Now Playing : Marry You - Bruno Mars
Happy reading!
***
"Makasih, Bang."
Setelah membeli es krim, aku dan Van langsung duduk di tempat yang sudah disediakan. Acara makan harum manis sudah ditutup sejak beberapa menit yang lalu. Dan sekarang, waktunya kami menyantap es krim.
"Oh iya, Van, kamu rencananya mau daftar ulang hari pertama apa hari kedua?"
Kami memang belum mulai masuk sekolah, masih ada daftar ulang, tes akademik, tes IQ, dan yang lainnya.
"Rencananya hari pertama, sih, Kee. Lebih cepat lebih baik, kan?"
Aku mengangguk-angguk. "Kamu mau daftar ulang jam berapa?"
"Mungkin jam sembilan."
Aku mengangguk-angguk lagi. "Kok kamu nggak nanya balik, sih, Van?"
Van tertawa. "Emang harus, ya, Kee?"
Aku mengangkat bahu. "Yaa, enggak, sih. Biar ada topik aja."
"Aku nggak perlu nanyain gitu ke kamu, Kee."
"Kok gitu? Kamu nggak mau bareng aku?"
Van tersenyum geli. "Aku kan udah tau tanpa harus kamu kasih tau."
Aku mencibir. "Sok tau." Tapi sebenarnya dalam hati aku senang. Van memang selalu tahu tanpa perlu kuberi tahu.
"Kamu bakal dateng hari pertama, jam sembilan. Ya, kan?"
Aku tersenyum. "Kok tau?"
"Kamu tadi kan udah nanya duluan ke aku. Setelah aku kasih tau aku mau dateng jam berapa, kamu juga bakal dateng jam segitu."
"Jadi maksudnya, kamu mikirnya aku mau nyamain kamu? Mau ngebarengin kamu? Gitu?"
Van mengangguk. "Emang gitu, kan?"
Aku tertawa. Iya, itu memang benar.
"Es krim aku udah abis, Kee."
Aku menatapnya lalu mengernyit. "Hah? Terus aku harus apa?"
"Bagi punyamu coba."
Aku melotot. "Enak aja." Setelah itu aku langsung melahap habis es krimku.
Van mencibir. "Ya udah, kalo gitu jajanin lagi aja, deh."
"Dih." Aku tertawa. "Ngelunjak."
Van tersenyum. "Ya udah, ayo pulang."
Bibirku mengerucut. "Cepet amat pulangnya."
"Kee." Van menatapku serius. "Kita udah jalan seharian, lho."
Akhirnya aku mengalah. "Ya udah, deh. Yuk."
Kemudian, Van mengantarku pulang sampai ke depan rumahku.
"Mau masuk dulu nggak, Van?" tanyaku ketika aku sudah sampai di rumahku.
"Nggak usah, Kee. Mataharinya udah mau tenggelam." Ia tersenyum.
Jujur saja, dari 3 tahun lalu sampai sekarang, hatiku selalu hangat ketika melihat senyumnya itu.
"Aku titip salam aja buat Mama Papa kamu. Maaf ya, nggak bisa mampir."
"Nggak apa-apa." Aku tersenyum lebar. "Ya udah, kamu hati-hati ya."
Van mengangguk. Kemudian ia melajukan motornya setelah tersenyum padaku.
Mataku terus menatap punggung Van hingga hilang ditelan jalan. Setelah bagian tubuhnya benar-benar sudah nggak kelihatan, aku menarik napasku. Kemudian aku memasuki rumahku dengan senyum yang masih bertengger di wajahku.
![](https://img.wattpad.com/cover/229246471-288-k159037.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Axiomatic (Telah Terbit)
Teen FictionNada Akeela Kirana, perempuan yang manis, namun sulit untuk membuat keputusan. Ia bersahabat dengan Malik Van Leonard, cowok cool yang kakek buyutnya orang Belanda, dari SMP kelas satu. Lalu ia bertemu dengan Mirza Mahendra, cowok paling menyebalkan...