Jgn pernah, sekalipun jgn pernah bawa² fiksi ke dalam dunia nyata. Apalagi bawa² cerita gw ini sampe ke rl. Sampe itu terdengar/terlihat oleh gw, jangan heran kalo tiba² gw tutup akun.
**
"Bagaimana kabarmu?" Renjun tersenyum. Orang yang tengah mendekapnya ini sangatlah dia rindukan.
"Seperti apa yang kamu lihat, Ryan." Ryan, cowok dengan surai perak. Tinggi mereka sama, namun sangat bertolak belakang.
Ryan keren, gak kayak Renjun yang buluk. Hei, ini Renjun sendiri yang mengatakan!
Ryan mempunyai banyak teman, tidak dengan Renjun yang hanya berteman dengan Nancy dan juga Daehwi.
Ryan berani, tidak seperti dirinya yang pengecut.
Tetapi, Renjun juga tahu kalau Ryan itu cukup bodoh dalam akademik. Dia boleh pandai di bidang olahraga, namun nyatanya tidak dengan (teori) pembelajaran. Selalu naik kelas dengan sogokan, sudah sangat membuktikan seberapa bodohnya si Ryan, 'kan?
"Kapan kamu kembali ke Italia?" Renjun mendekap cowok itu. Senyum sedari tadi terpantri indah. Ryan bela-belain dari bandara langsung ke kafe tempat Renjun bekerja. Bukankah sangat perhatian sekali sosok Ryan itu?
Ryan mencubit hidung Renjun. Tidak sakit, itu hanya cubitan main-main. "Hei, aku baru saja tiba, dan kamu sudah menanyakan kepergianku kembali?" Renjun terkekeh mendengarnya. "Aku hanya bertanya, Ryan. Tapi kuharap kamu bisa lebih lama di sini." Benar. Renjun sangat mengharapkan kedatangan cowok itu kali ini lebih lama dari biasanya. Lebih baik lagi kalau Ryan itu menetap bersamanya.
Renjun tersenyum. Sangat tipis, dapat dipastikan Renjun yang tengah mendekapnya dengan manja tidak dapat melihat senyuman itu. "Kamu benar-benar bekerja keras, hu?" Renjun terdiam. Dia tahu ke arah mana Ryan berbicara. Sebelah tangan mengusap surainya dengan pelan, sangat lembut, sampai rasanya Renjun ingin tidur saja.
"Seperti yang kamu lihat. Pulang sekolah langsung ke kafe, bekerja keraskan bukan namanya?" Renjun terkekeh. Ryan mengecup pucuk kepala Renjun.
"Selama aku di sini, aku ingin aku semua yang memegang—" belum sempat Ryan berujar lebih, Renjun sudah terlebih dahulu memotong pembicaraan. "Tidak, tidak. Aku bisa sendiri. Rasanya cukup aneh saat tiba-tiba banyak orang mengasih afeksi kepada diriku."
"Lho, itu justru bagus, dong. Memangnya kamu tidak bosan menjadi seorang penyendiri?"
"Aku tidak selalu menyendiri. Ada Daehwi dan Kak—"
"Hanya Daehwi. Nancy sudah pergi."
Renjun melepaskan dekapannya. Bibirnya mencibik, merasa perkataan Ryan cukup menganggu pendengarannya. "Kak Nancy tidak pergi! Dia pasti akan kembali."
"Jika dia akan kembali, itu tandanya dia tengah pergi."
Renjun menghentakkan kakinya. "Tidak, Ryan. Kak Nancy—"
Sebelum lebih jauh Renjun berbicara, Ryan langsung mendekap cowok itu. Menenangkan Renjun, dengan mengusap punggung sempit cowok tersebut. "Iya, tidak. Kak Nancy-mu hanya sedang berlibur."
Renjun membuat pola abstrak di dada Ryan. Bibirnya masih mencibik, "Ryan tidak boleh berbicara seperti tadi. Kalo Ryan kayak gitu lagi, Renjun gak mau ngomong sama Ryan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera ☑️
RandomTidak ada yang lebih menyenangkan daripada mengganggu Nakamoto Renjun. 3 Agustus sampai 12 September 2020 ©Njunchanie