"Akan kuarungi semua sungai yang panjang, setelah diriku mendapat hati kau. Kan, kukabarkan, bahwa kita takkan pernah terpisahkan!
Sa, aeee."Acha
Ruang OSIS sudah tepat di depan mata, banyak siswa di luar sedang mengisi formulir pendaftara. Sama, Acha pula akan mengisinya, sedangkan Reina masuk ke ruang olahraga karena mengikuti ekstra basket. Sampai di ambang pintu, ketua OSIS sedang berbincang-bincang dengan rekannya, Acha menghampiri, kepalanya menunduk enggan menatap ke depan.
Kini, Acha berada di samping meja yang dipenuhi lembaran kertas bertinta dan buku besar. Sebuah laptop terbuka yang menghalangi pandangan Acha, selama ia menundukkan kepala.
"Nanti gua kasih salinan aja," pamit orang yang berbincang dengan Alex.
Alex pun mendongak mendapati Acha. "Mau daftar?"
Acha langsung mengangguk. Diserahkannya kertas formulir. Saat tangannya akan mengambil alih, tiba-tiba kertasnya direbut oleh Alex. Otomatis Acha mendongak untuk menyambarnya.
"Nunduk mulu, takut ketahuan, ya?" goda Alex.
'Nih, orang udah tau ganteng, ngegoda gua lagi. Tau rasa kalo gua cipok, ehhh ... ketularan virus si kucrut!' batin Acha.
"A—anu ...," ucap Acha gagu.
Alex menyandarkan punggungnya. Untung saja semua orang yang berada di ruang OSIS terlihat sibuk dengan dunia masing-masing. Makanya Alex bisa leluasa mempemainkan Acha yang kemarin meninggalkannya begitu saja, saat butuh bantuan.
"Anu apa? Saya gak lupa, loh, kamu yang tiba-tiba ninggalin Senior kesusahan di jalanan. Padahal kamu orang sana, ya, 'kan?"
"Kak, saya mau isi formulir, bukan bahas yang kemaren," balas Acha memelas.
Kepala Alex menggeleng-geleng. Ia gigit kertas formulir yang akan diisi oleh Acha, seketika Acha meringis jijik. Namun, ada rasa membuncah karena bisa berdekatan tanpa diganggu orang. Bisa jadi air liur yang menempel, membuat mereka bersama, pikir Acha.
"Isi di sini, jangan di luar," titah Alex sambil menyodorkan formulirnya kembali.
Acha menelan ludah kasar. Bekas gigitan Alex yang tak meninggalkan jejak takut ada peletnya. Diam-diam Acha memastikan bibir Alex tak membaca mantra.
Mereka duduk berhadapan. Diisilah pertanyaan yang ada di sana, dengan cepat tanpa asal, Acha dapat menyelesaikan. Setelah dicek, Alex membaca biodata Acha. Ternyata mantan wakil ketua OSIS di SMP-nya.
Untuk mendata tangani pertanda formulir telah di-acc, Alex mengambil bolpoinnya, tetapi saat menggoreskan di atas kertas, tintanya tak muncul seperti biasa. Acha pun memberikan miliknya.
Alex pun menerimanya. "Mau melanjutkan, ya? Bagus ... akan saya pantau cara kerja kamu," ujar Alex, matanya masih membaca formulir Acha.
"Iya, kapan pengumaman diterimanya, kak?"
Alex mendongak. "Sesi ke satu, akan ada materi yang harus disampaikan, lalu kalian kembali mengulang dengan lisan," jelas Alex.
"Baik, saya pemisi dulu, Kak," pamit Acha seraya bangkit dari duduknya.
"Karya bukan gaya," ucap Alex mengingatkan.
Acha membalasnya dengan senyuman. Ia pastikan, hanya untuk Alex seorang. Begitu pula Alex, tetapi senyuman biasa kepada junior. Bukan seperti Acha yang mengharapkan sama-sama suka lalu jadilah cinta di SMA.
Keluar dari ruang OSIS Acha tak bisa menutup rasa berbunga-bunga. Senyumnya tak sirna sama sekali, sampai di dekat tangga. Didapatinya Devid turun tergesa-gesa.

KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA SEGI EMPAT 3 [COMPLETED]
Teen FictionPINDAH KE DREAME Rank 19-08-21 #1 Devid #1 Indomembaca #2 Bestseller #2 Akudandia #4 Trend (Series 1 & 2 Di Dreame 16+) Follow sebelum baca, ya, guyss. Kepergiannya hanya meninggalkan jejak seorang anak. Janjinya menemani hilang begitu saja, berlal...