"Laper, gak?"
Renjun menggeleng.
"Hm ... tapi gue laper. Makan dulu, yuk!"
Renjun mengeryitkan dahinya, apalagi pas tiba-tiba Lucas narik tangannya.
Sekarang, mereka tengah berada di kedai makan tidak jauh dari halte. Renjun yang biasanya pulang naik bus, mau tidak mau, Lucas menitipkan motor kesayangannya kepada salah satu anak sekolahnya.
Demi Renjun!
Eh, maksudnya ... Demi taruhan!
"Mau pesen apa?" Lucas nanya, tapi matanya masih sibuk memperhatikan selembar kertas berisikan menu yang disediakan di kedai.
Renjun bingung. 'kan dia gak minta ke sini, tetapi Lucas sendiri yang menyeretnya, dan lagi pula dia tidak lapar, kok.
"Oke, samain kayak gue aja."
Dia nanya, terus jawab sendiri?
Waras masnya?
Sembari menunggu makanan dan minuman tiba, Lucas mengelurkan ponselnya. Memainkannya tanpa mempedulikan Renjun. Lha, ini mah Renjun jadi bingung. Si bongsor ngapain ngegeret dia kalo cuma buat dicuekin?
Eh, Renjun gak mengharapkan dapat perhatian, kok. Dia cuma bingung aja. Kenapa ... Lucas kayak begini sikapnya, sedang setahunya, Lucas itu gak beda jauh sama Jeno?
Astaga ... Renjun, inget! Gak boleh liat sampul dari orangnya. Yang jahat belum tentu baik, tapi yang baik belum tentu baik juga.
Duh ....
"Makanannya ..." pelayan menaruh makanan mereka. Dan yang bikin Renjun gak habis pikir itu ... kenapa porsi dia banyak banget kayak si Lucas? Dikira dia kuli kali, ya, makan porsi gede gini?!
"Kok enggak di makan?"
"Gak suka sama makanannya, ya?"
"Mau ganti menu aja? Bentar, gue panggilin—"
Kontan, Renjun menggeleng ribut. "E-enggak, enggak!" mendengarnya, Lucas mengeryitkan kening menatap Renjun.
"Terus kenapa gak di makan? Porsinya kurang?"
Palalu meleduk porsinya kurang!
Renjun bingung mau jawab apa. Canggung banget dia sama orang baru. "Ehm ... enggak. Jus-justru kebanyakan ...." ngomong gitu aja degeun-degeun, apalagi kalo dia nembak orang? Bisa-bisa jadi Ajis Gagap nanti!
Lucas masih memakan makanannya dengan lahap. "Eh? Gue kira orang gendut makannya banyak."
Muka Renjun langsung kecut. Emang semua orang yang doyan makan itu gendut apa? Kan enggak juga! Ada kok yang ceking tapi doyan makan. Reseh banget!
"Enggak. Justru gue jarang makan."
Ya, mau makan apaan kalo lo gak punya duit. Dah abis duit dipake buat bayar keperluan sekolah, makan juga jadinya jarang. Gak nafsu makan juga kalo ada masalah. Dan sialnya masalah selalu dateng kepadanya setiap hari.
Ya ... siapa lagi kalo bukan geng-geng tai kambing di sekolahnya itu? Ck!
"Yaudah, makan sekenyangnya aja, biar nanti gue yang abisin."
Ini ... Renjun gak salah dengerkan? Sejak kapan ada yang peduli dengannya? Lucas gak lagi bercandakan, ya? Gak yang tiba-tiba dia suruh bayarin makanan itu bocah, terus dianya kabur gitu aja?
Jawab enggak dong! Renjun takut, nih ... Huhu pengin nangis jadinya!
Saat diliriknya Renjun tetap bergeming, Lucas menghentikan acara makannya. Menatap cowok di depannya dengan salah satu alis terangkat. Beruntungnya dia bukan Mark. Mana bisa ngangkat satu alis gitu itu bocah!
"Kenapa? Tenang elah. Gue yang traktir. Lo tinggal makan sepuasnya, nanti gue yang bayar."
Renjun masih diem. Lucas terkekeh, lalu mengusak rambut Renjun dengan gemas. "Haha, tenang aja, sih. Aman, gak gue suruh embak-embaknya masukin racun kok ke makanan lo."
Renjun masih bergeming. Namun saat melihat tatapan teduh dan senyum tulus dari cowok di depannya, Renjun mulai menggerakkan tangannya untuk meraih sendok dan memasukkan sesuap demi suap makanan yang dipesan.
"Nah, gitu dong di makan! Oke, kalo kayak gitu kita temenan sekarang."
Renjun tersedak. Sumpah gak ngerti lagi, ini Lucas beneran lagi bercanda apa gimana, sih? Aneh banget!
Meneguk air yang disediakan, lalu matanya menatap Lucas. "Kok ... kayak gitu?" sampai detik ini pun Renjun gak paham maksud terselubung cowok di depannya.
Lucas tersenyum simpul. "Emangnya kalo memulai pertemanan harus ada syarat-syarat khususnya, ya?" kontan Renjun menggeleng. "Enggak, sih. Cuma ... aneh aja. Kita 'kan baru kenal."
"Justru itu. Kalo kita temenan, nantikan bisa makin deket. Siapa tau bisa lebih dari sekadar temen, 'kan?"
**
"Kamu tuh ke mana aja, Renjun!" Ryan langsung memeluk Renjun saat mendapatkan adiknya itu baru pulang sekolah. Udah jam delapan malam, wajarkan kalau Ryan khawatir?
Sekolah apaan pulang malem-malem! Ryan di Itali aja pulangnya jam 10.
Iya, kebanyakan cabutnya.
Renjun meringis. Lupa ngasih kabar abangnya itu. "Hehe, tadi aku mampir dulu."
"Ke mana?!" belum juga Renjun kelar ngomong, si Ryan udah ngegas aja.
Renjun mencibik. "Dengerin dulu!"
'kan, galaknya keluar noh.
Ryan mengandeng tangan adiknya untuk duduk. Menyandarkan kepala adiknya di bahunya. "Iya, maaf. Jadi kamu ke mana?"
Renjun menyamankan posisi duduknya. "Tadi aku makan dulu sama temen. Terus lupa deh ngehubungin ..."
"Oh, gitu, ya. Udah punya temen jadi lupa sama kakaknya?!" ketus Ryan.
Renjun bangkit, menatap Ryan gak suka. "Ih! Gak gitu juga ... lagian aku udah balik, 'kan? Dan baik-baik aja juga, kok."
Ryan tetep gak peduli, bahkan natap Renjun pun enggan. Melihatnya, Renjun cemberut. Seharusnya dia yang ngambek, ngapa jadi abangnya ini yang ngambek?!
"Ih, Ryan ... kok jadi kamu yang marah, sih? Seharusnya aku tau!"
Udahlah. Dua-duanya ngambek. Kalo begini mah bakalan diem-dieman. Sama-sama keras kepala mereka.
"Bodo, ah!" Renjun melenggang, dengan kaki terhentak kencang, sedang saudaranya hanya dapat menghela napas.
Renjun itu ...
Berani, namun mudah dibodohi.
Pukul sepuluh, Renjun masih pacaran sama buku sekolahnya. Ryan yang tadinya marah, jadi bete juga kalo didiemin gini. Masa sekalinya ketemuan mereka marah-marahan. Berakhir, Ryan yang mengalah. Dia gak mau pertemuannya sia-sia.
"Besok-besok kalo mau pergi hubungin Ryan dulu. Ryan khawatir tahu nungguin kamu yang kirain lupa jalan pulang." Ryan tertawa. Gak lucu, sih, cuma gak apalah buat mencairkan suasana.
Renjun menghela napas, lalu menatap Ryan. "Iya, Njun janji bakalan hubungi, gak lupa lagi. Tapi Ryan juga ga boleh terus-terusan membatasi Njun, ya? Njun udah gede, Ryan. Njun tau mana yang bener mana yang salah. Njun—"
"Iya, kamu tau mana yang bener dan yang salah sampe-sampe kamu pernah dilecehin orang." Ketus kembaran Renjun.
*TO BE CONTINUED*
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera ☑️
RandomTidak ada yang lebih menyenangkan daripada mengganggu Nakamoto Renjun. 3 Agustus sampai 12 September 2020 ©Njunchanie