Now playing : Sahabat Jadi Cinta – Mike Mohede
Happy reading!
***
Hari Rabu, suasana kelasku sudah nggak secanggung kemarin, kelasku sudah mulai ribut. Temanku juga semakin bertambah. Kemarin temanku hanya Kinan, si cantik yang belum pernah pacaran, dan Aurel serta Hera yang sama-sama tinggi, sama-sama pecinta kpop, dan sama-sama frontal kalau bicara. Sekarang ditambah dengan Lea, si tomboy yang rese; Naya, si babyface yang aneh namun punya suara emas; dan Reyna, si bawel yang selalu ceria. Bahkan, kami sudah membuat grup di WhatsApp.
Aku lebih banyak diam saat mengobrol dengan mereka. Yah, habisnya mereka bicara terus, sampai-sampai aku nggak dapat jatah bicara. Bukan hanya aku, sih, tapi Naya juga.
Istirahat hari ini, aku dan Kinan nggak berkumpul dengan gugus kami lagi. Aku dan Kinan berkumpul di kantin dengan lima teman baru kami, mencoba mempererat ikatan pertemanan.
Setelah bel masuk, kelas berlangsung seperti biasa. Pelajaran kali ini adalah Ekonomi. Dan kami semua diperintahkan untuk membuat kelompok beranggotakan delapan orang. Aku bersama teman-temanku yang enam orang itu sudah membentuk kelompok bersama. Hanya saja kelompok kami masih tujuh orang, kurang satu orang lagi.
“Nada!”
Aku menoleh. Itu temanku, Amanda namanya.
Aku menghampirinya, kemudian bertanya kepadanya, “Kenapa, Man?”
“Gue boleh gabung ke kelompok lo nggak? Soalnya gue belum dapet kelompok.”
Aku terdiam sejenak. “Sebentar, ya, gue tanyain ke temen-temen gue dulu.”
Setelah Amanda mengangguk, aku kembali ke tempat dudukku.
“Kenapa, Nad?” Kinan adalah orang pertama kali yang bertanya padaku.
“Amanda ngajakin sekelompok. Gimana?”
“Jangan,” jawab Lea.
“Kenapa?” tanyaku bingung. Yah, menurutku Amanda lumayan bisa diandalkan kok.
“Dia, tuh, anaknya ambisius banget, Nad.” Kini Kinan yang menjawab. “Palingan dia mau masuk ke kelompok kita gara-gara mau manfaatin lo doang.”
Aku terbelalak, terkejut bukan main ketika mendengar ucapan Kinan. “Kok lo ngomong gitu? Lo tau dari mana?”
“Keliatan kali, Nad. Kemaren pas lo abis jawab pertanyaan MTK, dia, kan, jadi sering ke meja kita buat nanya-nanyain pelajaran. Dia pasti tau, tuh, kalo lo pinter. Makanya maunya sekelompok sama elo.”
Penjelasan Kinan membuatku tertegun. Aku jadi teringat peristiwa beberapa tahun yang lalu. Ah, sedih rasanya.
“Bener, tuh, omongannya Kinan,” Lea menanggapi.
"Terus gimana?" tanyaku.
“Ajak Shafa aja, temen sebangkunya Reyna,” usul Lea. “Terus nanti lo bilang ke Amanda kalo kelompok lo udah full.”
“Gue yang bilang?”
“Ya iyalah, Nad. Kan lo yang ditanyain tadi.”
Huft, yang menolak Amanda dari kelompok, kan, bukan aku. Tapi yang disuruh bicara ke Amanda malah aku. Bagaimana kalau nanti pertemananku dengan Amanda jadi rusak cuma gara-gara penolakan kelompok?
Aku menghela napas. Ya sudahlah, nggak apa-apa. Ini namanya nasib. Akhirnya aku kembali menghampiri kursi Amanda.
“Man, maaf ya. Kelompok gue udah pas delapan. Maaf banget ya.”
![](https://img.wattpad.com/cover/229246471-288-k159037.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Axiomatic (Telah Terbit)
Ficção AdolescenteNada Akeela Kirana, perempuan yang manis, namun sulit untuk membuat keputusan. Ia bersahabat dengan Malik Van Leonard, cowok cool yang kakek buyutnya orang Belanda, dari SMP kelas satu. Lalu ia bertemu dengan Mirza Mahendra, cowok paling menyebalkan...