Wednesday Evening (1.0) : Somethings were annoyed

110 35 53
                                    

Bgm : Helplessly by Tatiana Manaois

please enjoy the chapter while play the video for the best experience~

1 Jam sebelumnya.

"Halo Seungmin?" Changbin mengangkat telepon dari pria berparas imut itu.

"Changbin, kamu ada waktu luang?"

Changbin menolehkan kepalanya sebentar ke belakang, menatap kekasihnya yang sedang mengaduk makanannya. "Memangnya kenapa?"

Ada helaan napas terdengar dari Seungmin. "Aku mau ngomong sesuatu, empat mata sama kamu. Kamu kayaknya sedang sibuk, kalo gitu lain waktu aja."

Changbin berkacak pinggang, sejenak tak merespon ucapan Seungmin. Dirinya berpikir apakah perlu mengambil kesempatan ini? Bagaimanapun dirinya ingin menyelesaikan sisa permainan rasanya dengan Amanda.

Tapi mengapa ini muncul di saat dirinya dan Naya yang tengah menikmati waktu berdua? Jujur saja Changbin berat hati meninggalkan Naya yang terlihat berjuang menebas tabir kelabu.

Changbin menggigit bibir bawahnya, kali ini ia tak boleh menunda-nunda sama seperti di masa lalunya. Prioritas hubungannya bisa di ujung tanduk bilamana Naya salah paham mengetahui hubungannya dengan Amanda, terlebih lagi dirinya tak mampu bercerita apapun mengenai masalah Amanda karena terikat janji dengan wanita itu.

"Ayo, gue samperin lu dimana?" Ucap Changbin menyelipkan keputusan finalnya.

"Nanti aku kirim alamatnya via chat, aku tutup dulu ya," Kata Seungmin yang dibalas deheman oleh Changbin.

Changbin berbalik berjalan menghampiri meja. Dilihatnya kekasihnya menundukkan kepalanya, yang membuat Changbin agak khawatir dan beranggapan bahwa kekasihnya itu kelelahan. Oh tolonglah, Changbin sekarang menyesali keputusannya untuk bertemu Seungmin. "Naya!"

Changbin menatap kekasihnya yang mendongak menatapnya, dengan tatapan lelah yang menjadi interpretasinya. "Aku ada urusan, kamu mau aku anterin pulang sekarang atau mau jalan-jalan lagi disini?" Changbin menduduki kursinya dan meraih sisa potongan pizza terakhir miliknya lalu melahapnya sekaligus.

"Kamu langsung pergi sekarang?" Naya menyandarkan tubuhnya pada kursi.

Changbin mengangguk, dirinya setia memandang kekasihnya yang tampak beku asik dengan isi kepalanya sendiri.

"Aku masih mau disini dulu, kamu duluan aja." Naya berucap sambil bergestur menaik-turunkan dagunya.

Changbin memahaminya, pasti tak cukup waktu 2 jam untuk melampiaskan kejenuhan dalam seharian dengan tekanan pekerjaan yang bisa jadi gila. "Ya udah, nanti kalo udah sampe rumah bilang ya. Ntar aku ka—"

"Ga usah," Naya memotong ucapannya, yang membuat Changbin agak terperangah degan ekspresi Naya yang amatlah datar tak berminat.

"Aku ada kok, ga usah sering pake uangmu lagian. Nanti akunya tergantung, ga bagus Bi. Aku bukan istri kamu soalnya." Katanya lagi diiringi anggukkan kepala meyakinkan.

Kepala Changbin bereaksi keheranan, apakah afeksinya dianggap demikian selama ini oleh Naya? Maksud Changbin hanyalah sebagai bentuk tanggung jawabnya sebagai pria yang meninggalkan kewajibannya mengantar pulang-pergi wanitanya ketika ada kegiatan bersamanya. "Kamu ga usah sungkan, ini bentuk tanggung jawab aku yang ajakin kamu ke sini. Dan karena aku ga anterin pulang, makanya aku kasih kamu ongkos buat taksi."

7 Days with ChangbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang