Aku benar-benar takut gelap sejak aku kecil. Dan sekarang, aku khawatir dia akan meninggalkanku dalam gelap, sendirian.
"Rachel..." Aku kembali memanggil Rachel dan berusaha bangkit dari posisiku.
"Don't move. Aku tidak akan pergi. Stay over there, baby." Aku mendengar suara Rachel yang berat dan tegas.
Apa katanya? Baby ? Apa aku tidak salah dengar? Apa maksudnya itu?
Clak!
Rachel menyalakan api dari korek gas berwarna perak yang kini dipegangnya. Sebuah lilin berukuran sedang sudah berdiri di atas nakas yang berada di samping ranjang Rachel yang sekarang sedang aku gunakan untuk tidur. Uhm, tidur ? I mean, the place where I lost my vir... ah leave that.
Rachel diam sejenak setelah menyalakan lilin untuk menerangi kamar. Dia menoleh, memandangku yang masih setengah terduduk memegang selimut.
"Kau takut gelap?" ujarnya sambil mengubah posisinya, duduk di sampingku dengan posisi yang mirip denganku.
"Sejak aku masih sangat kecil." jawabku dengan datar.
Tiba-tiba Rachel tertawa dan memandangku.
Aku menatapnya dengan heran. Apanya yang lucu? Apakah phobia merupakan sesuatu yang pantas untuk ditertawakan?
"Kau ingat sesuatu?" Rachel bertanya dengan santai.
Aku menatapnya dengan aneh.
"Pertama sekali kita bertemu, di ruangan ini. Aku memberikanmu ranjang ini, but you reject it. Even you replaced it." ujar Rachel dengan tenang sambil melirik ranjangku yang kini kosong. Dalam keremangan cahaya lilin aku dapat melihat senyumnya.
Seketika aku teringat hal yang membuatku bergidik. Sex toys milik Rachel berwarna hitam yang kala itu dia pindahkan dari nakas. Aku masih mengingatnya dengan jelas. Seketika pula aku bersyukur karena Rachel tidak menggunakannya padaku. Apa yang akan terjadi jika sampai benda-benda itu harus menyentuhku. Aku tidak sanggup membayangkannya. Sungguh! Rachel benar-benar gila!
"Yeah, and you already know about me at that time." jawabku kemudian setelah kami terdiam beberapa saat.
Rachel memandangku. Dia terdiam. Entah apa yang ada di pikirannya saat ini.
"Julia. Can we have some serious talk?" ujar Rachel tiba-tiba dengan suara beratnya.
Aku memandangnya heran, apa maksudnya itu?
"Of course. Bahkan kita sudah melakukan hal yang lebih serius dari itu." jawabku dengan spontan. Astaga! Apa yang aku pikirkan!
Rachel tersenyum dan menyentuh daguku.
"Aku tidak menyangka kau senakal ini." jawabnya dengan tersenyum. Aku rasa dia sedang menggodaku.
Aku membalas senyumannya. Sepertinya bahkan rasa maluku sudah direnggut oleh Rachel.
"Julia, I wanna know something. Is virginity that important for you?" tanyanya kemudian dengan serius.
Aku tersentak. Sepertinya dia mengerti akan kegelisahanku. Aku menghela napas, menundukkan pandanganku.
"If I tell you about it, what will you do then?" sekarang aku justru khawatir akan responnya jika aku menceritakan semuanya.
"Nope. Just tell me everything. Aku menginginkanmu lebih dari itu." ujrnya lagi dengan ekspresi yang tidak berubah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet Lotus
Romance°°° ••• COMPLETED ••• °°° "Your daughter belongs with me, Sir." ======================================= Apa jadinya jika seorang gadis straight jatuh hati dan menjadi seorang lesbian karena sikap manis, nakal, dan misterius teman sekamarnya yang ter...