#01

6.4K 593 78
                                    

Ini hanyalah cerita. Tidak ada niatan mendoakan akan kelak terjadi di dunia nyata atau semacamnya. Tolong jadi pembaca yang bijak, jangan salah mengartikan nama peran di sini.

**

"Eh, jelek! Bawa apaan lo?!"

Renjun menegang. Suara itu sangat dia kenal. Haechan, orang yang baru saja memanggilnya. Bangun pagi-pagi untuk berangkat ke sekolah lebih awal rupanya bukanlah pilihan yang tepat. Dia kira, dia akan aman, namun nyatanya tidak. Ah, Renjun lupa, dia tidak akan pernah bisa lolos dari murid Z*one School.

Renjun si cowok berkacamata dan bertubuh pendek. Cocok banget jadi korban penindasan. Selain itu, keluarga cowok itu juga bukanlah dari kalangan atas. Well, Renjun masuk ke Z*one School bermodalkan otak cerdasnya, melalui beasiswa yang diadakan.

Memang sudah tidak heran lagi, rata-rata penerima beasiswa itu orang kalangan menengah ke bawah. Dan tidak akan heran kalau mereka bakalan dibully oleh kalangan menengah ke atas.

Alasannya?

Tentu sebagai mainan. Iseng-iseng doang. Heran, dikata gorengan kali, ya, asal comot begitu saja kalau mulut lagi pengen ngegares.

Ya, contohnya Haechan ini. Demen banget dia gangguin Renjun. Eh, tapi jangan salah. Haechan kalau sudah gangguin Renjun parah banget, mampu bikin Renjun gak berdaya. Terakhir dua hari yang lalu, Haechan bener-bener jadiin Renjun samsak tinju. Gak tahu ada masalah apa, tiba-tiba Renjun dipukulin.

Renjun pernah belajar bela diri waktu SD, tapi karena sudah lama gak dilatih, alhasil dia gak bener-bener bisa menandingi kekuatan Haechan.

Gila saja. Haechan setiap hari minggu latihan samsak tinju sama abangnya, Johnny. Lha, Renjun terakhir belajar bela diri waktu kelas 4 SD. Mana bisa nandingin Haechan. Jurus-jurus yang pernah dia pelajarin saja sudah lupa, menyisakan cara mempertahankan diri atau menangkis serangan—yang gak terlalu berguna juga sebenernya.

"Lo gak budek, 'kan?!" Haechan geram saat cowok di depannya ini gak membuka suara sedikit pun. Renjun hanya menunduk tanpa ada niat mengangkat wajah jeleknya.

Jelek, karena gak kerawat. Beberapa jerawat tumbuh di kening dan pipi, komedo samar-samar terlihat di kulit hidungnya yang putih. Kacamata bulatnya selalu mampu ngebuat Haechan pengen ngejedotin Renjun sampe mukanya gak kebentuk. Dan lagi, tubuh Renjun yang gempal selalu membuat Haechan risih, ingin mengempeskan!

Sudah pendek, gendut lagi! Haechan kesel banget liat sampah kayak gitu. Iya, orang jelek itu sampah, yang pengen banget Haechan musnahin!

"Kalo orang ngomong itu diliat matanya, sialan! Mau gue colok pake garpu, hah?!" dengan kasar, tangan besar cowok itu mencengkeram dagu Renjun, lalu membawanya mendongak. Dapat Renjun lihat kilatan amarah terpancar dari tatapan cowok di depannya.

Sebenarnya Haechan geli sih megang-megang wajah jelek orang di depannya ini. Tolong ingatkan Haechan, setelah ini dia harus cuci tangan pakai air kembang tujuh rupa!

Haechan murka, itu merupakan hal yang buruk untuknya.

"Cih! Pergi lo jauh-jauh dari gue!" menghempaskan tangannya hingga wajah Renjun berpaling dengan kasar.

Alergi lama-lama Haechan ngelihat si jelek. Empet, pengen nenggelemin itu anak ke Ciliwung saja.

"Wow, wow ... sedang bermain rupanya?" tiba-tiba Jisung datang.

Jisung ... sama-sama cowok biadab, menurut Renjun—atau mungkin banyak yang berpendapat seperti itu. Badannya tinggi, tapi sayang otaknya dongkol. Renjun enek banget lihat itu anak. Jisung itu ... gak kalah menyeramkan dari Haechan.

Lentera ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang