10 - KPHPLS (Day 1)

88 56 8
                                    

Happy reading!

***

Hari ini tanggal 20 Juli, hari pertama KPHPLSPDB (Kegiatan Perkemahan Hasil Pengenalan Lingkungan Sekolah Peserta Didik Baru). Seluruh peserta diperintahkan untuk berkumpul di sekolah pukul 6 pagi. Setelah berbagai pengarahan dari Kakak Kelas sebagai Panitia dan guru-guru, pukul 7 pagi akhirnya kami semua diperintahkan untuk menuju ke kendaraan yang akan membawa kami ke Bogor dengan tertib.

Aku berjalan berbaris dengan anggota gugusku sambil menenteng tas gunungku yang beratnya juga seperti gunung. Belum lagi tangan kananku yang memegangi gulungan tikar. Huft. Rasanya menyebalkan sekali. Yang kubawa begitu banyak. Apalagi badanku kecil begini, jadi terpontang-panting. Berat sekali.

“Lo kok kasian banget, sih?” Suara di sebelahku langsung membuatku menoleh.

“Kalo kasian bantuin dong, jangan ngomong doang,” omelku. Rasanya benar-benar kesal. Kenapa, sih, teman gugusku yang badannya besar-besar itu nggak ada yang mau membawa tiker gugus?

Laki-laki itu menepuk-nepuk kepalaku. “Sini, gue bantuin. Kalo butuh bantuan gue, bilang aja. Jangan diem mulu.” Kemudian ia mengambil gulungan tikar yang tadinya kurangkul.

Aku tersenyum lebar. “Makasih banyak!”

Mirza tersenyum. “Sama-sama.” Kemudian, ia mulai melangkah, berjalan mendahuluiku.

Aku pun mulai melangkah lagi. Walaupun tas gunungku ini masih membuat bahuku pegal, seenggaknya bebanku lebih ringan karena dibantu membawa tikar oleh Mirza.

Akhirnya, kami sampai juga di depan kendaraan yang dimaksud kakak-kakak panitia MPLSPDB. Aku langsung melongo. Kukira, kami semua akan naik bus. Tapi ternyata kendaraan yang akan kami naiki itu sejenis truk TNI. Ah, ya ampun. Truk itu hanya punya dua kursi panjang yang berhadapan. Di sebelah kanan dan kiri mobil.

Kak Bayu memerintahkan kami untuk melepas tas gunung kami. Selanjutnya, ia memberi instruksi agar anak lelaki menaiki truk itu lebih dahulu. Kemudian dengan bekerja sama, kami semua mengangkut tas gunung yang beratnya segunung itu ke dalam truk TNI hingga bentuknya juga jadi menggunung, tinggi sekali.

Kami, para anak perempuan yang kesusahan dibantu oleh anak laki-laki untuk menaiki truk TNI itu dengan mengulurkan tangannya. Namun aku menolak untuk dibantu, karena aku pasti jadi malu nanti kalau tanganku dipegang-pegang. Jadinya aku berusaha cukup keras sampai akhirnya bisa menaiki truk TNI itu. Setelah berhasil, aku langsung duduk di kursi bagian kanan, kemudian menetralkan napasku yang sedikit terengah-engah. Ah, begini saja aku lelah.

Setelah kami semua memasuki truk TNI, truk pun dijalankan. Aku menatap kasihan kepada para laki-laki yang diperintahkan untuk duduk lesehan di bawah, sementara para perempuan duduk di kursi.

Di perjalanan, kejadian-kejadian yang sebenarnya sudah kuduga pun terjadi. Banyak sekali anak yang muntah saat itu. Bahkan, teman yang duduk di sebelahku itu pingsan karena asmanya tiba-tiba kambuh. Untung saja ada anak PMR yang ditugaskan di truk kami, sehingga ia langsung memberikan pertolongan kepada temanku itu. Setelah sadar, temanku itu diberi roti oleh Kak Billa. Dan dengan tatapan memelasnya, ia memintaku untuk menyuapinya. Oh, ya ampun. Untung saja aku punya cita-cita untuk punya banyak teman dan disayangi semua orang, jadi aku menyuapinya.

Pukul 10 siang, kami semua sudah sampai, kemudian kami dikumpulkan di lapangan besar yang masih hijau dan asri, seperti biasa, untuk diberikan berbagai macam pengarahan. Aku menyeka keringatku. Udaranya seakan tak bersahabat, panas sekali.

Setelah diberi pengarahan, kami dibagikan kelompok per sangga. Aku masih tetap bersama teman gugusku, hanya saja kami para perempuan yang biasanya ber-24 kini jadi ber-12. Kemudian, kami dipersilahkan untuk menuju vila masing-masing.

Axiomatic (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang