Painkiller

189 26 2
                                        

Kyuhyun kembali duduk dan menahan pusing yang sangat hebat di kepalanya. Setelah perdebatan sengit itu, rasa sakit ini menguasainya. Napasnya terengah, debaran jantungnya juga sangat cepat. Ia merasa lelah karena harus berpikir cepat dan menahan emosi.

.

.

Ryeowook memperhatikan ekspresi wajah Yesung yang muram. Pria itu menjemputnya atas suruhan dari ayahnya. Ternyata ini sudah minggu ke empat Ryeowook tidak menyambangi kedua orang tuanya. 

"Jadi, kau tetap pada pilihanmu?" Tanya Yesung tanpa menoleh ke arah gadis yang duduk di sampingnya. Mereka masih berada di dalam mobil untuk berbicara.

"Oppa tau aku sangat mencintainya kan?"

"Kau tau aku sangat mencintaimu kan? Bagaimana kalau dia akan meninggalkanmu seperti kemarin?" Ryeowook enggan memikirkan kemungkinan itu. "Atau bagaimana kalau aku yang menghilang dari kehidupanmu?"

TIDAK KEDUANYA!

Ryeowook sangat menyayangkan cara Yesung memaknai hidupnya. Tapi, sudah tidak ada lagi cinta di hatinya untuk pria itu. Hanya sebatas teman dan mungkin selamanya akan seperti itu. Mereka memang pernah menjalin hubungan dan nyatanya tak berjalan mulus.

"Oppa tidak boleh berkata seperti itu!"

"Kenapa?!" Yesung kali ini terlihat putus asa. "Lebih baik mati dari pada aku kehilangan dirimu Kim Ryeowook!"

"Kau tidak akan pernah kehilangan aku oppa. Kalau kau memang mencintaiku, harusnya kau senang dengan keputusanku untuk bahagia."

Ryeowook baru saja ingin melepas seatbelt-nya, namun tangan Yesung mencegahnya. "Aku mencintaimu sampai kapan pun."

Dapat terlihat sekarang mata elang itu berkaca-kaca, dengan air mata nyaris jatuh namun tertahan. Sedikit ada getaran juga terlihat di bibir tipis itu.

"Terima kasih aku akan selalu mengingatnya." Ucap Ryeowook yang tidak sanggup melihat Yesung dengan keadaan seperti ini.

Ia pun masuk ke rumah orang tuanya.

.

.

"Maaf Tuan Cho aku tidak bisa membantumu untuk hal ini." Hyungsik menolak saat Kyuhyun meminta catatan medis mengenai Ryeowook.

"Paling tidak beritau aku apa yang terjadi padanya saat pertama kali kau melihatnya." Kyuhyun kembali memohon.

Hyungsik melepas kacamatanya, lalu menghela napas berat. "Nona Kim mengalami depresi berat karena merasa kehilangan orang yang di cintainya. Sempat malnutrisi dan kondisinya juga memprihatinkan. Tuan Kim Yesung adalah orang yang setia menemani Nona Kim selama masa penyembuhan. Pada intinya, saat itu bukanlah hal yang mudah mengeluarkannya dari jurang keputus asaan."

"Separah itu?"

"Aku rasa kau yang lebih paham mengenai hal ini."

"Kau bilang Yesung mendampingi Ryeowook selama masa terapi. Jujur saja aku merasa telah menimbulkan masalah karena berada di antara mereka." 

"Itu wajar. Karena yang aku dengar mereka pernah menjalin hubungan selama beberapa tahun dan berakhir dengan kesalah pahaman. Nona Kim merupakan pribadi yang begitu naif dan mempercayai apa kata hatinya. Aku juga bertanya-tanya awal mula kalian bisa bertemu di dimensi yang bisa di sebut mimpi."

Ya, itulah yang menjadi pertanyaan besar. Kyuhyun ingat pertemuan pertama kalinya dengan Ryeowook dan ketertarikannya memang langsung di mulai pada saat itu. 

"Aku senang bisa melihat kalian bersama." 

.

.

Langkah pantofel terdengar bergema ke seluruh ruangan. Yesung memandangi satu persatu sudut yang gelap karena gordyn tertutup. Lampu temaram menyala dan rasanya hanya memberikan penerangan seadanya. Sofa di depan TV menjadi tempatnya merebahkan tubuh setelah merasa hancur hari ini. 

Tangannya masih menggenggam botol tablet yang ia dapat dari resep dokter bayaran tadi saat mampir ke rumah sakit. 

PAINKILLER

Begitulah ia menyebutnya, di tengah pekerjaan dan hatinya yang tidak pernah bisa seimbang. Setelah ia berusaha sampai memeras keringatnya di meja kerja, rasanya sia-sia karena di tinggalkan orang yang ia cintai. 

Sekarang bagaimana ia akan melanjutkan hidup? 

Hanya Ryeowook lah satu-satunya orang yang ia miliki di dunia ini. 

Di angkatnya botol itu, pikirannya masih mengumpulkan dan memperhitungkan jumlah tablet yang akan ia telan. Ingin masuk rumah sakit atau sekaligus mati. Bagi orang awam, alasan bunuh diri karena orang yang kita cintai bersama orang lain pastilah sangat menjijikan. Yesung tak lagi mempedulikan hal itu. 

Ryeowook bukan lah sekedar wanita yang ia cintai, melainkan sudah jadi bagian dari dunianya. Ia berusaha sampai mati-matian bekerja, mengumpulkan kekayaan agar bisa mendampingi wanita itu dan di terima oleh keluarganya. 

Semua rencananya hampir berhasil, sampai kesalah pahaman itu muncul dan mengakhiri segalanya. Disaat ia hampir mendapatkannya kembali, tetap saja ada hal yang merebutnya. Apa ia tidak di takdirkan untuk bahagia?

Tekadnya pun bulat, ia membuka tutup botol itu dan menumpahkannya ke meja. Diambilnya segenggam tablet berwarna putih itu, tak jelas jumlahnya yang jelas jika di telan sekaligus, bisa jadi ia akan tersedak, kejang, hilang kesadaran, lalu mati.

.

.

"Apa kau bilang?!" Saat itu juga semua menjadi sunyi. Ryeowook mengambil tasnya dan untung saja ia membawa mobil saat pulang dari rumah orang tuanya.

Jantungnya berdebar tak karuan karena takut hal buruk akan terjadi. 


T B C


When We Were UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang