#02

3.7K 462 31
                                    

"Kak, ini seriusan?" yang ditanya mengangguk dengan senyum hangat.


Kepala cowok di depannya diusak gemas. "Iya. Happy birthday! Gue harap lo tetep jadi Renjun yang gue kenal, ya. Renjun yang rendah hati, pengertian, baik, ramah, dan yang paling penting ... Renjun yang kuat."

Nancy memeluk Renjun, yang langsung saja dibalas oleh cowok itu. "Haha, makasih banyak loh, Kak. Tapi ... perkataan lo aneh, kayak yang mau pergi jauh aja, haha!" si cewek semakin mendekap erat si cowok saat dirasa tubuh Renjun bergetar. Tak kuasa, dirinya pun menangis dalam dekapan yang lebih tingggi.

Renjun dan Nancy itu sudah kenal kurang lebih empat tahun. Renjun sudah menganggap Nancy seperti kakaknya sendiri, begitu pun sebaliknya, Nancy menganggap Renjun sebagai adiknya. Keduanya bekerja di tempat yang sama, yang mana membuat keduanya selalu berinteraksi—tentu, di saat Renjun dan Nancy mendapatkan tugas di waktu atau hari yang sama.

Renjun kelas 2 SMA, sedang Nancy baru saja masuk kuliah.

"Kak ... plis, lo di sini aja. Masa lo tega sih ninggalin gue sendirian?"

Nancy melepaskan pelukkannya terlebih dahulu. Jemari lentiknya mencubit seseorang yang lebih tinggi. "Lo gak sendirian, Renjun. Tega banget, masa si Daehwi lo lupaain, haha!"

Renjun mencibik, "Ih, 'kan beda! Kalo sama Daehwi, gue abis diusilin melulu. Gak kayak sama lo, disayang, hehe!" yang cewek hanya dapat menggelengkan kepala. Kali ini, kepalan tangan Nancy-lah yang mendarat di kepala Renjun. Nancy menjitak Renjun.

"Sakittt!"

"Lemah!"

"Enggak, ya!"

"Dih, itu buktinya baru dijitak aja sakit. Apa coba namanya kalo bukan lemah?"

Renjun melipat tangannya di dada. "Tapi seriusan sakit. Kalo gak percaya sini, gue jitak!"

Di depannya, Nancy ikut-ikutan bersedekap dada. "Oh, iyakah? Tapi sori gue gak kayak lo yang ... aduh! Kok beneran dijitak sih, Ren?!"

Renjun tertawa. Dia sangat senang saat orang di depannya marah atau merajuk. Sebuah hiburan tersendiri untuknya. "Haha, iya, iya, maaf. Tapi gimana? Sakit gak rasanya?" tangan cowok itu mengusap bagian kepala yang baru saja dijitak olehnya. Setelahnya, Renjun mengecup bagian itu, berupaya menghilangkan rasa sakitnya.

"Sembuh."

"Reseh lo!"

"Hehe!"

**

"Gimana, gimana?!"

"Udah, tenang aja. Semua aman sama Yangyang!"

Aman giginya ompong! Terakhir kali, bukannya Renjun yang kena, eh, malah si Hwi yang kena. Ckckck, senjata makan tuan temannya.

"Oke. Pas dia dateng, lo tarik embernya dan elo, langsung tuang terigu dari atas." Haechan nunjuk Soobin yang langsung diberi anggukan kepala.

Jadi, hari ini merupakan ulang tahun si Nakamoto, alias Renjun. Haechan dengan baik hati—dibantu beberapa murid lainnya—menyediakan kejutan untuk anak itu. Seember air berisikan kodok ijo yang nantinya akan disirim oleh Yangyang, rasanya cukup menarik, bukan? Dan dua kilo tepung yang akan ditabur dari lantai atas oleh Soobin dan Eric, sepertinya bukan ide buruk, benar? Memasukkan kecoak ke dalam baju ganti Renjun, sepertinya sangat menyenangkan, ya?

Lentera ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang