💐 One💐

2.1K 125 9
                                    

Hallo selamat datang dengan cerita baru dengan nuansa yang berbeda ya gaes..tidak kalah seru,baper, penuh haru biru dengan ceritaku yang lain ya gaes..

Seperti biasa, follow akun ku ya gaes. Kemudian tambahkan ke perpustakaan kalian yah. Dan jangan lupa VOTE ya gaes.

🌈🌈🌈

"BANYUWANGI ." Suara teriakan seorang perempuan menggelegar dalam rumah mungil sederhananya.

Seorang anak laki-laki terlonjak bangun saking kagetnya mendengar namanya dipanggil.

" Iya, Bun. Ini aku udah bangun, Bun." Balas anak laki-laki bernama Banyuwangi tersebut.

" Lima menit Bunda tunggu." Terdengar balasan dari luar kamar.

Oh shit

" Iya, Bun." Banyu melompat dari tempat tidurnya tanpa membereskan tempat tidur yang kusut. Tidak ada waktu buat berleha-leha. Banyu segera mengambil handuk di gantungan pintu kamar dan bergegas ngacir ke kamar mandi dekat dapur. Banyu melewati Sekar yang menggelengkan kepala melihat kebiasaan anak nakal nya tersebut.

Di rumah yang sederhana ini, Sekar tinggal dengan anak laki-lakinya yang sekarang sudah duduk di kelas tiga sekolah menengah atas. Sekar masih cantik dan segar di usia nya yang sekarang mau memasuki usia kepala empat. Di tengah pekerjaannya yang sibuk mencari nafkah, Sekar tetap mengunjungi salon sekali sebulan akibat paksaan dari anak kesayangannya.

Bunyi pintu kamar mandi terbuka, menampilkan sosok Banyu keluar dengan handuk yang melilit di pinggangnya. Banyu dengan cepat berlari ke kamarnya ketika melihat Sekar tampak akan mengomelinya lagi.

" Kamu nggak pake sabun ya mandi. Perasaan Bunda belum sampai deh tiga menit kamu di dalam." Omel Sekar sembari tangannya sibuk memindahkan makanan ke meja makan kecil yang hanya terdapat tiga buah kursi.

" Ada Bun, mandi nggak perlu lama-lama, yang penting bersih." Bela Banyu menyahut dari dalam kamarnya.

" Dasar anak itu, ada saja jawabannya. Heran." Dumel Sekar kepada dirinya sendiri.

Sedangkan dalam kamar Banyu sudah siap dengan seram SMA nya. Banyu menyugar rambutnya tanpa di sisir sama sekali. Banyu melihat pantulan dirinya di cermin yang tersedia dalam kamar.

" Uh perfect. Kalau udah dari sononya ganteng, nggak bersisir pun tetap ganteng." Puji Banyu untuk dirinya sendiri. Banyu menyambar tasnya dan berlalu ke luar.

"Pagi, Bundaku sayang." Sapa Banyu yang langsung memeluk Sekar dari belakang.

" Pagi." Ketus Sekar cemberut. Sedangkan tangannya tetap bekerja menuangkan air minum ke dalam gelas.

" Yah.., Bunda pagi-pagi kok udah ketus aja sih. Kurang-kurangin Bun, nanti cepat tua." Ujar Banyu duduk setelah menghadiahi Sekar ciuman di pipi.

Sekar berkacak pinggang dan melotot kepada Banyu yang cengengesan di kursi nya.

" Kamu itu selalu buat darah Bunda naik pagi-pagi gini. Selalu bunda teriakin, baru bangun."

" Bun..."

" YA TUHAN BANYU."  Banyu mengusap kupingnya akibat teriakan membahana Sekar. Padahal jarak mereka sangat dekat, tidak berjauhan.

" Apa sih Bun?" Jawab Banyu malas.

Sekar menghembuskan nafas nya dengan keras. Sekar langsung balik badan dan masuk kamar, kemudian keluar lagi dengan membawa sisir di tangannya. Banyu mendesah pasrah.

" Kamu itu anak Bunda yang paling ganteng, tapi urakan. Rambut nggak di sisir, baju keluar, dasi tidak di pasang. Kamu itu sekolah bukan ke pasar, sayang." Sekar menasehati Banyu dengan lembut. Tangannya sibuk menyisir rambut Banyu. Sedangkan, sang empunya asyik menyantap nasi goreng spesial terenak sejagat raya buatan sang Bunda.

" Nggak perlu sisiran pun, udah banyak yang naksir, Bun." Sekar menggeplak bahu Banyu kesal.

" Kamu itu kalau di nasehati sama orang tua tuh ya nurut. Ini kenapa ngejawab mulu sih. Kamu ini anak siapa sih, perasaan Bunda nggak kayak kamu."

" Anak Ayah dong." Jawaban spontan Banyu menghentikan gerakan Sekar. Tubuh Sekar kaku dan menegang. Tetapi, hanya seperkian detik, kemudian kembali tenang lagi.

" Pergi sana sama Ayah kamu. Nggak usah sama Bunda." Ketus Sekar.

" Iya nanti kalau udah ketemu."

" Banyuuuu." Pekik Sekar.

" Iya Bunda." Jawab Banyu kalem.

Sekar menghirup nafas nya menghadapi kelakuan sang anak.

" Kamu udah janji sama Bunda, kalau kamu nggak akan mene..."

" Iya iya.., aku janji Bun." Jawab Banyu cepat memotong perkataan Sekar.

Sekar tersenyum lirih dan mengusap lembut kepala sang anak.

" Bunda menyayangi kamu, nak. Bunda cuma punya kamu di dunia ini." Lirih Sekar.

" Ah.., Bun. Aku hampir telat. Aku langsung berangkat ya, Bun " Banyu dengan cepat menandaskan minumannya. Sekar menyambar bekal yang akan di bawa Banyu ke sekolah.

" Iya, Bekal nya jangan lupa di makan ya. Dihabisin."

" Aye-aye captain." Banyu menyalami tangan Sekar sebelum berangkat.

" Assalamu'alaikum, Bun."

" Wa'alaikumussalam. Hati-hati bawa motornya." Peringat Sekar. Banyu menganggukkan kepalanya.

Bunyi suara sepeda motor matic Banyu meninggalkan perkarangan rumah. Sekar tersenyum haru memandang punggung Banyu yang menghilang dari pandangannya.

" Uh.., tidak terasa waktu semakin cepat berjalan. Sekarang Banyu sudah besar. Apa kabar dengan dia??" Gumam Sekar melamun.

Sekar menggelengkan kepalanya tidak mau berlarut-larut dalam kesedihan. Jika Banyu tahu ia akan marah. Ya, Sekar tidak boleh sedih.

Sekar bersiap-siap untuk berjualan. Ya, Sekar membuka kedai nasi di depan rumahnya, tepatnya di halaman rumahnya yang luas di depan. Sekar sudah dua tahun ini berjualan. Dan alhamdulillah, usahanya berjalan dengan baik dan lancar. Kedai nasinya sudah mempunyai banyak pelanggan. Walaupun kedai nasi nya masuk ke gang-gang, tetapi banyak juga yang mencarinya. Mereka bilang masakan nya enak. Makanya kedai nasi Sekar selalu laris dan habis tidak bersisa. Walaupun sesekali ada juga sisanya. Tetapi sangat jarang.biasanya Sekar selalu di bantu oleh Banyu beserta teman-temannya pulang sekolah kalau tidak ada tugas dan exstrakurikuler di sekolah.

Sekar mondar-mandir mempersiapkan sambal-sambal yang akan di tata di kedai nasinya. Sekar tampak sibuk dengan kegiatan sehari - hari ini. Dari sinilah Sekar dan Banyu bisa menghidupi kebutuhan mereka sehari-hari. Sekar sangat bersyukur dengan keadaan yang mereka jalani saat ini.

🌈🌈🌈

05/08/20

Biasakan VOTE gaess...

Waiting You (EBOOK DI PLAYSTORE/Playbook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang