"Maaf kalau Julia lancang, Ma... Tapi, bukannya Mama sedih melihat Julia seperti ini karena Mama juga teringat sama tante Eva? Kenapa Mama nggak jujur sama Julia? Mama juga nggak kasih Julia kesempatan untuk kasih tahu alasan kenapa Julia memilih Rachel." Ujarku kemudian tepat di belakang Mama berdiri. Dan Mama? Mama masih belum mau menoleh.
Hening.
.
.
"Maaf, Ma... Julia cuma berusaha untuk jujur. Julia nggak pernah merasa begini sebelumnya. Rachel bisa ngertiin Julia, dia bisa bikin Julia nyaman. Tapi, kalau Mama dan Papa nggak merestui, Julia akan turuti. Karena orang tua adalah yang paling utama di hidup Julia.." sambungku berusaha untuk menguatkan diri.
Jauh di dalam dadaku, ada sesuatu yang mendesak ingin keluar, namun tertahan di tenggorokanku.
"Satu hal lagi, Ma... Julia nggak mau menikah dengan lelaki mana pun. Julia akan tetap seperti ini. Julia nggak mau membangun rumah tangga dengan terpaksa dan mengorbankan anak-anak Julia nantinya. Sekali lagi Julia minta maaf, Ma..." ujarku kemudian.
Mama masih tidak bergeming.
Aku lalu memandang Papa yang berdiri tak jauh dari tempatku berpijak. Raut wajah Papa menunjukkan sebuah penyesalan.
Aku menarik kembali pandanganku dan menunduk. Menahan air mataku agar tidak keluar. Meski akhirnya aku tidak sanggup lagi.
"Julia permisi, Ma... Pa..."
Aku beranjak dengan langkah yang lebar menuju kamarku. Aku tidak ingin berada di dalam drama yang menyesakkan ini lebih lama lagi. Sungguh, aku tidak pernah menyangka bahwa ternyata hidupku serumit ini, setelah sebelumnya aku merasa semua baik-baik saja dan terlihat begitu sempurna.
Brak!!!
Aku menutup pintu kamarku dengan cukup keras dan bersandar di baliknya. Napasku terengah dan jantungku berdegup keras. Tenggorokanku serasa tercekat. Aku benar-benar seperti tengah berada di dalam sebuah mimpi buruk.
.
.
.
"Julia... Julia..."
Knock ! Knock !
"Julia..!!"
Aku terkejut dan mengangkat kepalaku. Aku mendengar namaku dipanggil dengan sedikit samar tetapi terasa begitu nyata diiringi dengan suara ketukan pintu yang menggema di dalam otakku.
Entah sudah berapa lama aku terduduk di lantai dan bersandar pada pintu kamarku dengan tanpa kusadari. Kurasa aku tertidur. Maybe–?
"Julia!!"
Suara Mama semakin jelas menembus telingaku.
Aku bangkit dari posisiku dan mencoba untuk mengumpulkan kesadaranku.
"Julia... Buka pintunya, nak.." suara Mama di balik pintu terdengar begitu lembut. Seperti saat sebelum semua masalah ini muncul. Apakah Mama tidak marah lagi padaku? Aku rasa ada sesuatu yang benar-benar aneh jika jawaban dari pertanyaan itu adalah 'iya'.
Aku membuka kunci pintu dan perlahan menarik gagang pintu. Aku melihat Mama berdiri di hadapanku.
Sejenak aku dan Mama saling pandang tanpa ada sepatah kata pun yang melayang.
"Boleh Mama masuk?"
Aku memandang wajah Mama, menelisik jika saja masih ada sesuatu yang janggal.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet Lotus
Roman d'amour°°° ••• COMPLETED ••• °°° "Your daughter belongs with me, Sir." ======================================= Apa jadinya jika seorang gadis straight jatuh hati dan menjadi seorang lesbian karena sikap manis, nakal, dan misterius teman sekamarnya yang ter...