💐eleven💐

649 103 17
                                    

Flashback

🌈🌈🌈

Sekar berjalan memasuki rumah sakit dengan tergesa-gesa. Sekar baru saja habis jalan dan hangout bersama teman-temannya. Sebenarnya Sekar tidak ingin pergi keluar hari ini. Tetapi temannya Laura sedang mengalami masalah, dan teman-temannya yang lain sepakat untuk menghibur Laura.

Sekar sampai di ruang VVIP sebuah rumah sakit. Sekar membuka pintu kamar tempat anaknya di rawat karena kecelakaan. Sekar merasa jantungnya akan copot ketika mendengar berita jika anak nya menjadi korban dari tabrak lari di jalanan aspal depan rumahnya.

Sekar terengah-engah dan berusaha menghirup udara untuk mengisi paru-parunya. Wajahnya sudah tidak beraturan. Make up Sekar juga sudah luntur karena dibanjiri air mata sedari tadi. Tubuh Sekar bergetar ketika pandangan matanya tertumbuk kepada tubuh anaknya terbaring kaku di brankas rumah sakit. Sekar berjalan tertatih menuju ranjang Galaxy.

Sekar bahkan tidak peduli dengan tatapan tajam seorang laki-laki yang menatapnya ketika masuk ke dalam ruangan ini. Laki-laki itu merupakan suami Sekar, Angkasa. Angkasa tidak melepaskan tatapan nya sedetik pun dari wajah Sekar yang bersimbah air mata. Angkasa mengepal kan tangannya dengan erat berusaha menahan segala emosi yang menggumpal di dadanya.

Sekar mendekat kepada Galaxy. Sekar tergugu sambil mengambil tangan Galaxy dengan lemah dan menggenggamnya serta mengecup punggung tangan Galaxy.

" Sayang, ini Bunda, Nak." Ujar Sekar parau. Sekar mengusap kepala Galaxy yang di perban. Sekar mengecup kening Galaxy dengan sayang. Sekar menyesal karena telah meninggalkan Galaxy di rumah bersama pembantunya. Sekar merasa gagal menjadi seorang Ibu. Sekar tidak becus menjaga anaknya sendiri. Sekar benar-benar menyalahkan dirinya sendiri. Sekar menyesal karena telah memilih untuk pergi bersama teman di bandingkan menemani anaknya di rumah. Sekar merasakan sesak di dadanya. Sekar tergugu di samping Galaxy yang masih menutup mata belum sadarkan diri.

" Sekar."

Sekar tersentak ketika namanya di panggil. Sekar mengangkat wajahnya dan mengalihkan mata kepada Angkasa yang berdiri di depannya dengan wajah menahan amarah. Sekar benar-benar lupa dan tidak menyadari kehadiran Angkasa dalam ruangan ini.

" Mas." Balas Sekar lirih.

Sekar segera bangkit dan menubruk tubuh Angkasa dan memeluk tubuh sang suami dengan erat. Sekar menangis hebat di dada Angkasa. Sedangkan Angkasa berusaha menenangkan hati dan pikirannya antara memeluk dan menenangkan Sekar atau membiarkan Sekar menangis hebat. Angkasa mengepalkan tangannya kuat-kuat. Angkas tidak balas memeluk tubuh Sekar.

" Mas, maafin Sekar Mas. Sekar nggak becus jadi Ibu buat anak kita. Sekar gagal Mas. Maafkan Sekar Mas. Anak kita..,hikss..anak kitaa Mas, sekarang terbaring di sini, dan ini semua salah Sekar Mas." Sekar terisak hebat di dada Angkasa. Sekar dengan erat memegang baju Angkasa menumpahkan isi hatinya.

"Semua ini memang salah kamu." Jawab Angkasa lirih tetapi dengan nada suara yang menusuk, sehingga membuat tubuh Sekar tegang dan kaku. Sekar tidak menyangka jika reaksi suaminya seperti ini. Sekar berharap Angkasa menenangkan dirinya bukan berkata seperti ikut menyalahkannya disini, walaupun kenyataannya memang Sekar merasa bersalah disini karena lebih memilih temannya dibandingkan menjaga anak mereka di rumah.

Angkasa memegang bahu Sekar. Sekar terdiam menunggu apakah Angkasa balas akan memeluknya atau malah melepaskan.

Tidak di sangka ternyata Angkas lebih memilih untuk melepas pelukan mereka. Sekar menatap mata Angkasa yang memerah dan menatap tajam balik matanya. Sekar gugup dan takut. Kenapa reaksi suaminya sampai begini. Sekar tidak paham dan takut berpikir apa yang akan dikatakan suaminya.

Waiting You (EBOOK DI PLAYSTORE/Playbook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang