💐 Nine 💐

656 103 7
                                    



"dari mana?" Suara Angkasa terdengar ketika melihat Galaxy yang sudah masuk rumah. Galaxy berhenti melangkah dan menatap Angkasa yang menatap tajam dirinya.

Galaxy meremas baju dengan gugup. Angkasa nampak seperti predator yang siap mencakar mangsanya. Gaya Angkasa benar-benar membuat suasana mencekam. Dengan tangan bersedekap di dada, Angkasa menatap anak gadisnya dengan sorot tajam.

" Uumm.., dari luar Ayah." Jawab Galaxy gugup. Angkasa menaikkan alisnya.

" Lebih spesifik!" Pinta Angkasa kemudian bersandar di kursi sofa.

Galaxy mendesah dan berusaha tenang. " Ban Axy kempes, ponsel nya juga kehabisan baterai. Jadi nggak bisa hubungi Ayah."

" kamu tahu kan sekarang sudah jam berapa?"

Galaxy mengangguk cepat. Angkasa menghela nafas.

" Anak gadis atau perempuan itu tidak baik keluar malam dan pulang terlambat apalagi sampai larut seperti ini. Ayah cemas kalau terjadi apa-apa sama kamu di luar sana. Sekarang itu kejahatan merajalela dimana-mana Axy. Kamu harusnya sadar." Angkasa memberikan nasehat.

" Tapi Axy sekarang udah dewasa Ayah."

" Iya Ayah tahu kamu sudah dewasa, Ayah paham. Tapi, kamu harus tahu batasan juga. Nggak selalu apa yang menurut kamu baik, baik juga bagi orang lain. Kamu bisa aja di jahati di luar sana, nak. Dunia ini kejam."

Galaxy menunduk mendengar perkataan Angkasa.

" Iya maaf Ayah. Galaxy nggak akan ulangi lagi." Galaxy memilih mengalah terhadap Angkasa, dari pada berbuntut panjng lebar dan kena omelan Angkasa.

" Siapa lelaki yang mengantar kamu barusan?"

" Namanya Banyu." Jawab Axy cepat.

" Kok Ayah nggak tahu kalau kamu punya teman Banyu." Angkasa kembali berpikir, mana tahu ada memori yang berkaitan dengan Banyu ini.

" Ayah memang nggak kenal. Axy baru kenal beberapa jam yang lalu."
Angkasa melotot mendengar jawaban Anaknya.

" Kamu kenal baru beberapa jam yang lalu, dan sudah berani mengantar kamu pulang. Axy kamu tidak bisa sembarangan seperti ini nak. Kalau dia berniat berbuat jahat bagaimana?"

Galaxy menatap Ayah nya dengan tajam dan marah. Entah kenapa Galaxy tidak suka dengan perkataan Angkasa yang berpikiran buruk tentang Banyu. Galaxy juga bingung apa yang terjadi kepada dirinya. Tidak pernah sekalipun Galaxy seperti ini.

" Banyu itu anak yang baik, Ayah. Bahkan, Banyu yang menolong Axy di jalan. Dia yang mau membantu Axy diantara sebanyak itu orang yang berlalu lalang di hadapan Axy. Bahkan Banyu juga yang menelpon orang bengkel untuk memperbaiki mobil Axy. Dan Ayah barusan juga lihat kalau Banyu juga yang bersedia mengantar Axy selamat dan tanpa cacat hingga sampai di rumah ini. Jadi, nggak adil rasanya jika Ayah mempunyai pikiran buruk terhadap Banyu " Galaxy menghirup nafas setelah mengutarakan pikirannya.

Angkasa mengangkat Alis melihat keberanian Galaxy membela seorang Banyu, yang bahkan baru di kenalnya beberapa jam yang lalu.

" ada apa? Kenapa kamu segitunya membela si Banyu-Banyu itu?" Cetus Angkasa.

Galaxy terdiam sebentar sebelum menjawab." Axy juga nggak tahu Ayah. Axy hanya nggak suka saja Ayah berkata dan berpikiran seperti itu terhadap Banyu."

Angkasa menatap Axy dengan lama, setelahnya mendesah lagi untuk kesekian kalinya.

" Yasudah, kamu istirahat sana. Yang penting jangan diulangi lagi."

" Oke Ayah." Galaxy berlalu dari hadapan Angkasa, menuju kamarnya untuk beristirahat.

Setelah melihat kepergian Galaxy, Angkasa terdiam dan melamun seorang diri di ruang keluarga yang cukup besar menampung banyak orang tersebut.

" Andaikan kamu disini sayang, pasti kamu akan berusaha menenangkan aku disaat sedang banyak pikiran seperti ini." Gumam Angkasa pelan.

Angkasa bangkit kemudian berlalu ke kamarnya memilih tidur, karena hari juga sudah larut malam dan berniat mengistirahatkan pikirannya akan Galaxy yang pulang larut malam ini.

🌈🌈🌈

Sekar sedang sibuk di dapur. Waktu masih menunjukkan pagi sekali. Tetapi, Sekar sudah bangun jam Empat subuh tadi untuk mempersiapkan masakan yang akan di jual nya.

Beginilah kehidupan Sekar setiap hari nya. Sekar memasukkan pakaian ke dalam mesin cuci. Setahun yang lalu Sekar memang berniat untuk beli mesin cuci jika mempunyai uang lebih. Alhamdulillah rezeki Sekar memang lagi ada, dan ia langsung berniat membeli mesin cuci.

Selagi menunggu cucian, Sekar mengaduk sambal yang dibuatnya. Gulai Ayam kuning. Sekar mengaduk-aduk masakannya biar matangnya merata. Sambil menunggu masakan matang dan cuciannya, Sekar mengulek cabe di cobekan. Semua nya sekali jalan. Sekar sudah terbiasa melakukan pekerjaan sekaligus dan serentak semuanya.

Tidak ada rasa canggung, Sekar memang menyukai hal-hal yang dikerjakannya seperti ini. Selesai semuanya, Sekar menuangkan masakan ke dalam hidangan dan menata dengan rapi. Biasanya, jika sudah selesai, Sekar akan dibantu oleh Banyu membawa ke kedai nasi di depan.

Selesai memasak sambal, Sekar memasak nasi dan air. Karena Sekar hanya punya dua tungku kompos gas saja. Jadi harus bergantian. Sembari menunggu, Sekar mengambil cucian dan menjemur di belakang rumah. Berlanjut dengan Sekar membersihkan rumah dan menyapu lantai. Semuanya dikerjakan oleh Sekar, dan terkadang dibantu oleh Banyu jika anak itu cepat bangun. Kalau Banyu terlambat bangun, maka Sekar harus mengerjakan nya sendirian.

Sekar kadang-kadang tidak tega membangunkan Banyu lebih awal. Kecuali, untuk sholat subuh. Banyu jika lelah dan dalam keadaan mood yang tidak bagus, ia akan tidur kembali. Tak jarang juga Banyu akan membantu Bunda nya.

Sekar iba melihat anak laki-lakinya yang harus hidup sederhana dengan dirinya. Sedangkan di tempat lain saudari dan ayahnya hidup bergelimang harta dan bermewah-mewahan. Sungguh perbedaan yang sangat jelas dan kentara sekali. Mau bagaimana lagi, Sekar terpaksa dan harus ikhlas menjalani kehidupan yang seperti ini. Lelah, sudah jelas dirasakan Sekar. Tetapi, kembali lagi demi kebahagian semua orang biarlah seperti ini. Setidaknya, begitulah pikiran Sekar selama ini.

14/08/20

VOTE DN COMMENTT YAHHH

Waiting You (EBOOK DI PLAYSTORE/Playbook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang