31. kesempatan kedua

24 10 0
                                    

Aku, Nana, Renzy, dan arken berkumpul di kelas, sambil menunggu bel masuk berbunyi,

"Ren...kemarin kenapa tiba-tiba matiin telpon?!" tanya Nana dengan nada kesal

"Iya maaf, itu keadaan darurat Na, Karlin aja yang ceritain" ujar Renzy

"Kenapa sih? Keadaan darurat apa Kar?" tanya Nana kembali dengan wajah cemas

"Iya jadi gini..." menceritakan semua yang terjadi kepada Nana dan Arken

"ASTAGAAA...seriusan? Kamu gak pernah cerita ke aku sih kalo kamu phobia balon!" cetus Nana kesal

"Iya aku gak kepikiran maaf ya Na"

"Yaudah gapapa aku ngerti Kar, aku tau gak mudah ceritain ketakutan kamu ke orang lain, kecuali orang itu...orang yang spesial, khmm...khmm" ujar Nana entahlah dia seperti mengejekku

"Terus orang spesial itu siapa?" sahut Arken tiba-tiba

Renzy langsung batuk, sepertinya ia tersedak lagi, bel pun berbunyi,

Mapel hari ini olahraga, pelajaran yang rata-rata disukai oleh semua siswa, kami segera turun dan berkumpul dilapangan,

  pak Rio guru olahraga kami memberi tahu bahwa materi kali ini adalah voli, dari semua jenis olahraga yang paling tidak aku suka adalah voli, ahhh... Semangatku langsung menurun,

siswa kelas kami di bagi menjadi dua sesi, sesi pertama akan langsung mulai  dan selesai sesuai jam istirahat,

sedangkan sesi dua harus istirahat lebih dulu dan mulai olahraga saat jam istirahat sekolah,

Pak Rio menyebutkan Nama-Nama yang masuk ke sesi satu secara acak, Arken, Nana dan Renzy di sebut, lalu yang tidak disebut namanya masuk ke sesi dua,

itu berarti aku masuk ke sesi dua, ahhh siaaaal... yang jago dalam hal voli itu kan Nana dan Renzy, untung aku bukan satu-satunya yang tidak bisa voli di sesi kedua ini, Saska juga tidak bisa bermain voli, dia pernah cerita tentang itu padaku.

Aku istirahat lebih dulu di kantin, makan dan minum sendirian, lalu kembali ke lapangan untuk menonton Renzy, Nana, dan Arken yang sedang bermain voli,

aku memberi semangat kepada mereka bertiga, sampai bel berbunyi, itu tandanya aku akan mulai bermain voli sekarang, aku berjalan ke tengah lapangan sambil membawa bola voli,

Aku sangat nervous, sampai pluitan itu di tiup  yang menandakan aku harus mulai memukul bola itu sampai melambung, aku terhenti karena melihat semua murid mulai keluar dari kelasnya masing-masing, aku semakin gugup,

"Kar ayo pukul bolanyaaa!" teriak Renzy

Aku menjawab dengan anggukan, lalu aku memukul bolanya, sesaat aku memukul bolanya, pukulan ku meleset karena melihat Reno yang berdiri di lantai atas dan mengamatiku dari sana,

bruk...tiba-tiba bola itu terjatuh dan menimpa kepalaku, semua orang tertawa, aku langsung menunduk karena malu, lalu ada tangan yang memegang bahuku,

"Ayo...pasti bisa" ujarnya menyemangatiku dan ternyata itu Renzy

"Iya Ren" jawabku

Renzy mengambil bolanya dan memberikannya kepadaku, dia mengajariku mengepalkan tangan yang benar, dan cara memukul yang benar,

walaupun berulang-ulang tetap salah, sampai kesekian kalinya aku mencoba, akhirnya bola itu melambung melewati net, aku loncat karena bahagia dan spontan memeluk Renzy, Pak Rio meniupkan pluitnya menandakan sesi kedua telah selesai,

"Kan udah aku bilang kamu bisa kalau kamu usaha dan yakin" ujarnya sambil merangkulku

"Iya makasih Ren, eh kamu belum istirahat ya? Kok malah nontonin aku sih! Ya udah ayo makan dulu, masih ada 10 menit nih sebelum bel masuk"

AWAL Titik TemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang