#20.0

3.5K 208 9
                                    

"Apaan, sih, Kak, tiba-tiba nelepon marah-marah kayak gitu!"

"Aku cuma pergi sama Yangyang dan Chenle doang, kok. Tanya aja sana ke Chenle kalo Kakak gak percaya. Gak jelas banget, sih!"

"Ya, emang enggak jelas! Udah seminggu Kakak gak ngehubungi Renjun, sekalinya ngehubungin malah marah-marah kayak gini."

"Renjun gak suka, ya, Kakak nuduh-nuduh sembarangan!"

"Udah, ah. Bodo amat!"

Renjun memutuskan sambungan telepon. Suasana hatinya yang semula sudah mulai membaik saat kedua temannya (Yangyang dan Chenle) mengajak jalan-jalan, harus kembali memburuk saat Lucas meneleponnya dan marah-marah enggak jelas. Lucas gak tau saja Renjun belakangan ini unmood gara-gara si jangkung itu enggak ngabarin sama sekali seminggu ini. Sekalinya dia senang, eh, orang yang bikin dia bete malah bikin dia makin bete. Renjun heran, gak seperti biasanya Lucas kayak gitu. Setahu dia Lucas itu sangat dewasa, lalu mengapa tadi saat meneleponnya terdengar sangat cemburuan (posesif) begitu, sih?!

Renjun, 'kan gak suka kalau seperti itu caranya, yang tiba-tiba ngomel-ngomel enggak jelas cuma karena Renjun enggak ngangkat telepon dari Lucas. Boro-boro mau ngangkat, megang hp juga enggak. Renjun mah kalau sudah main sama Yangyang dan Chenle yang namanya hp harus dijauhkan, jangan sampai waktu bermain mereka harus terganggu oleh benda pipih itu. Kalo main ya main bareng, jangan sibuk sendiri sama hp.

Dan seharusnya sih Lucas tahu tabiat temannya itu, si Chenle. Makanya Renjun jadi kesal banget. Awas saja, kalau ketemu nanti, Renjun bakalan mukul Lucas banyak-banyak!

Eh, tapi... baru inget, liburan musim panas masih lama, jadi enggak mungkin Lucas datang ke Korea. Cowok itu pasti lagi sibuk-sibuknya kuliah. Bentar lagi pacarnya itu mendapat gelar S1, makanya sibuk kali, ya?

Bodo amat, intinya Renjun masih kesel!

**

Renjun yang lagi leha-leha, capek baru pulang kerja, tiba-tiba ditelepon sama Jeno katanya suruh ke rumah Bangchan. Ngumpul gitu, karena sudah lama pada sibuk sama kuliahnya. Renjun juga akhir-akhir ini sibuk dengan tugas kuliah, makanya sekarang dia benar-benar lelah karena baru pulang kerja juga.

Tapi acara bobok nyenyaknya sepertinya harus terurungkan, karena teroran telepon Jeno nyeremin banget. Bikin Renjun pening mendengarnya. Jeno itu enggak tahu kenapa makin enggak jelas, makin ngeselin. Kayak yang demen banget ngajak dia ribut dari hal-hal kecil kayak mempermasalahkan minum kopi lebih enak kopi panas daripada pakai es.

Seenggak jelas itu memang. Kalau sudah ketemu Jisung dan Hwi makin enggak jelas, Renjun sampai angkat bendera putih tinggi-tinggi.

"Iya, iya!" setelah mengakhiri panggilan telepon, Renjun bergegas—tentu dengan malas.

Sepuluh menit setelahnya, Renjun pun berangkat ke rumah Bangchan dengan menaiki bus. Sekitar dua puluh lima menit dia sampai di rumah temannya itu.

"Yang lain di mana?" Renjun menelisik sekitar saat tak menemukan kehadiran teman-temannya yang lain. Ruang tamu tampak sepi, rumah pun tampak hening, tidak seperti biasanya ketika kumpul akan sangat ricuh dan berisik.

"Di belakang, lo duluan aja, gue mau ambil cemilan dulu."

Renjun mengangguk, lalu berjalan ke taman belakang seperti apa yang Bangchan katakan. Dengan samar, terdengar suara pekikan Yangyang dan Chenle. Kalau seperti itu, Renjun benar yakin mereka ada di sana.

Di taman belakang rumah Bangchan, berkumpul teman-temannya Renjun yang tengah sibuk dengan segala kekacauan mereka. Suara melengking Chenle dan Yangyang saling bersahutan, bertabrakan dengan suara berat Jeno dan Jaemin yang tengah berdebat dengan Haechan turut memanasi keduanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 13, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lentera ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang