37. saat terakhir

22 9 0
                                    

Saat ini aku sudah memasuki semester akhir di bangku SMA, terhitung dari hari ini, satu minggu lagi adalah hari kelulusanku,

Nana sudah tau semua tentang aku dan Reno, dia menasihatiku agar tidak terlalu memikirkannya dan bersenang-senang menikmati masa-masa terakhir sekolah,
Nana adalah kekuatanku disaat aku benar-benar rapuh.

bagaimana Reno? Sebenarnya aku malas membahasnya, ya dia sempat berusaha mengubungiku dengan banyak nomor baru sampai aku harus mengganti nomor HP ku, sosial media? Aku hanya memiliki akun instagram dan itupun aku private,
dia pernah kerumah? Ya Pernah...sekali dan hanya diam di gerbang menunggu sampai lima belas menit tanpa memanggilku, lalu dia pulang,

dan sekarang dia sudah tak lagi menghubungiku atau mencoba untuk mendekatiku, bahkan jika papasan di sekolah kami hanya saling membuang muka satu sama lain, tidak sedikitpun aku meliriknya, dia memang terlihat lebih dingin dari sebelumnya, aku juga tidak pernah melihatnya ke kantin semenjak saat itu.

Sampai suatu hari aku mulai sadar dia jarang masuk sekolah, kenapa aku perduli? Bagaimana tidak,
dua minggu anak itu tidak masuk, apa dia pindah sekolah lagi? Kenapa hoby sekali pindah sekolah? dasar anak orang kaya, bebas saja mau pindah kemanapun sesukanya.

"Kaaaar" teriak Nana padahal dia di sebelahku

"Apasih Na! liat tuh gara-gara kamu buku aku kecoret" omelku pada Nana

"Reno kritis!"

"Hah? Kritis gimana? Sakit atau gimana? Tau darimana kamu?Bercanda ya kamu? Gak lucu na!"

"Ayo aku anter ke ruang BK, ibunya Reno mau ngomong sama pihak BK buat ijinin kamu ke rumah sakit sekarang!" ujar Nana

"Iii..ya" ujarku sambil memasukan buku ke dalam tas

"ayo cepet, aku udah pesen ojol" ujar Nana

Kami ke ruang BK aku di ijinkan untuk ke rumah sakit, pikiranku sungguh kacau, aku takut, sangat takut, aku tau kita sudah bukan siapa-siapa lagi, tapi tetap saja, dia teman semasa kecilku, setidaknya hubungan kita dulu benar-benar tulus.

Sampai di rumah sakit aku berlari dan langsung menuju kamar yang sebelumnya sudah diberitahu oleh ibunya Reno, aku berlari dengan rasa takut,panik dan sedih.

Aku membuka pintu kamar Reno,
aku melihat wajahnya yang pucat, dengan banyak selang infus dimana-mana,

"Tante keadaan Reno gimana?"

"kondisinya sedikit lebih baik setelah ibu beritahu kalau kamu akan datang"

Orang tua Reno keluar ruangan begitu aku mendekat ke kasur Reno,

aku melihat Reno yang mulai merintihkan air mata, aku memasang senyum selebar mungkin untuk menenangkannya, tapi aku gagal pada akhirnya air mataku menetes juga, dia menggerakan sedikit jemarinya yang ada di atas kasur, aku segera memegang tangannya, aku tersenyun dan menghapus air mataku,

"M..ma..af" ujarnya sambil meneteskan air mata

"Iya No, aku maafin kamu, semua kesalahanmu, maafin aku juga ya No" ujarku sambil menangis

Aku tidak mau berlarut-larut dalam kesedihan aku mau menjadi penyemangatnya, aku segera menguatkan diriku.

"hmm... kamu lagi mau sesuatu gak No? Mau minum gak?" tawarku padanya

Dia mengangguk dan aku segera mengambil dan memberikannya minum.

"Boleh aku minta sesuatu lagi padamu? Maaf jika merepotkan"

"Eh, nggak sama sekali kok, apa No?"

"Kita sahabatan lagi ya"

"Iyah" jawabku dengan senyum sambil mengusap tangannya

AWAL Titik TemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang