik kalau dia berniat mencari perhatian.
"Lagipula untuk apa? Agar dia bisa menangis di kursi saksi yang dia takuti? Supaya orang-orang bisa melihat punggungnya yang penuh luka?"
Irene berhenti sejenak. Sejumput poninya jatuh dan menghalangi pandangannya dari orang-orang yang dia sayang, jadi dia menepisnya dengan anggun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Determination ✔️
Fanfic[TRIGGER WARNING : Buku ini mengandung konten kekerasan pada anak] Ketika pindah ke apartemen barunya karena pekerjaan, Lee Taeyong tidak mengharapkan apapun selain hidup tenang dan damai. Namun sejak bertemu Park Jisung, remaja yang punya keluarga...