#19

1.8K 260 33
                                    

"Gak, enggak mungkin!" Renjun jatuh tersimpuh saat mendengar kabar yang sangat mengejutkan untuknya.

Taeyong sebagaimana orang yang dekat dengan Ryan tiba-tiba mendatangi kediaman Renjun dengan pakaian kantor yang tak lagi serapih saat dia berangkat kerja. Surai hitamnya saja sudah lepek akibat keringat, juga akibat dirinya berlari sangat tergesa-gesa.

Mengetuk pintu dengan brutal, masih dengan napas tersenggal memberikan kabar yang sangat mengejutkan.

Kabar bahwa Ryan telah tiada di dunia karena penyakit yang dideritanya. Sakit tumor yang sudah semakin parah, membuat Ryan menyerah karena tak lagi sanggup menahan sakitnya.

Ryan yang Renjun anggap sempurna, yang Renjun anggap selalu bahagia di dalam hidupnya, rupanya memiliki lukanya tersendiri. Pemakaman akan dilaksanakan besok siang di Italia, itu berarti di Korea sudah malam hari.

Renjun tidak menyangka bahwasanya selama ini saudaranya menyimpan banyak sekali rahasia. Rahasia mengenai kehidupannya yang rupanya tak sebahagia apa yang Renjun bayangkan.

Taeyong menceritakan semuanya. Menceritakan tentang Ryan yang terlihat seperti pangeran namun rupanya tak lebih baik dari boneka. Kedua orang tua pemuda itu memang menyayangi Ryan, hanya saja untuk perhatian Ryan tidak mendapatkannya. Mereka memberikan Ryan semua kebutuhan, namun tidak dengan kasih sayang seutuhnya—lebih tepatnya semenjak Ryan berusia sepuluh tahun, kedua orang tua asuhnya tidak lagi seperhatian dahulu.

Juga, rupanya kedua orang tua asuh Ryan sebenarnya sangat tidak menyukai bahwa Ryan masih berhubungan dengan Renjun. Entah kenapa, seseorang yang Renjun anggap sebagai orang tua juga kala masih kecil, rupanya sangatlah membencinya. Uang yang diberikan Ryan untuknya dengan dalih pemberian dari orang tua asuhnya, ternyata uang tersebut ialah dari kerja kerasnya. Tidak ada campur tangan sedikit pun dari kedua orang tua asuhnya.

Bahkan selama Ryan harus dirawat di rumah sakit, tidak ada yang menemaninya. Kedua orang tuanya tidak pernah sekali pun menjengguk pemuda itu. Semua yang Ryan katakan hanyalah topeng belaka. Semuanya penuh kebohongan, hanya demi sang adik.

Renjun kira hanya dirinya yang sangat kesepian di sini. Rupanya, keduanya sama-sama kesepian. Ryan memang memiliki banyak teman, namun hanya sebatas teman bermain saja. Teman yang datang di saat senang, dan tak pernah peduli di saat duka.

Sedang kali ini, di sini, Renjun telah memiliki banyak orang yang benar-benar menyayanginya. Mempedulikannya dan menganggapnya keluarga. Rupanya, Ryan lah yang membutuhkan semua itu, seharusnya dia, bukan Renjun. Andai saja Ryan tinggal bersamanya, pasti pemuda itu tidak akan merasa sedih, tidak akan kesepian.

Tidak ada gunanya teman jika bahkan orang yang disayangi, seorang saudara kandung, pergi meninggalkan.

Renjun terisak, tidak pernah menyangka bahwa nasib sang kakak lebih buruk darinya. Rasa iri kerap kali datang, namun rupanya harus dia telan dengan kepahitan saat mengetahui fakta bahwa Ryan lah yang lebih mengenaskan. Ryan lah yang lebih membutuhkan segala bentuk kasih sayang orang-orang.

Malam ini, Renjun ingin melihat bintang. Tidak perlu ditemani siapa pun, karena jika memang ingin, Renjun hanya menginginkan satu orang. Hanya Ryan, saudaranya yang sangat dia sayang. Saudaranya yang rupanya telah berbaur dengan bintang di angkasa sana.

Lima menit lalu, Taeyong telah pamit. Dia tak kalah terkejutnya dari Renjun, namun tentu... rasa sakit di dalam diri Renjun lebih terasa daripada Taeyong.

"Ryan..." air matanya menetes tiada henti. Bibir tipisnya meracau, memanggil nama kembarannya yang tidak akan dapat dia lihat lagi keberadaannya.

Renjun dan Ryan, tidak akan pernah mewujudkan mimpi keduanya. Mimpi untuk tinggal bersama di rumah impian.

Lentera ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang