When We Were Us

205 35 7
                                    

"Kenapa harus ke hutan?" Kyuhyun mengeryitkan dahinya karena heran dengan permintaan Ryeowook. Gadis itu mengatakan ingin pergi ke tempat yang menyenangkan di akhir pekan ini. Tapi, di luar ekspetasi, tempat yang di maksud adalah kawasan konservasi tempat gadis itu karyawisata dulu.

"Aku ingin sekali ke toko cenderamata yang ada di sana."

Permintaan itu pun tetap di kabulkan Kyuhyun, begitu sampai Ryeowook langsung menghampiri petugas disana dengan antusias. Melihat semangat itu ia hanya bisa tersenyum, meskipun bertanya-tanya alasan di balik menemukan toko itu. Padahal ada banyak kios yang sudah mereka lewati di gerbang masuk tadi.

"Tidak mungkin, aku yakin sekali kalau sewaktu jatuh ke jurang dangkal itu aku menemukan toko cenderamata di sana yang berjaga adalah seorang wanita paruh baya, dia menjual ini." Ryeowook menunjukan sebuah Dream Catcher berwarna biru yang dulu di belinya dari sana.

"Iya Nona. Tapi, bisa kami pastikan kalau tidak ada toko apapun di dalam sini. Semua toko berada di depan gerbang masuk sejak sepuluh tahun terakhir." Jawab petugas itu.

Di dalam mobil Ryeowook masih teguh pada pendiriannya bahwa ia pernah pergi dan berbelanja di toko itu. Namun, ia sedih karena tidak ada yang percaya. Sekalipun ia menunjukkan lokasinya.

"Tenang saja aku percaya padamu. Sepertinya aku juga memilikinya, benda itu sengaja di pasang ayah selama aku koma di rumah sakit."

"Persis seperti ini?"

Kyuhyun sangat yakin bentuk dan warnanya sama persis. "Bagaimana kalau kita menanyakannya langsung ke ayah?"

.

.

Tuan Cho terpaksa menunda kegiatan memelihara tanamannya karena tiba-tiba anak dan calon menantunya datang untuk menanyakan hal penting. Mereka duduk bersama di gazebo yang terletak menghadap taman indah pada rumah itu.

"Hmmm, sebenarnya benda ini adalah milik ibumu. Benda ini juga yang menemani ibumu selama ia sakit dan akhirnya meninggal."

Mata Ryeowook membulat sempurna ketika melihat sosok yang berada di foto keluarga Kyuhyun. Tanpa sadar ia pun menunjuknya.

"Oh dia adalah neneknya Kyuhyun. Sepertinya beliau yang membuat dream catcher ini. Beliau wafat tak lama setelah ibunya Kyuhyun meninggal."

"Tapi, aku ingat sekali pernah melihatnya di toko cenderamata yang ku maksud."

"Kau yakin?" Tanya Kyuhyun.

"Iya aku yakin sekali. Hampir dua tahun lalu saat karyawisata dari kampus."

"Mungkin hanya mirip, ibu mertuaku sudah meninggal sepuluh tahun lalu."

"Ayah, lihat di kedua dream catcher ini ada inisial nama nenek." Kyuhyun menunjukan fakta baru yang membuat mereka berpikir keras.

Terlepas dari kebetulan atau takdir macam apapun itu, Kyuhyun dan Ryeowook tetap bersyukur saling di pertemukan dan bisa bersama. Meskipun ada banyak rintangan yang harus mereka lewati sebelumnya.

.

.

Kyuhyun mengantar Ryeowook sampai ke rumah, selama perjalanan mereka masih membicarakan hal yang bersifat mitos itu. Ada beberapa kemungkinan yang tidak masuk akal dalam benar Ryeowook. Tapi, sudah terlalu lelah untuk membicarakan hal seperti ini.

"Terima kasih sudah repot-repot mau menyetir sendiri untuk mengantarku." Ucap Ryeowook.

"Aku harus kembali membiasakan diri, tidak bebas kalau terus bersama Suho atau supir." Sahut Kyuhyun.

When We Were UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang