💐 Three 💐

751 101 16
                                    

🌈🌈🌈

"Assalamu'alaikum Bundaku Zeyenk." Teriak Bobi ketika sampai di kedai Nasi Sekar.

" Wa'alaikumussalam. Eh udah pulang  sekolah ya?" Tanya Sekar tersenyum. Banyu, Bagas, dan Bobi bergantian menyalami Sekar.

" Sudah, Bun." Jawab Banyu.

" Bundaaku.., Bobi mau makan dong Bun." Rengek Bobi yang mendapat jitakan kepala dari Banyu. Sedangkan Bagas menggelengkan kepala hafal dengan kebiasaan Bobi ini.

" Eh.., curut. Ini Bunda gue. Loe nggak bisa dibilangin yah!" Hardik Banyu memberikan pelototannya. Bobi malah cengengesan tidak takut.

Bobi semakin membuat Banyu naik pitam. " Lah Bundaku aja tidak protes.  Kok loe yang repot sih. Heran aku tuh." Bobi berakting di akhir kalimatnya.

Sekar tertawa melihat tingkah Bobi. " Sudah, sudah. Kalian ini selalu saja meributkan masalah hal yang sama tiap hari. Bunda nggak masalah kok kalau Bobi, Bagas, atau teman kalian yang lainnya manggil Bunda. Malah nih ya, Bunda senang banget karena itu artinya anak Bunda banyak. Nggak Banyu aja."

Banyu protes tidak terima perkataan Sekar. " Aku yang nggak setuju Bun. Anak Bunda itu ya cuma aku aja. Nggak ada yang lain. Kecuali kakak ya Bun"

Banyu terdiam dan mengatup bibirnya melihat tatapan sang Bunda. Banyu mengutuk dirinya yang kelepasan bicara. Sungguh dirinya sangat teledor. Tidak tahu situasi dan kondisi.

" Maksud loe, loe punya kakak Ban?" Tanya Bagas cepat yang diangguki Bobi.

Banyu gelagapan dan gugup. " Hm.., itu, ya punya dong. Kakak sepupu gua mah banyak. Loe aja yang kagak tahu." Jawab Banyu cepat. Bobi dan Bagas mengangguk percaya dengan perkataan Banyu.

Banyu melirik Sekar yang sibuk mengambil piring dan mengisi nasi serta lauk pauk buat dirinya dan teman-teman.

" Bun.." panggil Banyu lirih tepat di samping Sekar.

" Bunda nggak papa sayang. Kamu antarin nasi nya Bobi sama Bagas nih. Kalian makan siang dulu." Sekar memberikan piring yang sudah berisi kepada Banyu.

Banyu masih menatap Sekar dengan perasaan bersalahnya.

" It's oke sayang." Ucap Sekar menenangkan. Banyu mengangguk lemah. Kemudian menghampiri Bobi dan Bagas yang sibuk berdebat.

" Nih makanan kalian." Banyu meletakkan piring di atas meja dihadapan mereka berdua.

Bobi dan Bagas menatap makanan dengan wajah berbinar.

" Wah.., kelihatannya enak nih. Cacing gue udah berontak dari tadi." Ujar Bobi.

" Thanks Bro." Jawab Bagas tersenyum lebar.

" Sama-sama. Jangan lupa bayar nanti." Bobi dan Bagas menghentikan gerakan mereka yang akan menyuap nasi

" Ya elah.., Ban. Segitu nya loe. Pelit amat sih."

" Gue nggak pelit. Beras mahal sekarang. Lagian loe sering amat sih gratisan disini."

Banyu memang bicara tidak disaring dahulu. Memang kejam mulut Banyu ini.

" Awwwhh.." Banyu berteriak kesakitan saat Sekar memukul bahunya.

" Mulut kamu itu ya, kejam sekali sih nak." Desah Sekar.

" Kalian jangan dengerin Banyu. Makan aja. Yang penting nggak lupa bantuin Bunda habis ini."

Bagas dan Bobi dengan cepat mengangguk dengan wajah sumringah sambil mengangkat jempolnya. Banyu mendengus kesal.

" Beres Bun. Seperti biasa kan?" Tanya Bobi. Sekar mengangguk tersenyum.

" Kalau beresin kedai mah kecil Bun. Iya nggak Bob?" Timpal Bagas menyenggol bahu Bobi.

"O oh mantul."

" Sampe bersih loe pada." Tukas Banyu.

" Iyee iyee Bos. Galak amat sih." Balas Bobi cuek.

Sekar tersenyum melihat persahabatan Banyu dan teman-temannya. Mereka selalu berdebat hal yang tidak jelas. Bahkan terkadang ucapan Banyu nyelekit. Tetapi mereka tidak ambil pusing dan selalu setia kawan terhadap satu sama lainnya. Sekar sangat senang melihat perkembangan anaknya.

🌈🌈🌈

Galaxy menghampiri Ayahnya yang asyik memegang ponsel di ruang keluarga. Televisi hidup tanpa ada yang menontonnya. Mungkin untuk menemani sang Ayah yang sibuk dengan ponselnya.

" Ayah." Panggil Galaxy. Angkasa menengadah dan tersenyum melihat anak gadis nya yang sudah dewasa, walaupun terkadang tingkahnya seperti anak-anak. Bagi Angkasa, Galaxy merupakan penghilang rasa lelah dan pelipur laranya.

"Kenapa sayang?" Angkasa meletakkan ponselnya dan merentangkan tangan yang langsung disambut oleh Galaxy.

Ayah dan Anak tersebut berpelukan sambil menonton televisi. Angkasa membelai rambut anaknya dengan sayang.

" Ayah." Panggil Galaxy lirih.

"Hmm."

Galaxy menggambar pola abstrak di dada Ayahnya. Galaxy memberanikan dirinya untuk mengutarakan isi kepalanya.

" Axy kangen Bunda." Elusan tangan Angkasa berhenti. Angkasa terdiam mendengar pernyataan lirih sang anak.

" Kangen sekali Ayah." Bisik Galaxy parau.

Angkasa mendekap tubuh Galaxy dengan erat. Sesekali dicium nya puncak ubun-ubun sang anak.

" Ayah juga kangen Bunda sayang." Balas Angkasa tak kalah pilu. Galaxy menangis dalam pelukan Angkasa. Dadanya sesak karena menahan rindu sekian lama dan belasan tahun.

" Hiks.., dada Axy sakit Ayah. Axy mau Bunda. Hiks." Galaxy mencengkram kaus yang dikenakan Angkasa. Pertahanan Galaxy akhirnya runtuh juga. Angkasa tidak bisa berbuat apa-apa selain menenangkan istrinya. Sudah lima belas tahun Angkasa mencari istrinya tanpa henti dan lelah. Tetapi tidak ada hasil. Tiga tahun ini Angkasa menghentikan pencariannya karena sudah putus asa tidak menemukan keberadaan sang istri. Angkasa selalu berdoa supaya dipertemukan dengan istrinya secepatnya.

" jangan menangis sayang." Angkasa mencoba menenangkan Galaxy.

Galaxy melepaskan pelukan Angkasa dan menatap mata Ayahnya dengan berlinang air mata.

" Cari Bunda lagi Ayah. Cari Bunda lagi sampai dapat. Axy mohon Ayah " Angkasa menatap luka sang anak. Angkas menghapus air mata anak semata wayangnya dengan sayang.

" Iya, nanti kita cari Bunda ya. Ayah akan berusaha lagi mencari Bunda." Galaxy tersenyum dan kembali memeluk Angkasa masih dengan menangis.

" Axy berdoa supaya ketemu Bunda." Lirih Angkasa menguatkan sang anak sekaligus dirinya.

Galaxy mengangguk dalam pelukan Angkasa.

" Pasti dan selalu Ayah. Axy selalu berdoa agar bisa bertemu dan berkumpul lagi dengan Bunda." Jawab Galaxy diantara sesegukannya.

Ayah dan anak saling menguatkan satu sama lain akan kerinduan terhadap istri dan Ibu bagi anaknya. Sekian tahun tidak bertemu dan berkumpul bersama dalam sebuah ikatan keluarga.

Tidak terasa setengah jam berlalu mereka habiskan di ruang keluarga. Bunyi hembusan nafas teratur Galaxu terdengar pertanda anak gadisnya sudah melalang buana ke alam mimpi. Angkasa tersenyum bahagia melihat anak gadis nya yang sudah dewasa.

Angkasa mengangkat tubuh Galaxy dan membawa nya ke kamar sang anak. Angkasa meletakkan tubuh Galaxy dengan pelan kemudian menyelimuti tubuh putrinya. Angkasa mencium dahi Galaxy dengan sayang.

" Slept tigh kesayangan Ayah. Mimpi yang indah sayang." Gumam Angkasa lembut. Angkasa keluar dari kamar Galaxy berlalu ke kamarnya untuk mengistirahatkan badan serta pikirannya yang lelah.

06/08/20

Revisi 5/01/21

Waiting You (EBOOK DI PLAYSTORE/Playbook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang