Masalah

690 101 6
                                    

"Mau kemana nih Yang?" tanya Abel pada Irina yang tengah sibuk mengutak-atik ponselnya.

Sepulang dari rumah Ilana, Abel dan Irina memutuskan untuk berkeliling kota, sambil melihat-lihat keramaian yang ada.

Sudah seperti lagu anak-anak saja.

"Jajan yuk Yang. Pengen makan jagung bakar deh." ujar Irina setelah memasukkan ponsel ke dalam tas kecilnya.

Abel dengan senang hati menuruti apapun yang diinginkan oleh Irina. Maklum saja bibit-bibit bucin Abel sudah mendarah daging dan mengakar kuat dalam tubuhnya sejak lama.

Abel dan Irina tengah asik mengobrol sembari menunggu jagung bakar pesanan mereka siap, saat tiba-tiba seseorang yang tidak Irina kenal menyebut nama Abel dengan senyum merekah cantik di wajahnya.

"Abel? Kamu Abel kan?" ucap gadis itu yang membuat alis Irina mengerut heran.

Abel nampak terkejut ketika melihat siapa yang menegurnya. Sempat terdiam dan salah tingkah sebelum ia berhasil menguasai dirinya dan tersenyum menyambut sapaan si gadis.

"Oh, hai. Jissa. Apa kabar?" sahut Abel salah tingkah.

"Baik. Kamu sendiri gimana?" jawab gadis yang bernama Jissa itu. Tiba-tiba Jissa sudah duduk tepat di samping Abel dan membuat jarak mereka sedikit menempel.

"Aku- baik."

What?! Aku?!

Apa Irina tidak salah dengar? Abel pakai aku-kamu ke orang lain selain dirinya?

Jangan tanyakan bagaimana reaksi Irina yang melihatnya. Tentu saja wajah masam sudah tercetak jelas di wajahnya.

Abel berusaha membuat jarak dengan Jissa agar tidak membuat salah paham diantara dirinya dan Irina.

Hmmm... Mana sempat, keburu telat...

Irina sudah keburu bangkit dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan Abel yang tengah menatapnya bersalah.

***

Galen menghela nafas keras, menunjukkan dengan jelas bahwa ia merasa kesal karena diacuhkan oleh Ilana dan Alvaro yang sejak tadi tengah mengobrol asik tanpa menghiraukan keberadaan dirinya di sana.
Galen jadi merasa bahwa ia lah yang menjadi pengganggu, bukan Alvaro.

"Ekhm." Galen berdehem sedikit keras, membuat kedua orang tersebut terdistraksi.

"Kenapa, Len?" tanya Ilana. Galen menatap Ilana dengan pandangan datar. Tak habis pikir.

Sejak tadi gua dianggurin, dan dia cuma nanya kenapa??

"La, udah jam 10 ini." ucap Galen sambil mengetuk pelan arloji yang ia pakai.

"Eh, udah jam 10? Astaga nggak berasa banget ya kita udah ngobrol banyak Ilana." Galen mendecih mendengar ucapan Alvaro.

Basi lo! Sungut Galen dalam hati.

"Kalo gitu harusnya tau dong, ini udah waktunya pulang." ucap Galen dingin.

"Hahahaa... Iya ini juga gua mau pamit kok. Lo juga harusnya pulang dong ya kalo gitu?" Alvaro tersenyum sinis pada Galen. Galen mendengus dan mengalihkan pandangannya.

"Ilana, aku pamit pulang ya." Ilana mengangguk mengiyakan.

"Oh iya, Ilana." panggil Alvaro lagi, dan melirik Galen sebelum melanjutkan, "aku masih nunggu jawaban dari kamu tentang pernyataan ku waktu lalu." Galen sontak menegang, tak percaya dengan apa yang ia dengar.

Ilana hanya terdiam ditempatnya tanpa menjawab ucapan Alvaro hingga sampai Alvaro pergi dari rumahnya Ilana tetap menutup mulutnya. Tak berani menatap wajah Galen yang terus menatap Ilana menuntut penjelasan.

Barudak Tampan Squad ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang