Memories

190 30 3
                                        

"Direktur Cho ingin mengajakmu jalan-jalan sore." Kata Suho. Ryeowook bingung harus berekspresi seperti apa.

"Tidak jauh kok. Mungkin hanya di sekitar hotel. Apa kau keberatan?"

Ryeowook mengatakan 'tidak' dengan cepat. Ia secepat kilat bersiap-siap untuk menemui Kyuhyun yang katanya sudah menunggu di lobby.

Kyuhyun berpenampilan casual, dengan kemeja lengan panjang berwarna merah maroon, rambutnya juga tidak seklimis saat bekerja. Lagi-lagi pemandangan baru setelah sekian lama melihatnya lewat mimpi.

"Aku jenuh dan Suho bukan teman yang menyenangkan untuk di ajak jalan-jalan." Ungkap Kyuhyun sambil berjalan bersisian dengan Ryeowook.

Mereka hanya menyusuri trotoar. Melihat banyak orang berlalu-lalang dengan cepat. Suasana agak kaku karena Ryeowook kehabisan akal untuk memulai obrolan. Ya, dominasi topik pembicaraan semua datang dari Kyuhyun.

"Kau mau es krim?"

Mata mereka kemudian tertuju pada satu kedai yang cukup ramai. Ryeowook mengangguk dan mereka pun berjalan mendekati kedai itu.

Ketika giliran mereka tiba, Ryeowook mengatakan dalam hati 'dua es krim vanila'.

"Tolong untuk dua es krim vanila." Kata Kyuhyun yang memesan.

Mata Ryeowook terbelalak ketika tebakannya benar. Sebenarnya bukan sekedar tebakan. Ia sudah terbiasa, karena dulu mereka memang memiliki kesukaan varian es krim yang sama.

Mereka tampak menikmati es krim itu. Ryeowook senang karena bisa rileks untuk beberapa saat meskipun ada Kyuhyun di sebelahnya.

"London memang indah." Ucap Kyuhyun.

Ryeowook mengiyakannya sambil memandangi wajah Kyuhyun yang selalu pucat. Hidung mancung pemuda itu selalu menjadi objek utama yang ia perhatikan.

'London adalah kota impianmu.'

"London adalah kota impianku." Kata Kyuhyun lagi yang membuat Ryeowook lagi-lagi merasa senang campur haru.

.

.

Yesung mendatangi Hyungsik, ketika ia merasa tidak memiliki teman untuk di ajak bicara. Meskipun mereka sempat berselisih paham soal 'mimpi'.

Hyungsik menyambutnya dengan secangkir kopi dan biskuit yang baru di belinya tadi pagi. Aroma americano menyeruak ke seluruh ruangan, sampai membuatnya harus menyetel ulang pendingin udara.

"Aku ingin melamar Ryeowook." Setelah berbasa-basi soal cuaca, Yesung pun mengutarakan yang ada di pikirannya.

Hyungsik memang dapat melihat dengan jelas kalau Yesung masih mencintai si pasiennya. Kisah mereka dahulu pun ia sudah mengetahuinya.

"Bagaimana menurutmu?"

Hyungsik merasa itu bukan ide yang baik. Karena ia merasa Ryeowook tidak memiliki perasaan yang lebih dari sekedar kakak adik pada pria di hadapannya.

"Entahlah, itu adalah niat yang baik." Sahut Hyungsik.

Ia juga merasa kalau Yesung belum bisa menerima kenyataan. Jelas sekali ia pernah meminta pria itu untuk membaca secara jelas hasil analisanya mengenai hal yang di alami Ryeowook.

When We Were UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang