Saturday Evening (0.5) : Dead end

58 11 41
                                    

Bgm : Banda Neira - Sampai jadi debu

Disarankan membaca cerita sambil memutar bgm, agar feel baca lebih kuat.

note di akhir cerita tolong di baca ya nanti ^^

Seluruh peserta rapat keluar ketika jam menunjukan angka empat tepat, wajah-wajah kuyu nan lusuh ialah gambaran yang ditunjukan oleh mereka ketika rehat sejenak di meja panjang dekat pantri.

"Gila sih, diskon harga diganti jadi diskon tambahan bobot barang. Capek-capek gue mikir sama Bang Jay." Rose mengetuk-ketuk telunjuknya rusuh pada permukaan meja.

"Masih jadi idaman ga tuh Pak Jinyoung, Rose?" Niki memangku dagu pada tangan mencoba memunculkan suasana cair sehabis satu divisinya itu menghadapi masa penghakiman tugas.

Dan perlu diketahui, atasan mereka Park Jinyoung melakukan revisi total yang bisa dibilang pembatalan rencana proyek diskon, tentu saja ini pukulan telak sekaligus permulaan sesal terutama diri seorang Rose yang paling banyak bergumul beberapa hari ini bersama Jay untuk merampungkan kajian rapat hari ini.

Secara logis, itulah reaksi Rose. Kenyataannya?

Rose yang semula menekuk ekspresi, kini sigap melenyap tergantikan anggukan tegas kepalanya. "Iya dong, masih banget! Walau emang gak puas sama keputusannya."

Niki tergelak tawa puas, hingga membuat otot perutnya menegang dan timbul nyeri mengiringi gelombang jenakanya itu. Dan yang pasti momen ini menyatakan bahwasanya Park Jinyoung masih jadi husband material impian seorang Rose!

Setelah terjadilah macam pembicaraan aneka topik, yang pastinya diawali oleh Niki berseloroh tetapi sayangnya momen ini tak begitu menjadi perhatian penuh seorang Naya, yang separuh hanyut oleh pikiran sembari meminum teh celup hangat di gelas keramik warna putih dalam genggamannya.

Benaknya masih tertinggal pada kejadian saat baskara yang meninggi tepat di atas kepala manusia, lebih detailnya terkait pertengkaran berujung putusnya hubungan antara ia dan Changbin.

Rasa kecewanya masih punya menyelimuti meskipun ia berdalih telah merelakan yang terjadi.

Namun ada penilaian diri sesaat yang hadir tanpa sengaja saat ia memaku pandang pada cairan bening kecokelatan itu. Naya merasa dirinya terlalu menekan dan berprasangka buruk pada Changbin, terlebih sikapnya menyiratkan ketidakpuasan terselubung mengenai keterbukaan 'mantan' kekasihnya itu.

Lucu sekali, jelas-jelas dirinya pun tak begitu terbuka dengan lelaki Seo itu. Mengapa pula menuntut hal yang tak mampu dilakukan olehnya juga?

Memang semestinya ini berakhir, keputusan yang dinilai tepat bagi logikanya. Walaupun perasaannya masih ada sisi yang merajuk meminta kasih untuk kembali terjalin dengan Changbin. Namun Naya pasrah saja, biarlah Sang Pencipta menunjukkan rencana sesungguhnya yang sudah terlanjur ia koyak.

Toh bila ditakdirkan, jalan pelik macam apapun mereka bisa bersatu kembali kan?

Hal terpenting sekarang adalah evaluasi diri, sebisa mungkin Naya ingin bertekad bulat supaya berubah lebih baik, dan tentunya ada sesuatu paling dekat untuk diselesaikan yakni ... deadline kerja!

Jadi, bolehkah Naya melupakan segala pelik yang bertaut padanya selang waktu berlalu?

Menurut Naya, patutnya diizinkan untuk demikian.

7 Days with ChangbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang