Rachel terus mengeluarkan barang-barangnya dari dalam laci nakas.
ASTAGA!
Aku rasa aku dalam situasi yang benar-benar baru sekarang, sesuatu yang lebih dari lirikan genit beberapa cewek di koridor tadi sore ketika aku lewat untuk mengecek kamar.
Ketika Rachel menarik laci kecil itu, aku melihat benda-benda asing yang baru kali ini aku lihat secara langsung. Yah, memang aku mengenal benda-benda itu, tapi aku tidak menyangka bahwa teman sekamarku akan memiliki benda-benda erotis ini.
"W-what's...that?" tanyaku spontan, seolah pikiranku berjalan sendiri tanpa peduli kendaliku.
Rachel menoleh dan tersenyum tipis.
"Are you really don't know these things?" tanyanya sambil terus mengeluarkan benda-benda serupa dari dalam laci nakas.
Aku hanya menggeleng dan tidak menjawab apapun, mataku terus terpaku pada benda-benda aneh yang semuanya berwarna hitam mengkilat itu. Tentu saja aku tahu benda-benda itu, tapi aku hanya ingin memastikan dan menanyakan hal yang sudah jelas jawabannya. Dan entah untuk apa aku melakukannya.
Aku melihat dua buah dildo dengan strap-on, bola kecil berukuran 2-3 kali lipat dari kelereng dengan tali, yang belakangan aku tahu namanya adalah ball gag, serta sepasang jiggle balls. Satu hal yang membuatku sedikit takut adalah semuanya berwarna hitam mengkilat. Bagiku lebih mirip alat penyiksaan yang mengerikan.
"Date stuffs, of course." jawabnya santai seraya berdiri dan menyibakkan sedikit rambut depannya yang sudah mulai kering.
Astaga! Dia keren sekali! Oh tidak, kenapa aku memujinya lagi?!
"What stuffs?!" ujarku spontan dan bengong menatap wajahnya, seolah aku tidak mendengar jawabannya.
"A date." jawabnya dengan santai, tiba-tiba saja dia berusaha menyentuh wajahku.
"What's wrong with your expressions?"
Aku sedikit memalingkan wajahku. Menghindari sentuhannya yang aku rasa dapat membahayakanku.
"Kamu juga bisa menggunakannya kapanpun kamu mau. Aku tidak keberatan." ujarnya lagi serius dengan ekspresi wajah innocent. Aku terbelalak memandangnya. "Aku?! Menggunakan benda-benda itu?! Yang benar saja!" Umpatku dalam hati.
"Kenapa kau melihatku dengan wajah seperti itu? Take it easy, girl. It's sterile." jawabnya lagi. Mungkin dia mengira bahwa aku berpikir 'mainan'-nya itu tidak bersih. Tapi sesungguhnya aku hanya kaget kenapa dia bisa frontal mengatakan hal itu. Apakah penampilanku seperti seseorang yang akan menggunakan 'mainan nakal' itu? Entahlah! Aku rasa aku akan gila. Bukan, gadis tampan gila ini yang membuatku menjadi tidak waras. Oh, tunggu! Kenapa aku tidak menyadari penampilannya, kenapa pula aku melupakan isi dari box yang kulihat tadi. Kenapa aku tidak bisa menghubungkan semua hal ini dan menyadari lebih awal bahwa aku mendapatkan teman sekamar seorang, uhm, seorang lesbian?!
"Uhm, Rachel, aku harus keluar untuk mencari makanan. Aku belum makan malam ." ujarku kemudian seraya meletakkan handbag-ku ke atas tempat tidur dan bersiap keluar. Aku benar-benar tidak bisa berpikir dengan tenang sekarang. Jantungku berdegup kencang yang aku sendiri tidak tahu kenapa. Yang jelas, ada satu hal yang dapat dengan pasti aku rasakan, aku ketakutan!
"Oh! Wait! We can go out together." jawabnya cepat.
"What?! Uh, I'm really sorry, Rachel. Aku sudah janji dengan temanku. Dia sedang menungguku. Kita pergi bersama lain waktu saja." jawabku spontan. Tentu saja aku tidak ingin dikira sebagai seorang 'femme' dengan kekasih perempuan yang tampan.
Tunggu! Apa aku mengatakan femme sekarang? Apa yang sedang aku pikirkan?! Gila!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet Lotus
Romance°°° ••• COMPLETED ••• °°° "Your daughter belongs with me, Sir." ======================================= Apa jadinya jika seorang gadis straight jatuh hati dan menjadi seorang lesbian karena sikap manis, nakal, dan misterius teman sekamarnya yang ter...