"Aw!" Renjun meringis saat permukaan wajahnya bersentuhan dengan obat merah yang Jeno berikan. Meskipun luka tersebut sudah agak mengering, rasa sakitnya masih terasa saat bersentuhan dengan kapas yang diolesi obat merah.
Sial, Justin benar-benar keparat!
"Sshh... bentar lagi, tahan." Ngeliat Renjun meringis, Jeno jadi ikutan ngeringis. Dia tahu rasa luka yang diolesi obat merah atau alkohol pasti bakalan sakit. Beda pas berantem, mana kerasa tumjokan apalagi kalau sudah kepalang emosi.
"AKH! Jangan keras-keras!" Renjun berdesis, ini Jeno pengin ditempeleng kayaknya.
"Aduh, iya, iya, maaf, hehe," ketawa aja terus sampe gigi kering, Jen.
Setelah lima menit setelahnya, Jeno merapihkan kotak obat dan menaruhnya di atas nakas. Kapas yang telah dia gunakan dilempar asal ke arah tong sampah yang terletak di pojok ruang.
Namanya juga cowok, ya. Barbar banget sama kebersihan. Jeno salah satu contohnya.
"Sekarang jam berapa?"
Jeno meraih ponsel di atas nakas. Melihat angka yang tertera di sana. "Setengah dua."
Renjun melotot, dia gak salah denger, 'kan? Selama apa dia pingsan sampe udah selarut ini? Dan lagi, kok Jeno belum tidur?! Apa jangan-jangan karena kasurnya dia pake Jeno jadi gak bisa tidur, ya? Eh, tapi biasanya orang kaya punya kamar banyak, masa iya cuma gara-gara itu?
"Yaudah lo tidur aja lagi, gue mau lanjut mabar."
Oh, mabar... pantesan itu anak begadang.
"Eh, mau ke mana?" Renjun panik pas Jeno bangkit dari duduknya.
Jeno menoleh, menatap Renjun, "mau main di luar aja, takut ganggu tidur lo."
**
"Masa belum ketemu juga?!" Lucas mengacak surainya dengan gemas. Apa-apaan ini, masa iya sampai tengah malam-bahkan hampir pagi lagi-belum ada tanda-tanda keberadaan Renjun. Mereka sudah berupaya mencari sejauh ini, dan tetap tak membuahkan hasil?
Apa jangan-jangan Renjun diculik?
"Gila aja! Gak mungkin. Kalo pun dia diculik, dia pasti bakalan ada upaya melawan dan orang-orang bakalan nolongin dia, lha... Renjun bukan anak kecil, Dry."
Benar yang dikatakan Jinkwon. Sekali pun memang tidak dapat membebaskan diri dari para penculik, pastinya akan ada sanksi atau setidaknya rekaman CCTV...
Wait. Rekaman CCTV?
"KAMERA CCTV! Kita belum cek cctv sekolah!" Chenle berujar dramatis. Baejin yang tengah membaca buku geologi di sampingnya langsung terlonjak saat suara nyaring lelaki itu menggema di kamar milik Bangchan.
Gila, Chenle gak sadar apa, ya, kalau suaranya itu sangatlah polusi?!
"Lo bener!"
"Astaga... kenapa gak kepikiran, ya..."
"Ya, karena lo gak punya otak."
"LO JUGA GAK, BERARTI, YA! KAN LO GAK KEPIKIRAN JUGA!"
Mari abaikan Mark dan Hendery yang tengah berdebat. Kita fokuskan kepada Xiaojun yang tiba-tiba mendapatkan pesan dari Yangyang.
"Renjun sama Jeno. Gue juga kaget pas denger berita dari lo, dan syukurnya Jeno yang bawa dia balik," Xiaojun membaca kata demi kata yang diketik Yangyang untuknya.
Hah... mereka sudah kayak orang gila, dan ternyata orang yang dikhawatirkan ada sama orang yang mereka gak suka wujudnya?
Good job Renjun, lo berhasil buat tujuh cowok itu kalang kabut sampe enggak tidur padahal besok anak kelas 12 pada ada ujian.
"Kok bisa, sih?" Baejin bertanya curiga. Saat Xiaojun membacakan pesan dari Yangyang atensinya yang semula kepada buku beralih menyimak apa yang Xiaojun baca.
"Udah, udah. Mending sekarang kita tidur. Waktu tidur kita cuma 5 jam, jadi urusan Renjun besok aja kita lanjut. Setidaknya dia aman sama Jeno." Usul Bangchan.
"Emang bakalan menjamin Renjun aman sama si Jeno itu?" Chenle bertanya dengan tak suka.
Dia sangat kesal dengan Jeno dan kawan-kawannya!
"Lo tau 'kan gimana watak Jaemin sama Yangyang kalo sudah menyangkut orang yang disayang? Gue jamin mereka berdua udah mewanti-wanti agar Jeno gak macem-macem."
"Yaudah ayo buru tidur-tidur! Lo pada nginep di sini aja, tidur di kamar tamu sana, seenak lo pada aja kayak biasa."
Pada akhirnya mereka hanya dapat pasrah menunggu kabar pasti dari Renjun. Mengikuti ucapan Bangchan untuk segera menepati tempat tidur yang biasa mereka tempati sebelumnya. Berusaha menyelami lautan mimpi dengan banyak pikiran yang mengembara.
Baejin dengan tes ujian masuk universitas yang ingin dia tempuh, serta pikiran mengenai Renjun yang entah sejak kapan sudah dia anggap seperti saudara kandung-walaupun dirinya tidak sedekat Lucas dengan Renjun.
Hendery yang memikirkan nasib ujian besok karena belum sempat belajar, tetapi dia sih pede aja nilainya bakalan bagus. Secara Hendery anak pintar. Oh, jangan lupakan kekhawatirannya terhadap teman barunya, Renjun.
Mark dengan turnamen yang akan diadakan pekan nanti, berkecamuk dengan pikiran mengenai Renjun yang belum memberinya kabar. Dan yang lebih penting, hari ini dia belum melihat senyum manis anak itu.
Bangchan dan Xiaojun dengan ujian mereka serta kewajiban sebagai anak tunggal keluarga yang mengharuskan keduanya mendapatkan nilai sempurna agar dapat keterima di universitas terbaik di negeri ini. Dan tentang Renjun yang tak dapat dipungkiri sangat mereka khawatirkan.
Chenle dan Jinkwon yang merasa gagal menjaga Renjun, dan Lucas yang kecewa dengan dirinya sendiri karena telah gagal menjaga adik tersayangnya. Seseorang yang telah dia anggap sebagai adik kandungnya.
"Gue harap mereka bisa menepati janjinya, biar gue gak merasa bersalah sama lo, Njun."
*TO BE CONTINUED*
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera ☑️
AcakTidak ada yang lebih menyenangkan daripada mengganggu Nakamoto Renjun. 3 Agustus sampai 12 September 2020 ©Njunchanie