#12

2.2K 316 21
                                    

Ingat ya, cerita ini ga aku revisi lagi. Jadi ceritanya (penulisannya juga) agak aneh, tolong dimaklumi 😭🙏🏼

-----

Seminggu berlalu setelah kepergian Mingyu ...

"Cupu lo!"

"Jangan sok kecakepan deh lo!"

"Hama tuh seharusnya minggat, bukannya dateng lagi!"

"Halah tai, mau lo apa sok-sokan ngurus diri, hah?! Kalo jelek mah jelek aja! Oplas di mana lo?! Gila, murah banget ya harga diri lo buat mempercantik diri doang."

Renjun sabar, Renjun kalem, Renjun harus tenang, gak usah dengerin setan-setan sialan yang mulutnya lebih tajem daripada hasutan iblis.

Tahan Renjun, tahan. Jangan dibetot sekarang, nanti elu kena masalah.

Sabar ... sabar ....

"Apa-apaan, nih?"

Pahlawan ke siangan dateng. Siapa lagi kalau bukan Jaemin. Cowok itu akhir-akhir ini selalu sok jadi pahlawan bagi Renjun. Tak jarang, Yangyang juga melakukan hal yang sama. Anak yang biasanya demen banget nyinyirinnya malah jadi baik kepadanya.

Renjun curiga dua cowok satu geng itu ada niat tersembunyinya.

"Udah, deh, Na. Lo jangan sok jadi Super Hero kayak temen lo si Yangyang, deh. Jangan muna, lo juga dulunya—"

Satu bogeman dilayangkan Jaemin kepada Justin.

"Jaga sikap lo. Sekali lagi gue liat lo jadi bajingan kayak gini, lo abis sama gue, Justin!"

Justin, adik tirinya. Adik yang dulu dia kenal super polos, kini menjadi seorang bajingan seperti dirinya.

Sialan, kenapa pula adik kesayangannya itu harus jadi bajingan sepertinya, sih?! Kenapa!

"Oh, lo mau abisin gue?" cowok itu tersenyum remeh. Tidak mempedulikan luka di sudut bibirnya akibat bogeman sang kakak.

"Haha, sialan lo! Puas lo ngebikin abang gue sendiri ngomong mau ngabisin gue, ngebogem gue?! Puas lo, sialan?! Dasar sampah! Hama! Bajingan! Pelacur!"

Lagi, bogeman didapatkan Justin dari Jaemin. Adiknya itu terpental, dengan sudut bibir lainnya sobek mengeluarkan darah cukup banyak. Kepala Justin tiba-tiba pening, namun sekuat tenaga dia bangkit, memandang kakaknya dengan sengit.

"Lo ..." cowok itu pergi. Melihat tatapan tajam kakak tirinya, kedua belah bibir Justin tak mampu berkata lebih.

Tidak ada satu pun yang mengatahui bahwa Justin merupakan adik dari Jaemin. Bahkan teman-teman gengnya yang sedari tadi melihat sikap sok menjadi pahlawan Jaemin itu cukup terkejut mengetahui fakta tersebut.

Jaemin juga Justin menutup baik-baik perihal itu ternyata.

"Tsk!" Jaemin berdecak. Merutuki dirinya yang semudah itu main tangan, juga merutuki adiknya yang sudah kelewatan batas.

Melenggang meninggalkan kerumunanan, tidak lagi mempedulikan Renjun yang masih meringkuk ketakutan.

Soobin, Yangyang, Haechan, Jeno, Jisung, Guanlin, dan Hwi mengikuti pergian Jaemin. Cowok itu kalau sedang dalam kondisi buruk, pasti bakalan ngelakuin hal yang aneh-aneh. Dadipada temennya itu kenapa-napa, lebih baik mencegahnya terlebih dahulu. Meskipun tidak semudah niatan.

"Bubar lo!"

Sorakan protes terdengar saat Yangyang menyuruh mereka bubar. Cibiran "pasti mau jadi pahlawan lagi dia tuh" terdengar di telinga cowok itu, namun dia abaikan.

Saat ini, yang lebih penting itu Renjun. Bukan omongan sampah orang-orang yang demennya nontonin orang ribut atau orang-orang yang suka menindas orang lain.

Mon maap aja nih, ya. Yangyang udah baik, kok. Lebih tepatnya tengah berusaha menjadi orang baik. Salah satu contohnya dengan mulai membela Renjun seperti ini. Bukan lagi turut membully cowok itu. A6!

"Ayo gue bantu."

Renjun berjengit. Dia masih takut, meskipun beberapa kali Yangyang berperilaku baik kepadanya, namanya juga takut gak bakalan bisa dikondisikan, apalagi Renjun tengah tertekan seperti ini.

"Gue cuma mau bantu, seriusan, gue gak bakal ngapa-ngapain lo!" Yangyang tetap berusaha keras, namun Renjun semakin menjauhkan diri.

Ketika Yangyang hendak menyentuh bahu Renjun yang kotor penuh dengan tepung atau apalah itu Yangyang gak tahu, cowok itu justru meringkuk, menghindari Yangyang.

Dia benar-benar takut. Tamparan serta jambakan Justin bersama teman-temannya masih membekas, takut-takut Yangyang akan melakukan hal yang sama.

"Hah ... oke. Setidaknya biarin gue temenin elo bersihin diri. Sekali aja Ren lo percaya sama gue. Gue gak bakalan sakitin lo lagi. Demi Tuhan, gue pengen ngerubah diri, Ren. Gue pengen ..."

Enggak, enggak. Lo gak seharusnya banyak omong, Yang. Jangan sampai Renjun mengetahuinya. Lo harus tutup mulut lo, jangan ngomong lebih banyak lagi atau semuanya bakalan berakhir sia-sia.

"Oke. Gue bakalan beri jarak dua meter. Setidaknya, biarkan gue mastiin elo aman, Ren ...."

**

"Ma-makasih." Cicit Renjun. Terhitung sudah tiga kali Yangyang selalu membantunya, tidak lagi seperti dahulu yang justru ikut melemparkan cacian kepadanya.

Di antara mereka, hanya Yangyang dan Jaemin yang berubah. Gak tahu apa tujuannya, setidaknya itu lebih baik daripada kelakuan mereka sebelum-sebelumnya. Kendati demikian, teman-temannya yang lain masih sering memperlakukan hal yang sama, tentu saat tidak ada kedua "super heronya" ini.

Bisa abis mereka di tangan Jaemin.

Dan bisa habis pula gendang telinga mereka mendengar segala bentuk bacotan Yangyang.

Yangyang tersenyum. Setelah kurang lebih 15 menit menunggu Renjun mandi yang lebih banyak diisi ngelamun, Yangyang memberikan botol berisikan teh hangat. Katanya, itu dia yang membuat di uks, sedang botolnya milik Renjun yang dia ambil tanpa izin sang empu.

Sekali ngeselin tetep aja ngeselin, ya.

Yangyang masih betah natap Renjun yang udah seger abis mandi. Rambutnya basah, badannya wangi sabun. Gak heran, sih, anak-anak bawa sabun atau peralatan mandi, sebab mereka pulang hingga kelewat sore—belum lagi kalau ada kelas tambahan untuk anak akhir semester atau kegiatan ekstrakulikuler, membuat mereka mandi di sekolah. Salah satunya Renjun yang gak pernah absen membawa handuk, sampo, sabun, dan baju ganti.

Bukan karena perihal kelas tambahan, lebih tepatnya karena kelakuan anak sekolahnya yang macem setan selalu ngebuat dia amburadul kayak kue tart buatan Ryan.

"Cantik."

Renjun mengerjap. Apaanya yang cantik? Lagi pula, hanya ada mereka berdua, apa Yangyang sedang mengigau?

"Eh ... mak-maksudnya ..." cowok yang biasanya banyak omong tumben-tumbenan salah tingkah. Renjun bukannya menatap aneh, justru tersenyum simpul melihatnya.

Kalau dipikir-pikir, Yangyang lucu jika sedang malu-malu bagong kayak gitu.

Menghela napas. "Bolos kuy?!"

Flish, kuynya cuma satu, enggak 4 biji, kok.

"Eh?!" Renjun kaget pas tiba-tiba Yangyang narik dia. Narik menuju parkiran.

Memasukkan Renjun dengan paksa, kayak orang lagi nyulik gitu kesannya. Untung saja Renjun tidak teriak, kalau dia beneran teriak, sudah pasti Yangyang terlihat seperti penculik sungguhan.

"BAPAK, SAYA IZIN BOLOS SAMA PACAR SAYA!"

Renjun pengin nyeburin diri di sungai ciliwung aja dengernya.

*TO BE CONTINUED*

Ak tuh buat... '—' udah panjang, tapi ngapa pas di publish jadi menciut sih?! 😭
Itu tanda penghubung punya dendam apa sih sama gue:(

Lentera ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang