Happy Reading!!!
.
.
"Tolongin gue lah, guys. Siapapun tolong tampung gue di rumah kalian," ucap Jeno pada gengnya dengan tatapan memelas.
"Gak bisa, Jen. Gue harus ke rumah nenek sehabis pulang sekolah," sahut Sanha.
"Sama, gue juga gak bisa nampung lu di rumah soalnya nanti bakal ada sepupu jauh gue yang datang," ucap Eric.
Jeno langsung menatap Baejin, Hyunjin, dan Bomin bergantian, "Kalian juga sama? Kalian bakal nolak gue ke rumah kalian?"
Hyunjin menggeleng, "Bukannya nolak, Jen. Cuma rumah gue sekarang lagi dipake arisan sama Mommy."
"Kalau gue sih gak masalah tapi emangnya lu mau ketemu sama Blacky?" Tanya Bomin.
Jeno langsung menggelengkan kepalanya kuat-kuat, "Gak, gak mau. Gue gak mau ketemu sama anjing lu yang itu. Hihhhh, serem." Jeno bergidik. Hanya tinggal satu orang yang tersisa, pikir Jeno.
Cowok eyes smile itu pun melirik Baejin dan mengedip-ngedipkan matanya, "Bae—"
"Gak bisa. Gue gak mau nampung lu di rumah soalnya nanti Mama pasti digodain terus sama lu," ucap Baejin memotong perkataan Jeno.
Jeno mencebikkan bibirnya, "Jahat banget. Jadi hanya sampai sini ya pertemanan kita? Ok, fine!"
Hyunjin menoyor kepala Jeno, "Lebay lu. Emang kenapa sih kalau lu pulang?"
"Lu gak inget kalau Bunda gue se-sensitif apa soal nilai seni budaya?! Apalagi kalau ada tugas menggambar," jawab Jeno.
"Oh ya, sorry gue lupa. Tante Doyoung pasti bakal nyeramahin lu gara-gara dapet nilai C di tugas menggambar kali ini," balas Hyunjin.
"Nah, itu lu tau. Gue jadi males pulang, deh. Gue bosen dengerin Bunda selalu ngebandingin gue sama sepupu yang masih piyik itu. Emang apa salahnya sih cuma gak bisa gambar doang? Yang penting 'kan di pelajaran lain gue unggul," keluh Jeno.
Eric menepuk-nepuk pundak Jeno, "Semangat, Jen. Gue yakin lu bisa ngehadepin ini semua."
"Iya, Jen. Mendingan lu pulang dulu aja sekarang, kalau nanti ada apa-apa tinggal kabarin kita," sahut Sanha.
"Kalian mau bantuin gue?" Tanya Jeno dengan mata berbinar-binar.
"Bukan, kita mau ejek lu habis-habisan," canda Sanha lalu tertawa.
"Emang temen-temen laknat lu semua," cibir Jeno.
•••^^•••
"Masuk rumah? Apa jangan, ya?" Gumam Jeno bimbang.Udah hampir sekitar setengah jam dia berdiri di depan rumahnya, tapi belum ada tanda-tanda kalau dia bakal masuk.
"Bang Jeno," panggil seseorang sambil menepuk pundaknya.
Jeno menoleh, "Ah, Sung. Ada apa?"
Jisung Narendra Kusuma, tetangga Jeno sekaligus sepupu dia juga. Jisung punya satu kakak yang bernama Jaemin Devandra Kusuma. Gak usah ditanya lagi, Jisung sama Jaemin juga ahli menggambar. Makanya Jeno kadang ngiri sama mereka berdua. Dia dulu sebenernya udah pernah minta kakak beradik ini buat ngajarin dia menggambar, tapi Jeno tetep aja gak bisa. Jeno jadi pesimis kalau dia kayaknya emang gak punya bakat menggambar.
Jisung menukikkan alisnya, "Harusnya gue yang tanya itu ke lu, Bang. Ada apa? Kenapa Bang Jeno malah diem disini?"
"Gue takut, Sung. Gue males ketemu Bunda," jawab Jeno.
"Gara-gara? Nilai ngegambar Bang Jeno kecil lagi?" Tebak Jisung.
Jeno ngangguk, "Iya, hiks," ucapnya lebay, "Mau sampai kapan ya hidup gue tertekan kayak gini? Gue gak sanggup lagi, gue mau nikah aja."
"Yeuuu, Bang Jeno pikir nikah lebih gampang daripada ngegambar? Emangnya Bang Jeno punya apa kalau mau nikahin anak orang?"
"Gue punya tampang dan cinta setulus hati."
Jisung menggelengkan kepalanya, "Kayaknya Bang Jeno emang bener stress deh. Udah sana buruan masuk atau Bang Jeno mau ngungsi aja ke rumah gue?"
"Makasih tawarannya, Sung. Gue mau masuk aja, doain gue semoga masih bisa hidup besok," ucap Jeno mendramatisir suasana.
"Iya, gue doain. Fighting! Gue masuk duluan ya, kalau keadaan memanas, langsung lari aja ke rumah gue," kata Jisung memberi izin.
"Makasih, Sung. Yaudah sana masuk keburu es krimnya mencair tuh." Jeno menunjuk tangan Jisung yang sedang memegang kresek berisi es krim.
Jisung menepuk jidatnya, "Astaga! Gue lupa kalau lagi bawa es krim titipannya Kak Nana. Yaudah Bang, gue cabut duluan ya." Dia pun langsung berlari ke rumahnya.
"Hmm... Semoga Jisung gak diomelin Nana," gumam Jeno, "Lah ngapain ngekhawatirin Jisung?! Gue harusnya lebih khawatir karena sebentar lagi bakal ketemu sama induk macan yang baru beranak."
Jeno menarik dan menghembuskan napasnya, "Huft... Semangat Jeno! Lu pasti bisa!"
•••^^•••
"Pokoknya Bunda gak mau tahu, kamu harus bisa jago ngegambar dalam waktu tiga bulan! Kalau kamu gak bisa, semua fasilitas kamu bakal Bunda tarik!""Arghhh! Gue stress!!!" Jeno mengacak rambutnya.
Omongan Doyoung terus tergiang-ngiang di pikiran Jeno. Bahkan wajah galak Bundanya pun masih terekam jelas di pikirannya.
"Gimana caranya gue bisa jago ngegambar dalam waktu tiga bulan?! Gue harus ngapain?!" Tanyanya pada diri sendiri.
Jeno mengambil ponsel dari saku celananya, "Kayaknya gue harus ngajak yang lainnya meet up. Gue butuh banget solusi sekarang." Dan Jeno pun mengirim pesan pada gengnya untuk segera bertemu di sebuah kedai kopi
•••^^•••
"Jadi, gimana Jen?" Tanya Sanha saat yang lainnya sudah kumpul semua."Intinya, gue dipaksa harus bisa jago gambar dalam waktu tiga bulan. Kalau engga, semua fasilitas gue bakal ditarik," jawab Jeno lemas, "Gue harus apa sekarang?" Tanyanya.
"Waduh, Tante Doyoung nekat juga ya. Gue kira gak akan sampe separah ini loh efeknya," respon Hyunjin yang masih agak kaget mendengar penuturan Jeno.
"Sama, Jin. Gue juga gak nyangka bakal kayak gini, padahal 'kan ngegambar bukan masalah besar," sahut Eric.
"Ya mau gimana lagi? Inilah nasib gue karena berada di antara keluarga yang jago ngegambar semua, sekalinya ada satu orang yang gak bisa pasti bakal diremehin," jawab Jeno.
"Hhhhh, miris banget hidup lu. Harusnya Tante Doyoung tetep bangga sama lu karena biarpun gak jago gambar, lu itu anak rangking 1 paralel sejurusan MIPA," balas Sanha.
Jeno mengendikkan bahunya, "Gak tahu, deh. Yaudah sekarang, apa solusi kalian?"
"Sebenernya gue udah pikirin ini sih dari sepulang sekolah," ucap Baejin.
Jeno menoleh pada Baejin, "Pikirin apa?" Tanyanya antusias.
"Gimana kalau lu les menggambar?"
Jeno melongo, "Hah? Les menggambar?"
"Iya, les menggambar. Itu cuma cara satu-satunya biar lu bisa menuhin target dari Tante Doyoung. Gimana?"
Jeno menopangkan tangannya di atas meja dan tampak menimang-nimang solusi dari Baejin.
"Boleh juga sih ide lu tapi gue harus les dimana?"
Hyunjin menjentikkan jarinya, "Gue tahu! Gue ada rekomendasi tempat les menggambar yang bagus banget dan tempatnya juga estetik. Dijamin betah deh lu disana."
"Apa nama tempatnya?"
Hyunjin menyodorkan ponselnya pada Jeno, "Nama tempatnya itu Argawijaya's Art House."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Disegnàre || NoRen
Teen FictionJeno diberi waktu tiga bulan untuk bisa jago menggambar oleh Bundanya. Jika dalam waktu tiga bulan dia tidak bisa menunjukkan progres yang pesat, maka fasilitasnya akan dicabut semua. Jeno meminta solusi dari teman-temannya dan mereka menyarankan Je...