Lucid Dream

170 32 2
                                        

Ryeowook termenung di dalam toilet. Ia tidak kuasa berada dalam satu ruangan dengan Kyuhyun. Ya, pemuda yang selama ini ia cintai sampai sekarang. Bahkan membuatnya di sangka gila berkhayal.

Tapi, Kyuhyun menatapnya asing seolah tidak mengenalnya sama sekali. Sikapnya sopan ketika membalas tatapan Ryeowook.

"Aku harus profesional!" Ryeowook menyemangati diri sendiri.

Ia kembali memasuki ruang rapat dan bertatapan dengan Kyuhyun yang memantaunya sampai ia duduk.

ANEH!

Tidak pernah sekali pun dulu Kyuhyun melihatnya sampai seperti itu. Jantung Ryeowook terus berdetak tak karuan dan pikirannya di hantui segala kemungkinan yang akan terjadi jika ia salah langkah.

.

.

Dua hari berikutnya. Hal itu terus terjadi ketika entah takdir apa yang menimpa mereka. Karena beberapa hari ini Ryeowook selalu menghadiri pertemuan langsung dengan Kyuhyun. Tingkat kewarasannya pun terasa samar dan ia merasa semakin tak terkendali.

Ryeowook memutuskan untuk menyimpannya sendiri dari pada harus menceritakannya pada Yesung atau pun Hyungsik.

"Lusa kita akan berangkat ke London untuk meeting dengan para investor. Nona Eunhyuk, tolong siapkan staff yang kompeten untuk ikut bersama kita kesana. Rapat selesai."

Eunhyuk sudah menoleh pada Ryeowook yang memberikan tatapan enggan. Sampai wanita itu harus terus membujuk gadis itu seharian penuh.

"Okay Ryeowook, ini adalah perintah!" Kalimat itu terdengar final di telinga gadis ini. Matanya memelas ketika tak bisa membayangkan berhari-hari dengan Kyuhyun.

Meskipun bersama orang lain, tetap saja. Tidak se sederhana itu. Ryeowook yang memiliki kenangan khusus dengan Kyuhyun, tidak bisa bersikap profesional. Walaupun sikap acuh Kyuhyun ini masih menjadi tanda tanya besar di kepalanya.

"London? Wow keren sekali!" Seru Yesung. Ia terlihat senang ketika Ryeowook bisa menunjukan perkembangan luar biasa pada karir yang sedang rintis gadis itu.

"Aku akan mengantarmu ke bandara. Tidak boleh menolak!"

D-Day

Ryeowook bersiap dengan koper besarnya, ia menggeret barang bawaannya sampai di depan mobil Yesung. Pria itu memasang wajah sumringah yang maksimal. Seolah-olah ingin menutupi satu kegelisahan.

"Hubungi aku setiap hari. Ah tidak, setiap saat. Kapan pun itu. Kau harus mengabariku." Pesan Yesung sembari menyetir.

"Iya. Kau tenang saja."

Celotehan pesan itu pun berlanjut sampai di bandara. Yesung berjalan cepat mengikuti langkah Ryeowook yang panik karena mendapat kabar Kyuhyun sudah berada di ruang tunggu keberangkatan.

"Janji padaku ya?!"

"Iya..."

Tiba-tiba Yesung mengecup pucuk kepala Ryeowook dengan penuh kasih sayang. Tangannya juga merengkuh tubuh gadis itu erat.

"Sampai jumpa."

RUANG TUNGGU FIRST CLASS

Ryeowook melihat baru ada dirinya, Kyuhyun dan Suho, pria yang ia ketahui adalah seorang sekretaris. Ia menyesal telah terburu-buru.

"Selamat pagi Direktur." Sapa Ryeowook yang hanya mendapat lirikan dari Kyuhyun.

Gadis ini pun mencari tempat duduk yang lain.

"Yang tadi itu pacarmu?" Suara Kyuhyun terdengar dan membuat Ryeowook spontan menoleh.

"Ah bukan, tadi itu temanku." Jawab Ryeowook.

When We Were UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang